One Night Accident

ISTRI RASA JANDA



ISTRI RASA JANDA

0Happy Reading.     
0

****     

Keadaan di Indonesia saat ini.     

"Vano, bisa nggak jangan putar lagu itu?" tanya Lizz sambil memukulkan dompetnya ke lengan Vano, saat lagu New ETA 7 Sumpah di putar lagi dan lagi.     

Lizz jengah dengan lirik lagu itu karena merasa tersindir dia.     

"Tapi aku suka Kak, mengingatkanku sama cewek yang udah ninggalin Vano," ucap Vano dengan wajah yang juga sedih.     

"Please, Vano ... ini sudah sebulan dan kamu masih galau gara-gara di tinggal cewek?!"     

Vano tak menjawab, dia malah ikut melanjutkan nyanyian 7 sumpah dengan suara keras.     

'Kini di mana harus kucari lagi, saat kau pergi tinggal aku sendiri.     

Lelah ku cari tak juga ku temui. Saat kau hilang 7 sumpah ku maki.     

Aku berjanji jika nanti kau pergi. Akan selalu ku doakan kau mati.     

Klik     

"Yahhh ... kok di matiin, Kak?"     

"Kakak bosan dengerin lagu ini! Lagian kamu itu berisik, suaramu juga jelek!" Bukan karena itu sebenarnya, suara Vano bagus bahkan cocok jadi vokalis grup band. Tapi ... kenapa lagu itu lagi sih.     

Vano mengerucutkan bibirnya kesal. Kakaknya itu tidak pengertian sekali. Ada orang patah hati bukannya dihibur malah dimarahi. Tak tahukah dia, Vano baru sekali ini jatuh cinta dan sekarang pacarnya malah hilang entah kemana.     

Lizz menatap ke luar jendela mobil, bukan tak berperasaan, dia sebenernya kasihan melihat Vano yang sudah sebulan terlihat tak bersemangat hanya gara-gara ceweknya menghilang setelah kelulusan. Tapi adakah yang mengerti perasaan Lizz juga? Suaminya ada tapi tidak pernah muncul di hadapannya.     

Hatinya juga sedang kacau. Karena dia adalah si pengantin yang dilupakan. Bagaimana tidak, pagi pertama pernikahannya, dia tak mendapati suaminya di rumah tanpa ada pemberitahuan keberadaannya.     

Malam saat malam pertama pernikahan mereka Lizz di suruh tetap di sana dan tidak boleh pergi tanpa izin dari Marco. Namun ... hingga pagi tiba Marco tak muncul juga. Lizz menunggu dan menunggu tapi hingga pagi kembali beranjak malam Marco tetap tidak muncul.     

Liz ingin menelepon, tapi tak punya nomornya. Dan lagi, kemarin sewaktu dibawa ke rumah Marco, dia memang di culik. Jadi sudah pasti Lizz tak membawa apa pun selain baju yang melekat di tubuhnya.     

Setelah sehari semalam menunggu tanpa ada kepastian, akhirnya Lizz memilih kembali ke rumah David. Tapi saat sampai di sana, rasa cemas yang tadi dia rasakan untuk Marco berubah jadi rasa kesal. Bagaimana tidak, Lizz tinggal di rumah Marco sendirian di malam pertamanya tanpa uang dan pakaian. Selama sehari semalam, Lizz hanya memakai pakaian Marco sambil tetap menunggunya dengan perut keroncongan karena tidak berani keluar rumah.     

Lalu saat akan pulang ke tempat David dia bahkan harus berhutang dulu pada supir taxi yang harus menunggu dia mengambil uang terlebih dulu saat sudah sampai. Lebih mengenaskannya lagi, begitu sampai rumah David, suami yang dicemaskannya ternyata pergi ke Jerman bersama Bossnya dan entah kapan kembali.     

Tanpa pemberitahuan.     

Tanpa pamitan.     

Pernikahan mereka memang terjadi dengan cara tidak wajar. Tapi setidaknya, sebagai istri sah, Lizz harusnya tahu ke mana Marco pergi dan kapan ia kembali. Setidaknya jika memang menyesal menikahinya, ceraikan saja dirinya. Jangan menggantung pernikahan seperti ini.     

Lizz bahkan sekarang merasa dua kali lipat menjadi istri yang tak berguna. Karena entah dengan cara apa Marco mengetahui nomor rekeningnya. Dan setiap bulan ada uang 50 juta masuk.     

Lizz bahkan sempat shock melihat nominal di rekeningnya. Awalnya dia mengira ada orang salah kirim. Ia bahkan tak bisa menghasilkan uang sebanyak itu walau sudah bekerja selama setahun. Lalu ada sms dari e-bangking yang tertulis bahwa Marco yang mengiriminya uang. Dan sudah empat bulan ini, secara teratur ia mengisi rekeningnya.     

Sebenarnya berapa gaji bodyguard?     

Kenapa Marco bisa memberikan uang sebanyak itu setiap bulan?     

Lizz bahkan hampir sesak napas setiap melihat angka nol di rekeningnya yang sekarang.     

