One Night Accident

HOME



HOME

0Happy Reading     
0

*****     

Istana itu masih terlihat sama seperti puluhan tahun lalu. Masih semegah dan seindah biasanya. Daniel menatap seluruh bangunan istana itu dengan hati yang berusaha dia tegarkan.     

Sejak kematian sang adik, Daniel itu tak pernah menginjakkan kaki ke istana itu lagi. Setiap bertemu dengan orang tuanya pun dia lebih memilih menemui mereka di pusat Save Security Perancis.     

Daniel menarik napas dalam, lalu mengembuskannya pelan saat pengawal membukakan pintu untuknya. Daniel berusaha mencari dan mengumpulkan kekuatan ketika memasuki istana ini lagi. Saat langkahnya mulai memasukinya, tanpa bisa dicegah Daniel langsung teringat akan sang adik.     

Di istana ini mereka tumbuh bersama, di meja itu mereka bercengkerama, di lantai itu mereka berkejaran, di tangga itu mereka saling mendahului, dan semua aktivitas Daniel dan adiknya seolah-olah terpampang jelas di depan matanya. Seperti sebuah siluet timbul tenggelam dengan wajah adiknya memenuhi seluruh sudut istana.     

Puluhan Maid masih berjejer rapi menundukkan kepala saat Daniel masih berdiri diam memandangi seluruh ruangan yang penuh dengan kenangan. Daniel masih bisa merasakan pedihnya ketika membayangkan kebersamaannya dengan Jhonathan.     

Daniel tersenyum tipis ketika tahu bahwa isi istana itupun tak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dua puluh dua tahun yang lalu.     

Kepala pelayan kerajaan, yaitu Mrs Maxwell menghampirinya. Mungkin heran karena melihat Daniel hanya diam di tempat. Matanya terlihat berkaca-kaca, terharu menyaksikan sang Pangeran yang akhirnya mau kembali pulang.     

Daniel melihat pantulan tubuh Mrs Maxwell yang sudah semakin tua. Dialah yang merawat Daniel dan adiknya sejak mereka masih sangat kecil. Daniel bahkan masih mengingat sedapnya lasagna buatan Mrs Maxwell yang selalu menjadi rebutan dia dan adiknya.     

Daniel ingin memeluknya karena kelihatan sekali kalau Mrs. Maxwell sangat merindukannya. Sebenarnya daniel juga rindu dengan pengasuhnya ini. Tapi Daniel tidak mau membuat Mrs Maxwell menangis tersedu-sedu dan mempermalukan dirinya sendiri diantara para pelayan dan pengawal.     

Apalagi Daniel adalah pangeran, dan seuai aturan kerajaan seorang pangeran dilarang terlalu akrab dengan pelayan, hal itu justru akan membuat Mrs Maxwell mendapat masalah besar dan akan di anggap kurang ajar jika Jack melakukannya.     

"Welcome My Prince," kata Mrs dengan suara serak menahn haru. Tidak lupa Mrs Maxwell menunduk hormat kepadanya.     

"Terima kasih Mrs. Maxwell, aku juga merindukanmu dan tak sabar menikmati lasagna buatanmu lagi," Daniel menjawab, membuat wajah wanita tua itu menjadi bersinar bahagia karena sang pangeran masih mengingatnya. Padahal mereka sudah tidak bertemu puluhan tahun.     

"Yang Mulia Ratu sudah menunggu Anda, Pangeran," ucap Mrs Maxwell kali ini dengan nada suara yang terdengar bersemangat dan lebih bahagia lalu dia membimbing Daniel menuju ruangan yang ia ingat dulu sebagai ruang keluarga.     

Di sanalah wanita yang melahirkannya, tetap cantik walau usianya sudah mencapai kepala lima. Ibunya duduk dengan anggun dan membolak balik dokumen yang ada ditangannya.     

"Yang Mulia," ucap Daniel sambil menunduk hormat saat sudah di dekat Ibunya.     

Sementara Mrs Maxwell hanya mengantarnya sampai pintu dan langsung pergi begitu Daniel memasuki ruangan itu.     

Wanita itu mendongak dan tersenyum "Sayang, tak perlu formal begitu. I'm your Mommy." Ibunya berujar lalu memeluk Daniel dan mencium kedua pipinya. "Oh ... Mom rindu sekali padamu. Tahun lalu kau tak datang ke Perancis ketika natal."     

"Maafkan aku karena mengecewakanmu, Mom. Saat itu Daniel sedang ada misi." Daniel menjelaskan ketidakhadirannya.     

"Oh, Honey. Kau tau Mom tak bisa marah padamu. Kamu adalah anakku satu-satunya, mana mungkin Mom bisa marah pada putra kesayanganku." Stevanie menarikn Daniel agar duduk di sampingnya.     

'Mommy-nya memang tidak pernah marah kecuuali saat kematian adiknya,' batin Daniel miris.     

"Aku tahu, Mom. Aku juga menyayangimu."     

Mendengar jawaban putranya Stevanie tersenyum. "Lain kali bisa kan lebih sering memberi kabar pada Mom? Mom sudah terlalu tua untuk mengkhawatirkan keberadaanmu."     

"Baik."     

