One Night Accident

PERGI



PERGI

0Enjoy Reading.     
0

****     

"Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Robert sambil melirik sekitarnya. Anak buahnya tidak ada.     

"Apa aku perlu menjawab? Di sini aku yang akan bertanya. Dan kau menjawab," ucap Daniel dengan nada yang mampu membuat orang merinding.     

Robert tahu, dia tak bisa lari. Apalagi kamarnya kedap suara. Tapi sesaat setelah melihat mayat ketiga keponakannya, dendam membakarnya dengan cepat hingga melupakan fakta bahwa Daniel adalah anggota keluarga Cohza. Robert meremehkan Daniel karena dia paling muda dan sepak terjangnya tidak terlalu menonjol dibandingkan paman-pamannya.     

Robert berteriak saat satu peluru menggores bahunya. Dokter di sebelahnya langsung berjongkok ketakutan.     

"Apa maumu? Kalau ingin membunuhku, bunuh saja." kata Robert tak gentar.     

Jack tersenyum setan "Sayangnya kematianmu tak menarik minatku, aku hanya ingin tahu berapa orang yang mengetahui hubunganku dengan Ai dan dari mana kamu tahu kalau aku akan memiliki anak?"     

"Apa kamu pikir aku akan memberitahumu?" Robert sudah pasrah dengan kematiannya. Jika dia tidak bisa membalaskan dendam keponakannya setidaknya Robert juga tidak mau mati sengsara.     

"Awww, shitttttt." Robert berteriak ketika satu peluru menembus telinganya. Cohza sialan yang ada di depannya seperti ingin menyiksa Robert dengan kejam.     

"Sebutkan saja namanya, dan kamu akan mati dengan mudah."     

"Tidak ada yang tahu, hanya aku ... Arrghhh!" Robert berteriak lagi ketika satu peluru melubangi telinganya yang sebelah. Kini ke dua telinganya hancur dengan darah menetes-netes di atas bantal.     

Dokter yang tadi merawat Robert meracau dengan kata ampun dan gemetar bahkan mengompol. Jack paling benci dengan pengecut.     

"Aku bertanya siapa saja?"     

"Apa untungnya untukku?" kata Robert masih memegangi telinganya yang mengeluarkan darah. Napasnya mulai tersengal-sengal karena mengeluarkan terlalu banyak darah.     

"Mungkin aku akan mengampunimu," ucap jack sambil memainkan pistolnya.     

"Aku tak bodoh Daniel Cohza Cavendish, bahkan jika kuberi tahukan nama mereka, kau tetap akan membunuhku."     

Jack mengernyitkan dahinya seolah berpikir. "Yah, setidaknya kau bisa mati dengan cepat dan aku tak perlu capek menyiksamu."     

"Bukankah itu simbiosis mutualisme, kamu bisa menyusul tiga ponakanmu dan aku bisa segera pulang menemui wanitaku." Jack mendekat ke arah Robert dan menempelkan pistolnya ke jemari kaki.     

Robert menelan ludah susah payah. Kengerian akan siksaan dan kematian tiba-tiba menghantuinya. "Bagaimana kalau aku bisa membawa mereka semua ke sini."     

Jack mengernyit dengan senyuman devil di wajahnya. "Dan syaratnya adalah?" tanya Jack tahu bahwa Robert mulai takut dengan intimidasi darinya.     

"Aku akan membawa mereka ke sini, jika kau tak membunuhku," Robert berusaha bernegosiasi.     

"Okay. Aku tak akan menembakmu," Jack menyelipkan pistol di balik pinggangnya. "Sekarang, panggil mereka semua ke tempat ini."     

"Kau akan menepati janjimu?"     

"Apa aku terlihat seperti orang yang suka berkhianat? Asal kamu tahu, seorang Cohza tidak pernah mengingkari janjinya," ucap Jack sambil mengeluarkan seluruh peluru di pistolnya dan membuangnya ke luar.     

"Ada yang ingin kamu periksa lagi?" Jack memutar tubuhnya seolah memperlihatkan bahwa dia tidak membawa senjata apa pun di sana.     

