One Night Accident

SIAPA KAMU



SIAPA KAMU

0Happy Reading.     
0

Part yang pasti kalian tunggu.     

****     

Brushhh …!     

Bbbuuuuahhhhh …!     

Uhuk … uhuk ….     

Marco mengeluarkan wajahnya dari dalam air sambil terbatuk dan megap-megap, ternyata oksigen tak bisa masuk lewat pori-porinya, Dia harus tetap keluar dan mengambil oksigen untuk bernapas.     

Percobaan yang konyol tentu saja.     

Tubuhnya sangat sakit dan sesaat setelah dirinya tercebur, Marco bahkan merasa nyawanya akan melayang untuk kedua kalinya. Namun ... ketika matanya mulai terpejam dan Marco merelakan tubuhnya terbawa arus. Tiba-tiba bayangan wajah Lizz muncul didalam kegelapan.     

Lizz yang tertawa, Lizz yang terlihat kesal, Lizz yang sedang marah. Terutama Lizz yang sedih dan pasti akan menangis berhari-hari bahkan mungkin berbulan-bulan jika mengetahui dirinya Meninggal. Namun Lizz yang menjanda dan menikah dengan pria lainlah yang akhirnya malah membuatnya marah dan semangat hidupnya bangkit. Marco tidak akan pernah rela istrinya di jamah lelaki lain bahkan jika dia sudah mati sekalipun.     

Akhirnya dengan susah payah, Marco mencoba keluar ke permukaan untuk mencari udara dan mulai bernapas. Marco hanya terdiam mengikuti arus dengan wajah yang hanya terlihat di permukaan. Baru kerika dia merasa aliran air semakin dangkal Marco mulai menggerakkan tubuhnya yang terasa sakit dan kaku lalu berenang menuju ke arah air terjun lagi.     

Setelah beberapa jam, Marco memutuskan mencari tempat yang aman dan melepas semua baju, selain celana kolornya. Karena meski tak ada orang di sana, Marco tetap bisa melihat aura berseliweran dan dia tetap merasa malu. Jangan sampai ada setan menampakkan diri gara-gara sange melihatnya telanjang. Susahnya memiliki tubuh yang terlalu keren untuk ditolak.     

Marco kembali masuk ke air dan kembali berendam, setelah dirasa tubuhnya mendingan Marco berenang ke balik air terjun dan duduk di sana. Dia memandang tubuhnya yang penuh peluru yang sudah mulai menonjol keluar.     

Injeksi yang diberikan Mommy-nya memang luar biasa, Marco jadi merasa seperti super hero yang tidak bisa mati. Sebenarnya Marco bisa saja terus berendam dan peluru akan keluar sendiri dari tubuhnya, karena obat yang di suntikkan padanya akan bekerja seribu kali lipat lebih cepat, jika dia meminum atau berendam air yang benar-benar murni. Tetapi menunggu peluru keluar sendiri itu sangat lama, makanya dia berinisiatif mencabutnya sendiri untuk menghemat waktu.     

Bukan tanpa alasan, dia meminta Daniel membawanya ke air terjun. Apa mereka berpikir dia mau bunuh diri karena putus asa? Bah ... Konyol sekali.     

Marco duduk dan mulai mencabut satu persatu peluru yang menonjol di tubuhnya, setiap peluru yang dia cabut akan meninggalkan rasa sakit luar biasa dan darah mengucur dari sana. Ah ... kenapa dulu Mommy-nya tidak memberikan Injeksi untuk penahan rasa sakit juga biar Marco benar-benar seperti pahlawan super.     

Tampan, gagah, tidak bisa mati, tidak merasa sakit walau ditusuk atau ditembak berkali-kali, dan tentu saja perkasa di atas ranjang. Hm ... memang itu yang paling utama.     

Marco mendesah lega setelah semua peluru tercabut, namun sekarang tubuhnya terasa lemas karena banyaknya darah yang keluar. Marco butuh donor darah secepatnya. Tidak peduli golongan darah apa pun dan bahkan jika itu darah binatang sekalipun, tubuh Marco akan bisa menerimanya.     

Marco mengamati sekitar, tidak ada tanda-tanda binantang yang bisa dihisap darahnya. Apa dia musti ke hutan? Baru memikirkannya hal itu, tiba-tiba dari kejauhan Marco melihat seekor ular berenang dan melintas di depannya, Marco segera menangkap ekor ular itu dan menariknya. Ular itu mengeliat dan langsung membelit tangan Marco sebagai perlawanan bahkan ular itu menancapkan giginya ke bahu Marco dan mengeluarkan bisa.     

Marco terkekeh, "Kamu menggigitku, aku juga akan menggigitmu," gumam Marco lalu menbalas gigitan ular sanca tersebut dan mulai menghisap darahnya. Ular ditangannya mengeliat berusaha lari, tentu saja semua sudah terlambat, Begitu darah ular sudah terkuras habis Marco membuang bangkai ular itu begitu saja, membiarkan ikan-ikan kecil menikmati makan siangnya.     

Marco mengusap bibirnya dan berkumur. Sekejap kemudian dia tertawa miris. Ini sih bukan super hero, dia lebih mirip Vampire, Werewolf atau apa pun istilah pada film-film dengan tokoh berwajah pucat yang di tonton Lizz berulang kali.     

