One Night Accident

ADA YANG HILANG



ADA YANG HILANG

0Happy reading.     
0

****     

Ada yang hilang jiwaku tak tenang     

Semakin dalam tubuhku tenggelam     

Hujan badai temani aku pulang     

Dinginnya malam tak mampu ku bertahan     

Kini kau datang berikan aku ruang     

Walau kau lelah tapi napasku panjang     

Akankah selalu kau tetap menemani     

Sinari aku bagai cahaya mentari.     

Aku berjanji jika saatnya nanti     

Kau ku beri arti hingga diriku mati     

Yang hilang biarlah hilang yang pergi biarlah pergi .     

Tetap kau di sini ... Temani aku malam ini.     

Kini di mana harus ku cari lagi.     

Saat kau pergi tinggal aku sendiri.     

Lelah ku cari tak juga ku temui.     

Saat kau hilang tujuh sumpah ku maki.     

Aku yang selama ini berharap kau untuk coba mengerti.     

Untuk apa ku di sini terjerat gelap malam ini     

Dan aku yang selama ini berharap kau untuk cepat kembali Temani aku tuk pulang ... di mana aku tenggelam ... hilang ....     

***     

Entah kenapa lagu itulah yang akhir-akhir ini menemani Ai bersantai di kamarnya. Sejak dua bulan lalu setelah dia tiba-tiba bangun disebuah Rumah Sakit. Ai merasa ada sesuatu yang salah dan entah kenapa kakaknya bersikeras kembali ke Jerman. Padahal sebelumnya dia berniat memindahkan kantor pusatnya ke Indonesia.     

Apa lagi sekarang ada Marco yang menjadi pengawalnya yang ternyata orangnya tak sekaku penampilannya. Tentu dengan WiBi yang tetap menjadi pengawalnya juga. Walau sebenarnya WiBi lebih seperti teman mejeng untuknya, mereka bahkan dengan senang hati beralih fungsi menjadi babysiter jika anaknya lahir nanti.     

Ai merasa kesepian tanpa sebab. Dia juga tak mengerti, dia yang biasanya mendendangkan lagu dangdut yang ceria dan menghibur. Sudah dua bulan ini lebih menyukai lagu yang melow dan terkesan galau. Alhasil panggung yang dulu dibangun untuk konser dangdut diruang tamu sekarang terbengkalai dan berganti fungsi jadi bioskop kecil tempat Ai menghabiskan waktu seharian menonton Oppa Korea yang ganteng. Tentu dengan WiBi yang selalu menemaninya menangis saat ada adegan sedih. Dan entah kenapa hari ini Ai hanya mendekam di dalam kamarnya begitu David berangkat kerja.     

Sudah dua bulan ini dia merasa ada yang hilang. Seperti dia melupakan sesuatu. Dan entah kenapa disudut hatinya Ai merasa kosong. Apa pun yang Ai lakukan, dia merasa mati rasa. Seperti rasa kesepian pada saat kau dikeramaian. Hampa. Itulah tepatnya perasaan Ai.     

"Ai ..." Marco masuk tanpa menunggu jawaban dari Ai. Marco memang sudah terbiasa keluar masuk kamar Ai tanpa menunggu izin si pemilik. Dan Ai juga sudah terbiasa.     

"WiBi dah siap tuh."     

"Nggak jadi aja, aku lagi males keluar." kata Ai merebahkan tubuhnya dikasur lagi. Semalam dia memang berencana pergi ke taman, piknik bersama-sama. Tapi pagi ini dia merasa kurang enak badan dan sedih. Entah apa sebenarnya yang membuat dia sedih, Ai juga tak tahu.     

"Kamu sakit?" tanya Marco khawatir.     

"Nggak kok, cuma lagi males ngapa-ngapain aja," jawab Ai makin meringkuk.     

"Baiklah ... Kalo butuh sesuatu, aku di ruang tamu. WiBi yang akan menemani kamu," Marco berujar sebelum menghilang dibalik pintu. Dan tak lama WiBi muncul dengan keranjang pikniknya.     

"Queen ... Beneran nih nggak jadi jalan-jalan? Padahal sudah siap lho," kata Billy menunjukkan keranjang pikniknya.     

"Betul ... betul ... betul ..." kata Willy sudah mirip duo Upin Ipin.     

Ai melirik mereka dan langsung tertawa terbahak-bahak. Ternyata bukan suara saja mereka memang sudah berdandan ala Upin Ipin dengan memakai kepala plontos palsu. "Kalian ngapain sih? Aneh tau nggak?" ucap Ai masih terkekeh.     

"Abisnya Queen akhir-akhir ini nggak asyik. Suka murung dan cuek ke kita." Ai duduk memandang dua pengawal kesayangannya itu. Mereka sudah seperti teman. Mereka bahkan pernah menuruti ngidamnya Ai yang mendandani mereka ala girlband cherry bell lalu mengajaknya keliling mall. Kalau bodyguard lain pasti lebih milih mengundurkan diri dari pada di perlakukan kayak gitu.     

"Queen sakit?" tanya Billy.     

