One Night Accident

GOOD BYE



GOOD BYE

0Happy Reading.     
0

****     

Marco mengendap-ngendap di antara reruntuhan, berusaha mencari sosok Daniel. Saat baru melangkah, matanya melihat Alex yang malah kembali dari pelarian dan ikut bersembunyi. "\'Untuk apa Alex kembali? mengganggu pesta orang saja.' batin Marco.     

Akhirnya dengan hati-hati, Marco mengikuti Alex, berusaha melindunginya dari musuh yang pati tidak diketahui Alex karena pengalamannya yang minim. Semakin dekat, Marco bisa melihat bosnya terkepung oleh anak buah Chameleon, tak bisa berkutik sama sekali.     

Klik!     

Brugh!     

Marco melihat Alex menembak salah satu anak buah Chameleon dan menimbulkan kehebohan karena temannya tiba-tiba mati tanpa terdengar suara senjata api atau pisau yang menusuknya.     

Marco melihat tangan Alex gemetar saat melakukannya. Marco mengaku Alex sangat berani sebagai pemula, karena dia langsung membunuh di tembakan pertamanya. Sedangkan, Marco selama ini hanya melukai musuhnya. Tidak pernah ada yang mati satupun.     

Marco kembali mengendap-endap dan menghampiri Alex lalu menepuk pundaknya. "Butuh bantuan?"     

Alex langsung menoleh kaget dengan kedatangan Marco. Benar-benar amatir, tak sadar ada yang mengikutinya sedari tadi. "Marco! bikin kaget saja," kata Alex sambil berbisik.     

Marco mengamati situasi sejenak lalu menatap Alex dengan serius. "Alex terus alihkan perhatian mereka, aku akan berputar ke arah yang berlawanan dan menyelamatkan bos," perintah Marco.     

Alex mengangguk dan Marco mencari jalur yang bisa menyelamatkan Daniel. Sayangnya ketika baru saja Marco tiba di posisi yang tepat, posisi Alex malah ketahuan.     

Marco dilema, jika dia tetap bersembunyi dan menyerang dengan sniper, akan mudah menyelamatkan bosnya tanpa terluka sedikitpun, namun ... jika dia tidak segera keluar dari persembunyian dan membuat mereka kocar-kacir Alex pasti akan mati di depan matanya.     

Benar saja baru Alex di seret anak buah Chameleon tiba-tiba Alex terjatuh karena satu tembakan mengenai kakinya.     

Marco tak punya pilihan lain, jika Alex terluka apalagi mati. Daniel akan sangat murka dan kecewa padanya.     

Menarik napas dalam Marco mempersiapkan amunisi. Sedetik kemudia dengan penuh keyakinan Marco keluar dari persembunyiannya.     

Tidak ada kata pembuaka atau jeda, Marco langsung menembak semua orang yang mengelilingi Daniel juga yang berusaha mendekati Alex.     

Marco menembak dan terus menembak tanpa mempedulikan apa pun. Semua pelurunya sudah bersarang ke semua musuhnya, Namun sayangnya tubuhnya sendiri juga sesekali tersentak bahkan kakinya mulai agak goyah karena musuh berhasil menembak tubuhnya yang memang menjadi sasaran empuk itu.     

Marco tidak peduli, sudah berapa banyak peluru yang berhasil menembus daging di tubuhnya, yang penting Daniel dan Alex selamat. Itu proiritasnya saat ini.     

Tidak lama kemudian suasana menjadi hening, aroma mesiu memenuhi udara, Chameleon beserta anak buahnya sudah terkapar di tanah, namun tak ada yang mati karena Marco hanya menembak bagian yang tak terlalu vital.     

Marco melihat Daniel yang sepertinya kaget melihat keadaannya, "Aku menyisakan satu untukmu, Boss," ucap Marco diantara kesakitannya lalu melempar senapan kepada Daniel. Marco tidak bisa membunuh orang tapi dia yakin Daniel tidak akan menyisakan satupun dari mereka hidup.     

Daniel terpaku dengan wajah shok. Tadi Daniel mengira Marcolah yang menembak musuhnya diam-diam dari balik reruntuhan. Namun ketika melihat Alex yang muncul, Daniel terkejut tak menyangka Alex malah kembali ke tempat yang berbahaya.     

Apalagi sekarang Marco malah muncul untuk menyelamatkan dia dan Alex dengan membiarkan tubuhnya sendiri tertembak. Seolah Marco sengaja menjadi perisai untuk mereka berdua.     

Daniel marah, benar-benar marah melihat kondisi Marco yang sepertinya akan ambruk sebentar lagi. Tidak ada yang boleh menyakiti anak buah kesayangannya.     

Daniel menangkap senjata yang dilempar oleh Marco. Dia memandang Chameleon yang meringis memegangi kakinya yang tertembak. Lalu, Daniel memandang Alex yang terluka. Joe pasti kecewa, karena tak bisa melindunginya. Chameleon melakukan sabotase pada mobilnya yang mengakibatkan kecelakaan. Kini, dia tak bisa melindungi Alex hingga tertembak.     

Kakak macam apa dia? Tak bisa melindungi satu pun dari ke dua adiknya. Lalu, dia memandang Marco yang terluka parah tapi terlihat masih berusaha berdiri tegak. Dadanya terasa sakit dan sesak melihat Marco yang kesakitan, perasaan apa ini? Kenapa seolah-olah rasa sakit Marco menjalar ke tubuhnya.     

Berusaha menghilangkan rasa aneh itu, Daniel menjadi kalap dan dengan membabi buta membunuh semua anak buah Chameleon hingga darah mereka berceceran dia atas pasir pantai.     

