One Night Accident

FANS



FANS

0Happy Reading.     
0

*****     

"Ngapain lo ke sini?" Marco langsung melotot tidak suka saat mendapati Joe di depan pintu rumah David.     

"Bisa sopan nggak sih sama tamu? Mana David?" tanya Joe langsung masuk tanpa menunggu dipersilakan, dasar tamu kurang ajar.     

"David lagi di luar kota, kenapa memang?"     

Joe terlihat berpikir lalu berucap. "Sandra diculik."     

"Lagi?" tanya Marco heran, perasaan belum lama Sandra di culik sama David, masa sekarang diculik lagi. "Heran deh, hobi banget Kakak ipar lo itu di culik," lanjut Marco.     

"Mungkin karena namanya Sandra, jadi dia demen banget di Sandra," ucap Joe asal dan malah membuat Marco tertawa begitu pun dengan Joe.     

"Ngapain lo ngikutin gue ketawa?" Joe memandang Marco tidak terima.     

"Elo kali yang ngikutin gue," balas Marco. Sudah Jelas Joe yang suka niru dan ngikutin dirinya, malah sekarang enggak ngaku.     

"Elo mah enggak pernah mau ngaku, padahal selama ini lo niru gaya gue kan?" tuduh Joe.     

"Lo yang nggak mau ngaku, pasti gaya lo terinspirasi dari gue, pakai acara ngeles segala, plagiat kok nuduh plagiat," balas Marco tidak terima.     

Baru Joe mau membalas perkataan Marco namun matanya melihat sesuatu di dapur. "Eh buset, bening banget tuh pembantu." Joe mengamati Lizz yang sedang berada di dapur dengan pintu terbuka.     

Marco melihat arah pandang Joe dan langsung mengumpat karena Lizz berdiri di depan rak sedang asyik membuat minuman. Sepertinya minuman itu mau diberikan pada Joe. Ish ... Marco enggak suka.     

"Mata lo, pengen gue congkel ya? Istri gue itu, nglihatinnya biasa saja." Marco langsung nyolot ketika Joe melihat Lizz seperti ngiler.     

"Istri? Kapan lo married? Perasaan baru kemaren lo jadi bodyguard gue dan sibuk ngecengin artis- artis deh."     

"Baru beberapa bulan lalu. Eh, ngapain bicaraain gue, Kakak ipar lo bagaimana itu?"     

"Nah ... itu, gue ke sini mau nanya. David ada culik Sandra enggak?"     

"Enggak."     

"Yakin? Lo bilang David di luar kota, jangan-jangan Sandra ikutan."     

"David enggak bego kali, ngapain dia bawa Sandra ke luar kota kalau bayinya bisa brojol sewaktu-waktu. Mau bikin panik di perjalanan. Lagi pula kalau memang David menculik Sandra, pasti gue tahu. Karena apa? Karena pasti gue yang melakukannya. Ngerti, mantan Bos."     

"Jadi beneran Sandra nggak sama David?"     

"Enggak," jawab Marco 100% yakin.     

Joe terdiam dan mendesah ikut sedih. "Berarti dia beneran diculik, lo cari Sandra gih sampai ketemu," perintah Joe seketika.     

"Eh onta, gue bukan bodyguard lo lagi, jadi jangan merintah sembarangan."     

"Eh kadal, lo tahu kan siapa Sandra? Bininya Alex, lo tahu siapa Alex? Sodara gue, dan Lo tahu siapa gue? Adek angkat bos lo, apalagi lo juga tahu siapa itu Sandra, dia adeknya Ai kan? Dan pasti lo juga tahu siapa Ai? Dia calon bini bos lo, jadi kesimpulannya adalah ... kalau sampai Sandra kenapa-napa, Alex sedih, gue galau, Ai nangis. lo pikir Jack bakalan diam saja melihat tiga orang kesayangannya menderita. No ... pasti Jack bakal ngamuk. Saat itu terjadi, gue tinggal bilang semua ini salah Lo, karena enggak mau bantu gue cari Sandra." Joe bersedekap dengan wajah songong.     

"Kok jadi ribet gini sih?" Marco benar-benar merasa terjebak. Kenapa mereka musti sodaraan sama si bos sih. Aelah ... marco jadi enggak bisa mengelak kan.     

"Ya sudah lo hubungi David, gue hubungi Jack, kita cari sama- sama." Joe memerintah dengan seenak jidat.     

Mau tidak mau, Marco mengirim kode darurat pada bosnya yang saat ini entah berada di mana. "Sudah kan, sana pulang, ganggu orang tahu nggak," usir Marco setelah yakin kodenya terkirim.     