Entah kenapa, akhir-akhir ini, Duo WiBi selalu memanggilnya dengan sebutan 'Queen'. Mereka bilang atas perintah Marco, tapi anehnya, Marco sendiri tetap memanggilnya 'Ai'. Kan aneh.     

Melihat dua wajah memelas itu akhirnya Ai bangun dari tempat tidur dan berniat menuruti ajakan jalan-jalan itu. Baru saja Ai turun dari ranjang dia, merasakan sesuatu meleleh di antara pahanya.     

"Waaa! Air ketubanmu pecah, Queen!"     

"Waaa! Queen mau melahirkan!"     

Pekik Duo WiBi kompakkan.     

Lalu dengan hebohnya, Duo itu malah mondar mandir di dalam kamar akibat panik, baru pertama kalinya menghadapi orang hamil yang akan melahirkan. "Willy, panggil Marco. Billy, siapkan keperluan debay (dedek bayi)."     

Begitulah kejadian selanjutnya, Duo WiBi sibuk mengacak-acak lemari Ai karena menyiapkan keperluan Ai. Mereka saling teriak dan saling mengumpat karena ada yang salah mengambil barang atau tidak menemukan sebuah barang.     

Sedang Ai yang mau melahirkan hanya bisa berdiri bengong menyaksikan kehebohan itu. Akhirnya dia memilih mengambil ponselnya dan merekam mereka yang panik. Hiburan tatkala galau melanda.     

"Queen, malah main hape, emang perutnya nggak sakit?" tanya Willy.     

Ai berpikir sambil mengelus perutnya. Memang sih dari pagi tadi perutnya terasa tak nyaman. Tapi tidak terlalu sakit. Masih bisa ditahan. "Sakit sedikit," jawab Ai sambil tersenyum.     

"Aku panggil Marco dulu," kata Billy dan langsung keluar. Dan tak lama ia masuk bersama Marco.     

"Siapkan semuanya," kata Marco pada WiBi, yang langsung melaksanakan perintah tanpa bantahan.     

"Kyaaaa ... lo ngapain?" tanya Ai saat tiba-tiba Marco menggendongnya.     

"Nganterin ke rumah sakitlah."     

"Gue bisa jalan sendiri!" jerit Ai dan Marco langsung menurunkannya begitu mendapat pukulan yang dilayangkan Ai.     

"Dasar buaya darat kesempatan dalam kesempitan!" kata Ai lalu melenggang meninggalkan pengawalnya yang cuma bisa menatap heran kepada perempuan hamil yang hendak melahirkan itu.     

SESAMPAINYA DI RUMAH SAKIT.     

"Di mana Ai?" tanya David pada Marco dengan napas terengah-engah karena habis berlari dan panik. Marco hanya menunjuk Ai yang masih jalan-jalan di depan kamar rawat.     

"Ai ... katanya mau lahiran, kok malah berdiri di luar???"     

"Baru bukaan dua Bang, masih lama. Kata dokter suruh jalan-jalan dulu biar cepet lahir."     

"Oh ... ya udah, ayo."     

"Ke mana?"     

"Tadi kata dokter suruh jalan-jalan, aww! Kenapa suka banget mukul orang?" David mengelus kepalanya yang di jitak Ai. "Maksudnya jalan-jalan, bukan jalan ke Mall tapi jalan kaki di sini aja biar kuat kalo lahiran. Heran deh ... punya kakak satu kok bego banget nggak pernah baca buku orang hamil apa?"     

"Isteri aja nggak punya. Ngapain baca buku panduan Ibu Hamil? Siapa yang mau gue buntingin? Monyet?"     

"Kalo monyetnya mau ama abang, Ai ikhlaskan!"     

"Hadehhh ... nggak berharga banget gue dimata lu, Ai?"     

"Emang enggak! Baru nyadar?!"     

"Besok gue potong aja uang jajannya."     

"Gitu aja ngambek Bang! Becanda. Ai 'kan sayang ama Abang."     

"Kalo ada maunya baru bilang sayang."     

"Hehehe ... Ngomong-ngomong Ai laper. Pengen gado-gado nih , Bang."     

"Walah ... orang mau lahiran bukannya perutnya sakit ya? Kamu kok malah laper?"     

"Ai 'kan strong bang. Sakit begini nggak ada apa-apanya. Udah cepetan, beliin gado-gado tiga bungkus!" David menelan ludahnya susah payah. Tiga bungkus?! Adiknya ini benar-benar deh pantas sekarang badannya udah kayak buntelan. Makannya aja buat sekompi. Beruntung gara-gara aksi pingsannya beberapa bulan lalu, David lebih antisipasi dengan keinginan Ai yang aneh-aneh. Jadi saat itu juga dia membawa 10 koki asal Indonesia yang bisa memasak makanan khas dari seluruh plosok Indonesia jadi sekarang David nggak pusing lagi jika Ai minta masakan aneh-aneh.     

"Jangan lama-lama bang, keburu brojol ini."     

"Iya," jawab David segera menyuruh koki dirumahnya menyiapkan gado-gado pesenan ratu Ai.     

*****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.