One Night Accident

PARTY



PARTY

0Happy reading.     
0

****     

Marco menghampiri bosnya yang tidak sendirian, dia bersama Alex suami Sandra sekaligus adik angkatnya. Marco malas membawa rekan, namunkenapa si bos malah bawa Alex, bikin ribet saja.     

"Bos ... kenapa kamu mengajak Alex?" tanya Marco memprotes dengan berbisik.     

Daniel memandang Marco dingin, "Kita menyelamatkan istrinya, jadi dia harus ikut. Masa dia mau bersantai saja di rumah!"     

"Tapi Bos ... aku takut dia nanti malah menghambat gerakan kita, Bos."     

"Ck! Justru karena dia, kita lebih leluasa. Saat dia bawa pergi anak dan istrinya, kita bisa membereskan sisanya dengan bebas."     

"Oh …." Marco mengangguk. Masih setengah tidak setuju, namun ... dia bisa apa? dia kan cuma anak buah yang harus menuruti keinginan Bosnya.     

"Kalian membahas apa sih, kenapa berbisik?" tanya Alex di belakang Jack.     

"Bukan apa-apa," jawab Marco.     

"Kau fokus saja pada keselamatan anak dan istrimu, setelah itu biarkan kami yang mengurus," kata Jack menambahkan.     

Jack sengaja membiarkan Marco memimpin gerakan, karena posisinya masih melindungi Alex. "Ada berapa orang di dalam?" tanya Jack pada Marco.     

"Yang terlihat sekitar dua puluh orang, tapi begitu ku lihat dengan teropong ada empat puluh orang bahkan lebih. Oh ya, anakmu cantik ya," kata Marco pada Alex. 'Aku juga mau punya anak secantik itu," batin Marco kecewa sendiri. Kembali mengingat pil Kb di tas istrinya.     

"Anakku perempuan?" tanya Alex terkejut sekaligus berbinar senang.     

"Hmm … Apa Kau mau melihatnya?" Marco menyerahkan teropongnya pada Alex. Awalnya Alex terlihat ragu, tapi saat teropong sudah berada tangan, sontak matanya melotot, "Shitt! Ini tembus pandang? Aku tak menyangka ada yang seperti ini," kata Alex sambil memperhatikan teropongnya. Sedangkan, Marco dan Daniel hanya menyengir. Karena bagi mereka yang tergabung dalam Save Security, senjata dan teknologi canggih sudah bisa di dapatkan dengan mudah.     

"Apa aku boleh minta satu?" tanya Alex.     

'Apa dia pikir ini sebuah mainan?' batin Marco. "Untuk apa, Alex?" tanya Marco.     

"Untuk melihat Sandra, aku sering bertanya, apa yang dilakukan berlama-lama di dalam kamar mandi?" jawab Alex.     

"Bodoh! Untuk apa kamu teropong? Kamu kan suaminya, bila penasaran langsung ikut masuk ke kamar mandi saja," kata Marco menatap Alex seolah dia bodoh.     

Alex berpikir, benar juga, ngapain repot-repot diteropong kalau bisa bergabung langsung. Dia memang payah soal wanita.     

"Kalian berdua, sudah siap?" tanya Daniel.     

Alex mengangguk.     

Marco tersenyum iblis dan mulai beranjak, dia berada di garis paling depan, dia kan anak buah jadi harus siap jadi tameng ke dua bos di belakangnya. Marco langsung mengeluarkan senapan dan melangkah keluar dari tempat persembunyian. "Enjoy the party!" teriak Marco sebelum mulai menembak ke arah para musuhnya tanpa memberi peringatan sama sekali.     

Dor ... Dor ... Dorr ...     

Marco mengarahkan hujan peluru pada rumah itu. Lalu, memberi akses jalan untuk Alex dan Daniel untuk masuk ke dalam. Mereka berdua menuju lantai dua mencari Sandra, Marco memilih mengamankan musuh di lantai satu. Marco membuka setiap ruangan dan menembak orang di dalam tanpa terkecuali,. Tentu saja Marco tidak membunuh mereka, hanya menembak pada bagian yang dapat melumpuhkannya.     

Marco mendobrak satu pintu lagi dan tiba di sebuah ruangan dimana ada seorang wanita yang sedang diperkosa oleh dua orang anak buah Chameleon. Dengan kesal Marco menembak pantat mereka yang kurang ajar hingga keduanya langsung tengkurap kesakitan. Wanita yang diselamatkan, ternyata sudah selesai diperkosa , karena aroma sperma yang sudah tercium dari seluruh tubuhnya.     

Marco menutupi tubuh wanita itu dengan baju salah seorang pria yang memperkosanya. Marco menggendong wanita itu keluar rumah, menghindarkan wanita itu dari adu tembak yang akan terjadi lagi. Saat Marco baru merebahkan wanita itu di atas pasir, tiba-tiba ….     

