One Night Accident

SELINGKUH



SELINGKUH

Happy Reading.     

****     

Sebuah pesan masuk dan lagi-lagi hanya pesan dari Vano yang menanyakan kabarnya. Belum termasuk puluhan pesan Whatsapps dari Ibu mertuanya yang mengirimkan foto keberadaannya.     

Lizz masih takjub dengan ibu mertuanya itu. Cara bicara dan caranya memanggil yang terlihat udik itu, ternyata hanya tipuan belaka. Buktinya Emak Rina lebih gaul dari para Ibu-ibu sosialita. Di saat Lizz hanya tahu kuota internet itu untuk di pakai Facebook.     

Emak Rina bahkan punya segala macam aplikasi sosial media seperti Facebook, Twitter, Line, YouTube bahkan Instagram. Ke semuanya itu, Lizz sendiri tak pernah tahu kegunaannya.     

Jangankan Instagram, dia bahkan baru tahu apa itu Whatsapps setelah Emak Rina yang membuatkannya. Selama ini, yang Lizz tahu hanya telepon ya pake pulsa. Mana dia tahu kalau sekarang telepon bahkan berkirim foto dan video justru bisa memakai kuota internet melalui segala macam aplikasi Messenger.     

Lizz duduk di balkon dengan bosan. Sudah hampir sebulan dia tinggal di rumah suaminya yang bisa di kategorikan mewah ini. Bukan rumah yang Lizz tempati waktu diperkosa dulu, tapi rumah lain yang jauh lebih bagus. Lizz bahkan sempat berpikir ini adalah rumah majikan barunya.     

Sampai ketika Lizz masuk ternyata ada Emak mertua dan adik-adik ipar yang menyambutnya dengan hangat. Dan luar biasanya adalah, Lizz yang sebelumnya adalah seorang pembantu, kini ia bahkan memiliki dua orang pembantu, seorang supir dan seorang tukang kebun.     

Lizz serasa seperti Cinderella yang menikahi seorang Pangeran tampan nan kaya raya. "Memangnya, menjadi bodyguard itu mahal banget ya bayarannya? Sampai membuat Marco bisa sekaya ini", batinnya. Walau sekarang hidupnya layaknya seorang Putri, tapi lagi-lagi Lizz merasa ia hanyalah seorang Putri yang hanya dijadikan pajangan. Karena faktanya, setelah melakukan pemecatan sepihak dari rumah David dan membawanya ke rumahnya. Sampai sekarang Marco tak kelihatan lagi batang hidungnya.     

Lizz jadi merasa Marco menikahinya hanya karena takut dimarahi Emaknya saja. Makanya keberadaan Lizz di sini hanya formalitas. Marco tidak berniat menemuinya sama sekali.     

Sebenarnya, tadi Emak Rina sudah mengajak Lizz bergabung dengan teman-teman arisannya. Tapi Lizz terlanjur trauma. Karena terakhir kali Lizz ikut, dia malah dijadikan boneka percobaan. Karena setelah arisan, mereka memilih jalan-jalan ke Mall untuk berbelanja.     

Karena Lizz satu-satunya wanita yang masih muda, akhirnya dia kebagian mencoba semua baju yang di beli Ibu-ibu itu. Entah untuk anaknya, keponakannya, bahkan tetangganya. Dan sumpah demi tali kutang tetangga barunya yang suka melorot sampai lengan, Lizz lebih memilih membersihkan rumah berlantai tiga, dari pada mengalami hal itu lagi. Capeknya minta ampun.     

Lagi pula Lizz juga berencana ke rumah Ai siang ini, dia penasaran. Dan ingin tahu, apa saja yang dilakukan Marco. Kenapa sebulan ini ninggalin dia sendiri. Memangnya bekerja menjadi pengawal itu tak ada istirahatnya, sampai SMS atau telepon saja ia tak pernah sempat.     

Namun tentunya Lizz ke sana dengan alasan ingin bertemu dengan Vano. Adiknya itu memang tetap bekerja di tempat David, walau Lizz sudah tak lagi di sana. Itu karena Vano yang bercita-cita menjadi pembalap, dan David sudah janji bakal menjadi sponsor dan membantu mewujudkan keinginannya itu, asalkan Vano mau ngerawat mobil-mobil keren milik David.     

Sesampainya di tempat Ai. Vano ternyata sudah menunggunya di depan gerbang, karena memang Ai bilang Lizz akan datang.     

"Kak ... kangen banget sebulan enggak ketemu," kata Vano langsung memeluknya     

"Lebay ih ... baru minggu kemarin kamu main ke rumahku," kata Liz sambil memukul pelan lengan Vano.     

"Biasanya kan barengan terus kak, jadi ... pas sekarang enggak ada kakak, rasanya aneh." Vano benar-benar kangen Lizz apalagi masakannya, pokoknya masakan Lizz itu tiada duanya.     