Robert memandang Jack sejenak, dia tahu bahwa memang menepati janji adalah kelebihan keluarga Cohza. Akhirnya Robert mengambil ponselnya dan menghubungi beberapa orang yang memberi tahunya tentang Ai dan dari merekalah dia mengetahui anak yang di kandung Ai adalah pewaris Cohza.     

Jack langsung berdiri dibelakang pintu saat satu anak buah Robert mengetuk pintu dan berusaha masuk. "Maaf, sir. Mr. Kim datang bersama Mr.Hugh dan Miss Cara."     

"Minta mereka tunggu sebentar di ruang tamu." kata Robert dan menyuruh anak buahnya pergi tanpa membuka pintunya.     

"Hanya tiga?" tanya Jack.     

"Yeah yang aku tahu, hanya mereka bertiga yang mengetahui bahwa Ratih Ayu Brawijaya adalah ibu dari penerus Cohza selanjutnya."     

"Ok, aku percaya padamu."     

"Ah ... Dokter, sebaiknya keluar dari rumah ini segera, jika ingin selamat." kata Jack.     

Dokter itu langsung merangkak hendak pergi. Tapi saat dokter itu hampir mencapai pintu Jack mengeluarkan pistol cadangannya dan melubangi kepala si dokter hingga membuatnya mati di tempat.     

Sebenarnya tadi Jack bersungguh-sungguh waktu menyuruh dokter itu keluar agar selamat, tapi untung otaknya berjalan cepat. Dan menyadari bahwa dokter itu sudah mendengar seluruh percakapan dirinya dan Robert. Jadi Jack tak mau ambil resiko dengan membiarkan orang yang mengetahui kehamilan Ai bisa hidup dan membahayakan mereka.     

Jack berbalik melihat wajah Robert yang pucat pasi. "Kamu sudah berjanji tidak akan membunuhku."     

Jack menyimpan kembali pistolnya dan membuat Robert bernapas lega. Namun, dalam gerakan kilat Jack mengeluarkan pisau dan langsung melemparkannya tepat mengenai jantung Robert.     

"Kau ... ba ... jingan ... kau ... bil ... ang tak akan mem ... uhuk ... bunuh. Ku." kata Robert susah payah dengan darah keluar dari dada dan mulutnya karena sekarat.     

"Aku hanya bilang tak kan menembakmu. Bukan tak membunuhmu. Lain kali, perhatikan kata-kata musuhmu."     

"Da ... aasar ... uhuk ... bre ... ng ... sek ... uhukkk ..." Robert kembali memuntahkan darah segar dan tak lama kemudia tubuhnya kejang-kejang sambil memegangi pisau dijantungnya. Lalu perlahan tapi pasti, napasnya menghilang dengan ke dua mata terbuka lebar.     

Setelah memastikan Robert benar-benar mati, Jack keluar kamar dan mengintip untuk melihat siapa saja yang mengetahui rahasianya. Jack merasa familiar dengan salah satu di antara mereka. Mr Kim. Dia seperti tak asing dengan nama itu. Jack mengendikkan bahu cuek begitu ingat bahwa Mr Kim adalah asisten Ai yang di sewa oleh David. Ternyata ada penghianat di kediaman calon kakak iparnya itu. Setelah ini Jack akan menyuruh Marco menyisir siapa saja yang boleh berada di rumah David dan siapa yang harus dibasmi sesegera mungkin.     

Sebenarnya Jack tak terlalu peduli siapa dia, toh sebentar lagi tubuhnya akan hancur berkeping-keping bersama semua rekan-rekannya.     

Dalam diam Jack meletakkan bom dengan daya ledak tinggi di tempat yang merupakan inti dari tiap bangunan. Tentu saja Bom itu secara otomatis akan meledakkan seluruh rumah dan isinya hingga hancur dan rata dengan tanah.     

Jack lalu keluar rumah lewat jalan dia masuk tadi. Setelah aman sampai mobil Jack menekan tombol dan ....     

BUMMMMMM... DHUARRRRRR ....     

Rumah itu meledak layaknya kembang api di tahun baru. Memecahkan keheningan malam dan langsung menarik perhatian orang-orang yang berada di pemukiman sekitarnya.     

