One Night Accident

MUSTAHIL



MUSTAHIL

0Happy Reading.     
0

****     

Brakkkk … Dughhh .…     

Daniel langsung menendang keluar anak buahnya yang berada di kokpit hingga jatuh dari helikopter, karena tak sabar menunggu anak buahnya itu keluar dari sana. Perasaan Daniel sedang sangat buruk, bahkan saking buruknya atmotsfir di sekitarnya ikut serasa membeku hingga tidak ada anak buahnya yang berani bicara apalagi membantahnya.     

Kehilangan satu-satunya anak buah paling terpercaya benar-benar membuat seorang Daniel Cohza Cavendish sangat marah. Dan si pilot malah berlaku lelet seolah tidak tahu situasi, hingga semakin membuat suasana hati Daniel mencapai titik paling Rawan.     

Jika Daniel sedang tidak buru-buru, anak buahnya yakin pilot itu pasti sudah almarhum ditangannya.     

Daniel mengakui menganggap Marco lebih dari sekedar anak buah, hubungannya dengan Marco terlalu dekat dan akrab, tetapi Daniel masih terlalu gengsi menyebutnya saudara karena sikap profisional yang di emban olehnya.     

Apalagi Daniel sudah memiliki adik angkat 'Joe' yang terlalu lincah dan selalu menguras emosinya, bagaimana mungkin Daniel menambahkan Marco sebagai sadara. Joe sudah cukup tak perlu bertambah satu adik cerewet dan usil seperti Marco. Hidupnya akan berubah seperti drama Korea.     

Namun, dia menyesal tak sempat menyampaikan pada Marco bahwa dia lebih dari anak buah baginya. Apalagi mengingat perlakukannya selama ini pada Marco yang seenaknya. Memukulinya sesuka hati saat latihan, menugaskannya pada misi yang berbahaya, membangunkan di tengah malam buta dan menyuruh datang dengan perintah mendadak dan banyak hal lainnya.     

Daniel merasa bingung dengan sikapnya sendiri. Selama ini mereka yang ingin bergabung dengan perusahaan SS, harus melewati seleksi yang berat. Karena sekali bergabung dengan perusahaan Cohza tak bisa keluar. Anehnya, Daniel merekrut Marco yang masih kecil dan tak punya kemampuan apa pun dan malah mau bersusah payah melatihnya.     

Instingnya mengatakan dia hanya merasa Marco akan berguna dimasa yang akan datang, tetapi ... bukan berarti Daniel mau Marco menyerahkan nyawanya demi hidupnya. Daniel merasa Marco terlalu berlebihan mengemban tugasnya. Padahal dia tahu Daniel bisa hipnotis, kenapa malah membiarkan dirinya tertembak. Harusnya biarkan dia menghadapi Chameleon dan anak buahnya dengan kemampuan sugestinya, tanpa harus repot-repot terluka.     

Daniel merasa marah, kesal dan tidak berguna walau sekaligus merasa pilihannya pada Marco tak salah, melihat seberapa besar kesetiaan dan pengorbanan Marco. Mengingat tubuh Marco yang berdarah dengan wajah kesakitan, membuat dadanya sakit.     

Dia jadi teringat terakhir kali saat melihat Jhonatan dalam keadaan yang sama persis dengan yang dialami Marco tadi. Seperti seolah-olah mimpi buruk itu kembali datang padanya? Mengingatkannya akan kehilangan orang yang dia sayangi untuk melindungi dirinya. Membuat Daniel selalu berada di posisi merasa bersalah.     

Jhonathan meninggal karena melindungi dirinya.     

Marco meninggal juga kaena melindungi dirinya.     

Dia ... seperti pecundang yang di elu-elukan orang lain diluar sana, dibanggakan keluarga Cohza. Namun kenyataannya ... untuk semua itu, Daniel membutuhkan dua nyawa berharga untuk menjadi korbannya.     

Daniel bukan siapa-siapa tanpa dua orang itu. Di luar, Daniel terlihat yang paling kuat dan dialah pelindung semua orang. Padahal ... justru dia yang dilindungi berkali-kali. Adakah yang lebih payah dari pada dirinya? Daniel bahkan malu pada dirinya sendiri.     

Setelah mengantar Alex dan keluarganya ke rumah sakit, serta memastikan mendapat perawatan yang terbaik. Daniel segera kembali ke bandara dan langsung menerbangkan helikopternya menuju arah air terjun, di mana Marco meloncat tadi.     