Dhumm!     

Blarr!     

Marco langsung tengkurap melindungi dirinya dan tubuh wanita itu, dari ledakan yang baru saja terjadi. Marco melihat rumah itu, kini sudah hancur berkeping-keping.     

Dia teringat pada Daniel yang masih berada di dalam. "Shittt ... bos?" Marco kalang kabut mencari Daniel. Dia tak akan memaafkan dirinya, jika terjadi sesuatu pada Daniel. Marco sangat pucat dan panik.     

***     

Sebelumnya di lantai atas.     

Daniel mendobrak pintu kamar tempat persembunyian Chameleon. Nampak wajah bertopeng yang membuatnya muak, Chameleon duduk santai sambil merokok. Sudah mempredikso kedatangan Daniel cohza Cavendish.     

Di sudut lain, terlihat Sandra dan Ayahnya yang terikat. Daniel terdiam, dengan santai membuang senapan dan malah duduk di sebelah Chameleon seolah bertemu teman lama, bahkan dia ikut mengambil rokok di meja dan menyalakanya lalu menghisapnya dalam seolah sedang bersantai.     

Hal yang tentu saja membuat Alex terkejut dan heran.     

"Apa bisa kau buka topeng itu, sekarang?" tanya Daniel masih menikmati rokok di tangannya. "Kenapa? Aku tampan dengan wajah ini," ucap Chameleon sesantai Daniel.     

"Tapi, aku ingin melihat wajah aslimu sebelum kamu mati nanti."     

Chemeleon tertawa terbahak-bahak, "Kau masih percaya diri seperti biasa, RED."     

Daniel menoleh ke arah Chameleon. "Kenapa kau mengusik keluargaku?" tanya Daniel.     

"Aku tahu, aku masuk dalam daftar hitammu," jawab Chameleon.     

"Tapi tidak secepat ini, Harusnya aku baru memburumu tahun depan," jawab Daniel.     

"Apa itu berarti kau takut padaku?" tanya Chameleon.     

Daniel mematikan rokoknya dengan santai, namun sepersekian detik kemudian dia sudah melompat ke belakang Cameleon dengan sebuah pisau tepat mengarahkan ke lehernya.     

Anak buah Chameleon sontak mengangkat senjata seketika.Namun tentu saja tidak ada yang berani melepaskan tembakan karena leher bos mereka sedang terancam putus.     

"Aku tak suka kau bermain-main dengan keluargaku," bisik Daniel dengan mata tajam, memperingatkan anak buah Chameleon agar tidak macam-macam. Lalu, dia memberi isyarat pada Alex untuk membawa anak dan istrinya keluar.     

"Jangan ada yang berani mengikutinya," ucap Daniel pada anak buah Chameleon sekaligus menanamkan sugesti agar mereka tidak mengangkat senjata atau pun mengikuti Alex dan keluarganya.     

Setelah Daniel merasa aman, dia melepaskan cengkraman pada kepala Chameleon. Tentu saja itu membuat Chameleon heran."Kenapa kau melepaskan aku?" tanya Chameleon waspada.     

"Aku belum ingin kau mati, sebaiknya kita bertemu lagi lain waktu, saat kau lebih pintar," ucap Daniel hendak melangkah pergi.     

harga diri Chameleon serasa jatuh seketika. "Dasar! anak kurang ajar, kau pikir ini sebuah permainan yang bisa berhenti sesuka hati!"     

Daniel menatap Cahmeleon yang tersenyum jahat dengan sebuah remote di tangannya.     

Mata Daniel melotot seketika.     

Pipppppp ...     

Daniel langsung menerjang kaca dan melemparkan tubuhnya langsung ke luar dari lantai dua, saat Chameleon menekan tombol bom di tangannya.     

Chameleon sendiri sudah meloncat dari jendela, membiarkan anak buahnya yang kocar-kacir mencari jalan keluar sendiri-sendiri sebelum bom meledak.     

Dhuarr!!     

Bhumm!!     

Daniel jatuh ke pasir dengan mulus, namu beberapa pecahan kaca melukainya tubuhnya, dia langsung tiarap begitu bom meledak dengan dahsyat hingga menghancurkan rumah tersebut dalam beberapa detik.     

Daniel masih diposisi tiarap dan menyesuaikan telinganya yang berdengung akibat suara ledakan. Saat keseimbangan tubuhnya sudah kembali, Daniel berdiri dan berusaha melihat sekeliling.     

Rumah itu terlalap api menerangi seluruh bagian pantai.     

Daniel memfokuskan pandangannya dan melihat Chameleon serta anak buahnya mengelilingi dirinya dengan semua senjata api yang mengarah padanya.     

Sial! dia terkepung.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.