Jack menunggu beberapa saat memastikan tak ada yang selamat dan bisa lari dari rumah itu. Setelah mendengar suara sirine pemadam kebakaran Jack baru meninggalkan tempat itu layaknya seorang yang hanya kebetulan lewat.     

Jack menghubungi Marco dan melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit tempat Ai dirawat begitu menemukan lokasinya.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Jack langsung pada David.     

David yang melihat kedatangan Jack otomatis mendekat dan memukul wajah Jack hingga membuatnya mundur beberapa langkah. "Apa yang sudah lo lakukan pada Ai sampe dia shock gitu?" tanya David dengan marah.     

Jantungnya terasa mau copot ketika anak buah Jack alias si Marco menghubunginya dan mengatakan adiknya masuk rumah sakit.     

Jack tak menggubris David. Dia lalu melihat Marco agar menyingkirkan David yang menghalanginya masuk ruang rawat Ai. Dan tanpa menunggu lama, David sudah diringkus Marco. "Brengsek! Lepasin gue! Mau ke mana lo?! Jangan sentuh Ai!"     

Jack masuk ke ruang rawat dan melihat Ai yang tertidur pulas. Dia mendekat dan memperhatikan wanitanya yang selalu terlihat cantik itu. Jack mengusap perut Ai yang membuncit lalu di cium.     

Jack sudah memikirkan ini matang-matang dan dia harus segera melaksanakan rencananya jika ingin Ai dan anak-anaknya selamat.     

"Maafkan aku." bisik Jack ditelinga Ai. Lalu dilihatnya lengan Ai yang tergores kaca.     

Baru sehari Ai bersamanya sudah seperti ini, bagaimana kalau setahun? Mungkin batu nisan yang akan dia temui. Jack benar-benar harus menyelesaikan urusannya dengan keluarga Cohza dan Cavendish jika ingin bersama Ai.     

"Maafkan aku tak bisa menikahimu sekarang tapi aku janji jika semua beres aku akan segera kembali," ucap Jack lalu mencium bibir Ai sekilas.     

Jack sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun pada akhirnya Jack kembali menghipnotis Ai agar melupakan kebersamaan mereka seolah apa yang mereka alami tak pernah terjadi. Yang akan di ingat Ai hanyalah dia dihamili pria brengsek yang tak dikenalnya lewat ONS.     

Jack melakukan itu karena dia tak tahu berapa lama dia akan pergi dan apakah dia bisa kembali dalam keadaan selamat atau tidak, masih diragukan. Jadi Jack tak mau memberi harapan semu pada Ai dan membuatnya galau dengan menunggu kedatangannya.     

"Begini lebih baik," batinnya Jack kembali mencium Ai di dahi dan perutnya.     

"Dady pergi dulu, jaga Mommy kalian baik-baik. Daddy akan kembali jika sudah menyelesaikan urusan dengan kakek dan nenekmu." Jack kembali mengusap perut Ai dengan lembut.     

"I love u," bisik Jack lembut tepat di telinga Ai. Lalu mundur dan melangkah pergi.     

Saat keluar Jack disambut wajah marah David yang masih dicekal oleh Marco hingga tak bisa memukulnya lagi. "Aku akan pergi," kata Jack.     

"Bagus, segera pergi dan jangan pernah kembali," kata David masih berusaha berontak dari cekalan Marco.     

"Untuk sementara bawa Ai kembali ke Jerman sampai aku memastikan tak ada lagi yang mengancam Ai di sini."     

"Siapa lo berani kasih perintah?"     

"Lakukan apa yang ku katakan! dan kalian akan selamat." Jack berujar pelan, tapi seketika atmosfernya berubah dingin.     

Tatapan mata itu.     

Seketika David merinding dibuatnya. David bahkan tak sadar jika dia sudah dilepaskan oleh Marco dan Jack sudah pergi dari hadapannya. Dia masih berdiri terpaku. Merasakan hawa Iblis yang menguar dari pancaran mata Jack.     

Siapa dia sebenarnya?!     

*****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.