"Kamu sendiri apa kabar? Enggak nakal 'kan? Enggak bikin rusuh di sini?"     

"Iihh ... Kakak mah gitu. Emangnya aku anak kecil yang suka nakal?"     

"Yang suka nakal bukan anak kecil doang. Om-om aja sering nakal."     

"Beda! Om-om nakalnya sama yang muda. Aku masih muda jadi enggak bakalan nakal sama yang tua."     

"Bisa saja kamu."     

"SUdah. Yuk masuk, pasti udah kangen ama suami tercinta 'kan? Ranjang berasa dingin lagi ya, Kak?"     

"Maksudnya?"     

"Ya ... 'kan Kakak dipulangin, sementara Bang Marco malah stay di sini. Bukannya jadi dingin lagi tuh ranjang?"     

"Omonganmu, Van!" Lizz menyentil dahi Vano.     

"Kenapa? Bener ya? Atau ... jangan-jangan nggak dingin, tapi emang ranjangnya udah beku. Hihihi ...!" goda Vano, senang melihat wajah kakaknya kesal-kesal gemesin.     

"Vano!" teriak Lizz sambil mengejar adiknya yang berlari masuk.     

Sampai di dalam, Lizz celingukan mencari Vano. "Ke mana tu bocah, cepet banget larinya!" batin Lizz ketika tidak melihat Vano dimanapun.     

"Mendingan ketemu Ai dulu deh. Masa ber-tamu nggak ketemu tuan rumah dulu."     

Lizz kembali ke ruang tamu dan mencari sang tuan rumah, ternyata Ai sedang nonton drama korea kesukaannya.     

Namun ... ketika Lizz mendekat, seketika itu juga langkahnya berhenti.     

Di sana bukan hanya Ai sendirian, tetapi ... juga ada Marco. Tidak apa-apa Marco ada di sana, masalahnya adalah Ai sedang duduk dipangkuan Marco dan mereka berpelukan!     

Demi apa pun Lizz serasa di lempari bongkahan batu melihat itu. Hatinya remuk dan sakit tak terkira. Jadi ... inikah alasan Marco menyuruhnya tinggal di rumahnya? Agar dia bebas berduaan dengan Ai?     

Lizz menatap dirinya sendiri dengan miris, Tentu Marco lebih memilih Ai. Siapalah dia dibanding Ai? Ai lebih cantik dan sexy. Lizz mah apa atuh cuma cewek biasa aja. Wajah biasa, body biasa dan cuma wanita dari kampung yang dulunya pembantu rumah tangga. Lizz tidak ada seujung kuku dari semua yang dimiliki Ai.     

Mereka terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Lizz semakin merasakan perih karena melihat Marco yang mengelus punggung Ai dengan sayang. Lizz sebagai istrinya saja, tak pernah diperlakukan seperti itu. Tetapi Ai di usap-usap seolah barang yang sangat berharga.     

Tidak ada yang menyadari keberadaannya, karena posisi wajah Ai yang berada didada Marco dan wajah Marco yang menghadap kearah samping hingga membelakanginya.     

Seolah kemesraan mereka tak cukup sampai disitu, tiba-tiba Ai mendongak menatap wajah Marco lalu Ai mencium bibir Marco tepat di hadapannya.     

"ASTAGA!"     

Itu bukan suara Lizz. Tetapi suara Vano yang entah sejak kapan berada di belakang Lizz.     

Mendengar suara terkejut Vano, seketika dua tubuh yang masih berpelukan itu menoleh. Dan kini bukan hanya Vano yang terkejut tapi Ai dan Marco juga sama terkejutnya.     

"Maksudnya apa coba?" tanya Vano pada Ai dan Marco meminta penjelasan.     

Seolah baru sadar, Ai langsung berdiri dari pangkuan Marco dengan wajah pucat.     

'Merasa bersalah mungkin ketahuan selingkuh,' batin Lizz dengan air mata yang sudah hampir jatuh.     

"Lizz ini nggak seperti yang kamu lihat. Please jangan salah paham dulu," ucap Ai salah tingkah.     

Liaz berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak terjatuh. Dia tak butuh penjelasan dari Ai, karena dia sudah melihatnya sendiri. Bahkan Marco saja hanya diam, tak berniat menjelaskan atau membantah apa pun.     

Saat itulah, Lizz tahu siapa dia di mata Marco. Ia hanya cewek yang diperkosa dan sekarang menjadi beban baginya.     

Kalau begini kenyataannya, sebaiknya Lizz meminta pisah saja.     

Ai belum sempat bicara saat Lizz berbalik dan lari meninggalkan rumah itu. Lizz sudah tak bisa membendung air matanya lagi. Dia keluar dari rumah David dan berlari tak tentu arah.     

Lizz merasa hancur lebur melihat itu semua.     

*****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.