Kalau Liz sampai tahu kira-kira akan nge Fans padanya tidak ya? Eh ... tapi kan istrinya itu polos dan penakut, kalau tahu dia aneh bukan minta tanda tangan dan foto bareng, pasti akan pingsan di tempat. Lebih baik memang istrinya tidak tahu apa-apa, lebih aman dan menyenangkan.     

Marco terdiam sejenak menunggu darah ular mulai menguatkan tubuhnya, setelah dirasa tubuhnya agak bertenaga dia kemudian turun dan menceburkan diri ke bawah air terjun dan berendam agar maksimal pengobatannya. Marco menyelam dan sesekali mengeluarkan kepala untuk menghirup udara. Saat merasa tubuhnya sudah fit dia keluar dari air terjun dan melihat matahari sudah hampir terbenam. Ternyata sudah hampir seharian dia berusaha memulihkan diri.     

Marco memeriksa tubuhnya yang lumayan bersih, walau masih ada jejak luka di sekujur tubuhnya, tapi sudah tidak semengerikan sebelumnya. Dalam beberapa hari bekas luka itu pasti akan segara menghilang tanpa bekas.     

Sangat ajaib tubuhnya, saking ajaibnya dia sampai kerepotan ketika menjadi Red 01 di Save Security. Bagaimana tidak, semua anggota SS mengenal satu sama lain hanya lewat kode dan tato. Lha Marco jangankan tato, peluru saja kena air keluar sendiri. Tahu lah susahnya jadi dia, yang harus memasang tato tempel setiap hari jika berangkat bekerja. Untung dia punya teman tukang tato yang bisa menyerupai tato aslinya.     

Marco berjalan kembali menuju tempat bajunya, jika ada wanita melihatnya pasti sudah tergoda dengan tubuh dan rambut basah, perut six pack yang menggugah selera.     

Marco memakai pakaiannya lalu berusaha mengingat arah peta di kepalanya agar bisa keluar dari pulau ini. Namun baru dia berjalan beberap langkah.     

"Siapa kau, sebenarnya?"     

Tubuh Marco menengang, di mana pun berada Marco akan selalu mengenali suara itu.     

Daniel memandang Marco datar dan suhu sekitar seolah langsung turun ke titik beku. Percayalah ... saat ini Daniel sedang dalam suasana hati yang tidak bagus dan Marco tahu itu.     

Daniel hampir terkena serangan jantung ketika melihat Marco melalui teropong, bagaimana dia mencabuti peluru dan menghisap darah ular seolah itu hanyalah jus strowbery.     

Seketika Daniel mengingat perkataan Momy-nya. Bahwa ada beberapa orang yang sepertinya ter injeksi hormon seperti milik Jhonathan. Apakah Marco salah satu bahan penelitaian?     

Suasana tegang menyelimuti ke duanya, Daniel dengan ribuan pertanyaan di otaknya, sedang Marco mencari cara bagaimana menjelaskan bahwa dia masih bisa selamat.     

Waktu seakan berhenti karena ketegangan yang menyelimuti dan tidak ada satupun yang berniat membuka suara terlebih dahulu.     

Marco mengangkat sebelas alisnya, "Bos, sudah lupa namaku?" jawabnya berusah sesantai mungkin.     

Daniel semakin menatap tajam, "Kau jangan bermain-main, aku sudah melihat semuanya!" ucap Daniel dengan tekanan di setiap suaranya, Intimidasi yang mengerikan.     

Daniel harus mendapat jawaban, karena orang yang memiliki tubuh itu pasti salah satu kelinci percobaan, entah dari keluarga Cavendish atau musuhnya. Lagi pula bagaimana kelinci percobaan bisa keluar begitu saja? Daniel semakin waspada karena tidak jelas apakah Maro teman atau musuh.     

Marco mengangguk paham, awalnya dia terkejut saat ternyata Daniel memergoki proses penyembuhan dirinya. Marco menimbang konsekuensi yang akan dia hadapi.     

Apakah dia harus menjawab jujur?     

Namun ... mungkinkah Daniel akan percaya?     

Saat dilahirkan, mereka kembar identik. Namun ... sekarang dilihat dari segi manapun, wajah mereka berbeda jauh. Bahkan Daniel tumbuh lebih tinggi dan lebih berotot dari pada dirinya.     

Tes DNA?     

Marco bahkan meragukan DNA nya sendiri.     

Apakah masih DNA manusia atau sudah jadi alien.     

"Sudahlah, Bos. Kau tak perlu tegang, lebih baik pulang yuk! Bos datang menjemputku 'kan?" kata Marco berusaha mengalihkan pembicaraan, walau sebenarnya dia tahu ini hanya akan mengulur waktgu.     

Daniel hanya diam.     

"Bos, kemari menggunakan apa? Ayo pulang, biar aku yang mengemudi." Marco sebisa mungkin mengabaikan wajah dingin milik Daniel. Dia berbalik dan melangkah menjauhi Daniel, seolah mencari kendaraan yang membawanya kemari.     

Klik.     

Marco berhenti saat merasakan ujung pistol yang mengarah ke kepalanya.     

"Aku bertanya sekali lagi, SIAPA KAMU?"     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.