"Kau semakin persis Daddy-mu, hanya menjawab sepatah dua buah patah kata jika Mom ajak bicara."     

"Maaf."     

"Berhentilah minta maaf. Mom hanya bercanda," sang Mommy menepuk pelan tangan Daniel.     

"Mana Daddy?" tanya Daniel yang tak melihat keberadaan sang Daddy Peter.     

"Dia masih di Denmark, ada partai oposisi yang membuat ulah. Tapi Daddy-mu berjanji sore ini dia sudah sampai kesini. Apa kamu lelah? Mau istirahat dulu?"     

"Sepertinya Daniel memang butuh itu. Baiklah kalau begitu, Daniel undur diri dulu, Mom. Daniel ingin istirahat."     

"Tentu, sayang. Tapi bisakah Mom memelukmu lagi? Mommy masih merindukanmu." Tanpa menjawab, Daniel langsung memeluk Mommy-nya dengan erat.     

"Daniel juga rindu," bisiknya.     

"Ah ... Mom tak pernah menyangka, putra kecil Mom sudah sebesar ini," sang Mommy mencium kedua pipi Daniel lagi. "Baiklah, sekarang istirahatlah. Mom akan menyuruh pengawa; memanggil saat Peter datang."     

"Terima kasih, Mom. Daniel undur diri," kata Daniel lalu menuduk hormat sebelum keluar dari ruangan itu.     

Sayangnya, apa yang di katakan Stevanie ternyata tak bisa di realisasikan. Buktinya, Peter akhirnya sampai di Cavendish setelah tengah malam dan baru bisa ditemui Daniel keesokan harinya.     

Disinilah akhirnya Danie sekarang berada. Mengikuti sarapan yang sangat formal dengan kedua orang tuanya sendiri. Daniel baru sehari dan dia jadi merindukan makanan Indonesia, walau nama dan bentuknya kadang aneh tapi sebagian besar dia suka.     

Sedangkan melihat makanan di hadapannya, ia juga teringat Joe yang tak suka makanan Indonesia. Banyak orang yang menatap heran setiap Daniel dan Joe saat makan bersama. Karena Joe yang murni Asia, selalu memesan masakan barat. Sedangkan Daniel, yang asli berdarah Western, selalu memesan makanan khas Indonesia. Harusnya Joe yang di sini menikmati hidangan ini.     

Selain masakan yang tidak bisa menggugah selera Daniel, suasana di meja makan juga sangat hening dan kaku karena ketika makan tidak ada yang boleh mengeluarkan sepatah kata pun.     

Walau Daniel tak suka banyak bicara, tapi ia suka sekali makan sambil mendengar Joe mengoceh. Seperti Jhonathan yang juga selalu ramai saat makan.     

Selesai sarapan yang sangat kaku itu, akhirnya kedua orang tuanya meluangkan waktu untuknya. Daniel kadang iri dengan kemesraan kedua orang tuanya. Walau mereka memiliki latar belakang yang sangat bertolak belakang tapi anehnya mereka bisa bersatu.     

Daddy-nya yang terlihat kaku dan kejam, sang Mommy-nya yang cantik dan anggun. Layaknya Iblis yang mendapatkan Bidadari. Daniel bahkan kadang merasa keberadaannya tak terlalu penting dan hanya sebuah bonus menyenangkan.     

Dulu Daddy-nya hanyalah bodyguard Mommy-nya, entah bagaimana mereka saling jatuh cinta. Padahal posisi kerajaan Cavendish masih sangat rawan. Alhasil Raja saat itu menentang keras hubungan kedua orang tuanya, karena perbedaan status sosial. Tapi yang namanya jodoh tak ke mana, Mommy-nya yang terlanjur jatuh cinta tidak mau bersanding dengan pangeran mana pun, bahkan sampai hampir bunuh diri karena patah hati. Daddy-nya yang akhirnya bisa membujuk Mommynya agar tidak berbuat bodoh hingga akhirnya membuat sang Kakek akhirnya luluh dan merestui hubungan mereka. Mau bagaimana lagi Stevanie adalah keturunan satu-satunya kerajaan Cavendish. Tidak ada kakak, adik, spupu bahkan paman yang bisa ditunjuk untuk meneruskan tahta kerajaan selain ibunya itu. Jadi ... keselamatan Stevanie adalah yang paling utama.     

Sayangnya akibat penolakan kakeknya yang sangat melukai harga diri Peter, sampai sekarang Daddynya tidak mau dipanggil sebagai Raja. Peter tak mau dianggap menikahi Mommy-nya karena tahtanya belaka. Jadi ... Hingga kini, ia hanya menganggap dirinya sebagai pengawal pribadi Ratu dan yang memimpin kerajaan sampai detik ini adalah sang Ratu Stevanie.     

"Ehem!" Daniel mencoba menarik perhatian mereka karena sedari tadi orangtuanya bermesraan seolah-olah dia tak kasat mata.     

"Ya, sayang. Ada apa?" tanya Mommy-nya tanpa melepaskan rangkulan tangannya dari suaminya.     

"Aku ingin ke makam Jhonatan."     

Mendengar perkataan Daniel, kedua orangtuanya langsung menegang.     

*****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.