Walau belum sepeser pun uang itu ia gunakan hingga detik ini. Liz jadi semakin tak tenang. Karena didikan neneknya yang kolot, dia jadi berpikir bahwa dia adalah istri yang tak berguna. Suaminya terus menafkahi dirinya tapi dia tak bisa melayaninya. Tidak bisa memasakkan untuknya. Tidak bisa mencuci bajunya. Tak bisa memijitnya kalau dia lelah. Benar-benar istri yang payah.     

Tetapi diantara itu semua Lizz paling kesal dengan tingkah Vano yang selalu menyindirnya. Yang penganten baru tak akurlah. Yang ranjangnya dinginlah. Yang jarang dibelai. Yang janda bukan, perawan juga bukan. Dibilang istri, tapi tak seperti istri. Dibilang single, tapi already taken.     

Pokoknya banyak sindiran Vano yang membuat darah tinggi. Apa semua cowok memang tak peka?, Lizz berpikir dengan sedih.     

Lalu kabar itu datang.     

Besok David dan Ai akan pulang ke Indonesia pasca melahirkan dua bulan lalu. Tentu Lizz berharap Marco ikut pulang. Tentu untuk menanyakan status mereka yang simpang siur ini. Apakah pernikahan mereka akan dilanjutkan atau berakhir perpisahan? Membayangkannya saja Lizz jadi lemas.     

Karena besok bosnya pulang, maka di sinilah dia sekarang, berada di dalam mobil bersama Vano untuk berbelanja ke pasar. Dan seperti inilah kehidupan Lizz jika Bossnya tak ada di Indonesia. Pekerjaannya hanya membersihkan dan menjaga rumah David agar tak kosong. Jika pergi pun, David menyuruhnya membawa mobil. Bossnya itu bahkan tak keberatan jika Liz memakai mobil sport miliknya untuk ke pasar. David adalah Boss yang kelewat baik.     

Sebenarnya Lizz bisa saja ke Mall untuk belanja, tapi dia lebih suka ke pasar. Karena selain murah, di sana Lizz juga bisa memilih bahan yang jauh lebih bagus dan segar yang baru tiba dari kebun. Lagi pula Lizz tak terbiasa harus berdandan hanya untuk belanja sayuran.     

Lizz tersentak kaget saat Vano menekan klakson beberapa kali. "Astaga Vano! Apaan sih? Bikin kaget aja!"     

"Habisnya, Kakak ngalamun terus. Udah sampai nih, jadi belanja nggak?"     

"Iya! Kamu mau dibelikan apa?" tanya Lizz sebelum keluar dari mobil.     

"Nggak usah. Vano tunggu di tempat maen game ya?"     

"Baiklah. Jangan lupa mobilnya dikunci dulu."     

"Oke."     

Lizz langsung turun dan mencari penjual sayur yang menjadi langganannya. Tapi baru separuh belanjaan yang dibeli ada suara keras seperti toa masjid yang memanggil namanya.     

"LIZZ ... MANTU EMAK!" Dengan kekuatan supernya, Emak Rina memeluknya erat dan langsung mencium pipinya. "Mantu Emak gimana kabarnya? Kenapa nggak pernah kasih kabar? Emak kangen banget tahu nggak? Emak dateng ke rumah Marco tapi kosong. Emak mau nyari kamu tapi nggak tau alamatnya."     

Lizz tersenyum canggung setengah kaget mendapati Emak mertuanya yang ada di sini. Tapi belum sempat Lizz menjawab, Emak mertuanya sudah nyerocos lagi. "Kamu kemari dengan siapa? Sama Marco? Mana orangnya? Emak pengen jitak. Enak aja mantu Emak diumpetin dan gitu udah empat bulan nggak kasih kabar 'kan kurang ajar."     

Ternyata bukan hanya Liz yang dicuekin, bahkan Emaknya sendiri pun tak tahu keberadaan putranya itu. Ya ampun ... anak macam apa dia?     

"Oh iya sayang, apa kamu sadar antara kamu dengan Marco emang bener berjodoh ya. Namamu Suliztyarini. Dan Emak namanya Rina. Rini dan Rina! Ah, beneran cocok jadi mantu dan mertua."     

"Kamu udah 'isi' belum? Emak nggak sabar pengen cepet punya cucu, kalau bisa yang banyak. Kata Emak punya anak banyak biar rumah nggak sepi ..."     

Bla ... Bla ... Bla ... Bla ... Lainnya.     

Begitulah aksi belanja Lizz terkontaminasi dengan kehadiran Emak mertuanya yang tak berhenti bicara. Lizz bahkan sampai heran wanita setua itu masih segar bugar dan bicara panjang lebar kali tinggi dengan satu tarikan napas.     

Akhirnya Lizz hanya mengikuti ke manapun langkah Emak mertuanya melangkah. Dan diantara kesibukan belanjanya, Lizz seperti ditemani radio yang tak berhenti berputar. Bedanya radio yang satu ini adalah Emak mertuanya, dan yang diputar bukan lagu. Melainkan pertanyaan di mana Marco. Kapan pulang. Kapan kasih cucu. Kapan mampir ke rumah mertuanya. Dan kapan-kapan lainnya.     

Mohon maaf mak, bukan Lizz enggak mau kasih cucu. Tapi ... bagaimana mau kasih cucu kalau yang punya sperma saja tak pernah mengunjungi sel telurnya.     

Lizz adalah Istri rasa Janda.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.