Lalu Daniel mendekat ke arah Chameleon, Dia mengalihkan senjata kepada Chameleon yang sudah memandang takut dengan kekejamannya. Dengan wajah dingin Daniel menembak kepala Chameleon, buakan hanya sekali, namun berkali-kali sehingga isi otak Chameleon berceceran dalam arti yang sebenarnya.     

"BOSS! kau membuatnya takut!" teriak Marco dengan napas terputus-putus.     

Daniel tersentak memandang Alex yang pucat dan muntah-muntah karena melihat kegilaannya, lalu dia melihat Marco yang tersengal-sengal napasnya. Daniel segera membuang senjatanya dan menghampiri Marco untuk menopang tubuhnya agar tidak ambruk.     

Danie langsung menghubungi anak buahnya yang lain. Hingga tak lama kemudian terdengar suara helikopter yang datang. Daniel langsung mengangkat Marco masuk ke dalam helikopter, dan memerintahkan anak buahnya membantu Alex naik.     

Daniel langsung berusaha menghentikan dan memberi pertolongan pertama pada Marco, berharap dengan semua peluru di dalam tubuhnya dia tetap akan bisa di selamatkan.     

Entah kenapa melihat Marco yang sepertinya di ambang kematian itu membuat dada Daniel terasa sesak dan sakit. Apa ini karena dia pernah kehilangan adiknya sehingga sekarang dia tidak mau kehilangan orang yang dekat dengannya lagi? Bagaimanapun walau Marco hanya anak buahnya namun Marco memiliki tempat tersendiri sebagai anak buah kesayangannya.     

"Tunggu dulu! kita harus menjemput Sandra." ucap Alex.     

"Nyonya Sandra dan Tuan Tama sudah selamat dan dalam perjalanan ke rumah sakit terdekat," jawab salah seorang anak buah Daniel. Alex bernapas lega dan menyandarkan tubunya dengan tenang.     

Daniel terus berusaha membuat Marco sadar, Dia tidak bodoh melihat banyak peluru yang ada di tubuh Marco. Kemungkinan Marco selamat sangat kecil dan itu semakin membuat dadanya sesak.     

"Apakah disekitar sini ada air terjun?" tanya Marco dengan suara pelan.     

Daniel melihat Marco khawatir.     

"Ada di sebelah timur, Tuan" jawab salah satu anak buah Daniel yang berada di depan.     

"Bawa aku ke sana!" pinta Marco.     

Rahang Daniel mengeras, ini bukan permintaan terakhir 'kan? "Tak perlu, kita ke rumah sakit sekarang!" tegas Daniel.     

"Alex, berapa peluru yang bersarang ditubuhku?" tanya Marco.     

"Entahlah!!" Alex menjawab dengan bingung.     

Marco mengangguk pelan. "Berapa persen kemungkinan aku selamat?" tanya Marco sambil meringis kesakitan.     

"Tidak perlu diajawab, Aku yakin kau akan selamat," kata Daniel pada Marco.     

Mereka terdiam, hanya suara napas Marco yang terengah-engah terdengar, "Uhukkk .... 0%, aku tahu kemungkianan aku selamat hanya 0%."     

"Diamlah ... simpan tenagamu, kamu akan selamat," bantah Daniel kembali. Tidak suka dengan kemungkinan buruk itu.     

"Ayolah! Bawa aku ke air terjun, aku ingin melihatnya dari dekat."     

Daniel memalingkan wajahnya. Alex diam tak berani bicara.     

"Bos, Please … untuk terakhir kali," pinta Marco mulai menyenderkan tubuhnya ke belakang dengan darah membasahi sekujur tubuhnya.     

Daniel tidak suka ini. Tapi ....     

"Kita ke air terjun, sekarang!" kata Daniel dengan ekspresi yang datar.     

Helikopter langsung menuju air terjun yang ada diwilayah itu. Setelah sampai, mereka agak menurun agar bisa melihat jelas.     

"Sangat indah ... Apa bisa turun sedikit lagi?" tanya Marco.     

Daniel mengangguk dan pilot menurunkan lebih rendah.     

"Beautiful," gumam Marco tersenyum lemah. Lalu, dia menoleh ke arah Daniel dan mengernyit.     

"Kenapa luka Alex kau biarkan saja? Ikat kakinya agar darah berhenti mengalir," ujar Marco.     

Daniel memandang Marco dengan sedih, tapi melakukan permintaannya. Daniel tak tahu bahwa Marco sengaja melakukan itu, agar pegangan pada tubuhnya terlepas. Sehingga dia bisa pergi dengan mudah.     

"Jack ... Good bye …," ucap Marco melompat dan terjun bebas ke arah air terjun.     

Byurr .…     

Mata Daniel melotot dengan kaget, dadanya terasa sakit seolah terkena serangan jantung. Dengan cepat Daniel menengok ke arah bawah di mana tubuh Marco terjatuh.     

Nihil.     

Tubuh Marco langsung tenggelam, bahkan setelah ditunggu beberapa saat tubuh itu tak muncul lagi ke permukaan.     

"Boss, kita pergi?" tanya salah seorang anak buahnya.     

Daniel terdiam dia ingin sekali mencari dan membawa pulang tubuh Marco walau senadainya itu hanya sebuah mayat. Tapi ... kondisi Alex yang kehabisan darah menghambatnya.     

Akhirnya Daniel hanya mengangguk dengan wajah dingin karena merasa gagal.     

Helikopter mulai pergi menjauh, meninggalkan seorang Marco dan semua kenangannya.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.