Joe mendengkus lalu berdiri hendak pergi.     

"Prince Joeeeee!" teriakan Lizz membuat Marco dan Joe menoleh seketika.     

Lizz mengahampiri Joe dengan wajah terpesona.     

"Prince Joe, Prince. Ak- aku, boleh minta tanda tanganmu?" Mata Lizz terlihat penuh pengharapan.     

'Whattt?' Marco memandang Lizz dan Joe tidak terima. Dari seluruh Aktor dan cogan di dunia, kenapa istrinya nge- fans sama Joe. Ah ... Marco tidak rela dan ini tidak bisa dibiarkan.     

"Hay, cantikkk." Sialan Joe malah sengaja menggoda Lizz dengan kemampuan playboynya.     

"Kya .... ganteng banget." Baru dikatakan cantik saja Lizz sudah serasa melelh di tempat.     

"Aku ... boleh minta foto bareng juga enggak?" tanya Lizz benar-benar berharap.     

Marco menganga shok, sedangkan Joe terlihat puas melihat wajah Marco yang cemburu buta.     

"Jangankan foto, peluk, cium juga boleh kok cantik."     

"Benarkah?"     

"Iya dongk, prince Joe siap sedia melayani wanita secantik dirimu.     

"Gemesnyaaaaaaa." tiba-tiba Lizz sudah memeluk Joe dengan wajah super bahagia.     

'What the hell.'     

Marco semakin tidak suka, dengan paksa dia melepaskan pelukan Lizz dengan Joe dan menarik Lizz dalam pelukannya dengan erat, bininya sudah terkontaminasi dengan aroma prince abal-abal.     

"Enggak ada foto, peluk apalagi cium, pergi lo." Marco menaruh Lizz di belakangnya, jangan sampai dia kecolongan dan istrinya dipegang Joe lagi.     

"Marco, apaan sih. Aku kan nge- fans sama Joe. Boleh ya, sekali saja, nggak perlu cium deh, foto bareng saja." Lizz memandang suaminya dengan tatapan puppy eyesnya.     

Marco jadi galau, di satu sisi dia tidak rela istrinya dekat-dekat dengan Joe, namun di sisi lain, mana bisa dia menolak kalau Lizz memohon dengan cara menggemaskan begini.     

"Ya sudah, sekali saja ya? Fotonya juga enggak usah dekat-dekat," ucap Marco akhirnya pasrah.     

Lizz berjingkrak senang dan langsung ber- selfie dengan Joe. Sedangkan Marco jangan ditanya setelah ini dia bakalan balas dendam, kalau perlu dia akan kempesin itu semua ban mobil Joe biar besok enggak bisa syuting.     

"Sudah kan?" Marco langsung mendorong Joe keluar begitu selesai berfoto.     

Joe terkekeh melihat tingkah Marco yang terlampau posesif itu. Marco bodo amat, dia masih kesel banget tahu. Bagaimana bisa, Lizz yang sudah punya suami ganteng maksimal seperti dirinya masih bisa nge- fans sama si Prince abal-abal ini. Besok Marco akan membelikan Lizz kacamata, biar penglihatannya jelas dan bisa membedakan mana yang ganteng hakiki dengan ganteng dibuat-buat.     

"Enggak usah cemberut, sudah terima nasib saja, bahkan bini lo mengakui kalo gue lebih ganteng daripada lo," bisik Joe semakin mengejek Marco.     

Untung setelah mengatakan itu Joe segera keluar dari kediaman David dan pergi, kalau tidak Marco pasti sudah melempar Joe ke dalam lumpur Lapindo.     

"Bebbb." Marco masih cemberut melihat Lizz yang sumringah.     

"Iya?" Lizz memandang Marco dengan santai.     

Marco dongkol kenapa istrinya enggak peka banget sih, Marco butuh di sayang-sayang. Teptapi Lizz masih asik melihat foto di ponselnya. Kan sialan.     

Marco menghirup napas dalam berusaha menenangkan diri, setelah itu dia menarik tangan Lizz dan kembali membawanya masuk ke dapur.     

Daripada dongkol, kesel sendiri mending dia mengajak Lizz meneruskan kegiatan mereka yang tertunda tadi. Selain biar Bebebnya lupa sama Joe, juga biar Jujunnya segera memproduksi cebong agar bisa menghasilkan anak ganteng dan cantik idaman neneknya.     

Enak, asik dan lebih ber-faedah.     

*****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.