Bila orang lain akan menyuruh anak buah yang lain, kalau ingin mencari mayat seseorang. Entah kenapa, Daniel merasa ada sesuatu yang akan terlewat jika tak mencari sendiri tubuh Marco. Anggap saja ini bentuk penghormatan terakhirnya dengan menemukan jenazah Marco dan mengembalikan pada keluarganya dengan utuh.     

Utuh ... tapi tak bernyawa.     

Daniel yakin dia akan tetap mendapat caci maki dari emak Rina dan ratapan kesediah dari seluruh keluarga Marco, tapi ... setidaknya tubuh Marco tak seperti tubuh milik bapak angkatnya yang meninggal ketika menjadi nelayan, tenggelam di laut lepas hingga tak ditemukan mayatnya hingga sekarang. Daniel akan memastikan ada makam yang bisa dikunjungi keluarga Marco jika ingin berziarah. Bukan hanya taburan bunga yang tersebar di lautan.     

Daniel turun dari helycopter dan mulai berjalan ke dalam hutan berusaha mencapai air terjun secepatnya, setelah hampir 20 menit berjalan, akhirnya dia sampai di sana.     

Melihat air terjun dari jauh saja, hati Daniel sudah seperti tertampar.     

Daniel tidak akan masuk ke air seperti orang tolol untuk mencari tubuh Marco, dia mengamati lokasi terlebih dahulu dan mulai menghitung jarak dan kecepatan jatuh Marco untuk memprediksi di mana kemungkinan tubuh Marco sekarang berada. Dilihat dari waktu jatuh dan arus yang sudah dia ukur Daniel akhirnya berjalan lagi begitu merasa prediksinya sudah tepat.     

Daniel mencarinya di sana tapi nihil, tak ada apa pun di sana selain riak air yang jernih. Seharusnya Mayat Marco ada di sana, tidak mungkin mayat sebesar itu akan terbawa arus, bagaimanpun sungai di depannya terlalu dangkal untuk menyeret tubuh manusia, jangankan pria dewasa tubuh anak-anak saja Daniel yakin hanya akan tersangkut di sana tanpa terbawa aliran airnya.     

Karena tidak mendapat apa pun, Daniel kembali ke dekat air terjun, karena memang ada kemungkinan tubuh Marco masih berada di kedalam air terjun itu, bagaimanapun di bawah air terjun itu sangat dalam, bisa saja begitu Marco menceburkan diri ada sesuatu yang membuat tubuhnya tersangkut di sana dan tidak bisa muncul dipermukaan lagi.     

Daniel hanya berharap tidak ada buaya atau anaconda di sana yang memakan habis tubuh Marco. Karena kalau itu terjadi Daniel tidak segan-segan membedahnya untuk mengambil potongan tubuh Marco keluar.     

Daniel mengeluarkan teropong tembus pandang untuk memastikan apakah tubuh Marco tersangkut di dasar sungai atau tidak, dia berharap benda itu bisa menunjukkan keberadaan tubuh Marco dengan lebih akurat. Tiap sudut dia teropong hingga dasar sungai, tapi tak ada apa pun, yang terlihat hanya beberapa ikan dan beberapa binatang air. Berapa kalipun Daniel meneropong hasilnya tetap sama saja.     

Jadi ... di mana tubuh Marco?     

Tidak mungkin sebuah mayat bisa menghilang begitu saja.     

Ayolah ... Daniel orang realistis dan tidak percaya sesuatu yang bersifat magis, dia tidak percaya ada setan yang bisa membawa tubuh manusia pergi begitu saja. Pasti ada sesuatu yang tidak beres.     

Daniel tidak menyangka akan sesulit itu menemukan sebuah mayat.     

Daniel memang berdiri tak terlalu dekat dengan Air terjun karena permukaan tanahnya yang lebih tinggi memudahkannya mengawasi sekitar, hingga dia melihat seekor ular sanca yang melintas. Entah kenapa Daniel mengikuti arah ular itu pergi bahkan meneropongnya. Ular itu bergerak santai dan meliuk-liuk di atas air dengan cantiknya. Namun saat ular itu mencapai bebatuan di balik air terjun. Daniel tidak percaya dengan apa yang di saksikan oleh kedua matanya.     

Teropong itu jatuh dari tangannya karna terkejut.     

Beberapa saat kemudian Daniel kembali mengambilnya untuk memastikan apa yang dia lihat adalah nyata. Tetapi ... itu memang nyata.     

Seketika Daniel langsung jatuh terduduk, matanya melotot tak percaya.     

Ini benar-benar mustahil.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.