One Night Accident

SIAPA AKU ...



SIAPA AKU ...

0Happy Reading.     
0

****     

Klik.     

Marco berhenti saat merasakan ujung pistol yang mengarah ke kepalanya.     

"Aku bertanya sekali lagi, SIAPA KAMU?"     

Marco berbalik memiringkan wajahnya dan tersenyum miris. "Kau yakin ingin tahu, Bos?" tanya Marco menantang.     

"Marco!" Daniel memperingatkan dengan wajah dingin dan tangan yang menekan ujung pistolnya ke dahinya.     

"Boss, aku tahu kamu tidak bodoh, lihat bahkan puluhan peluru saja tak bisa membunuhku. Apa yang membuatmu berpikir, aku akan takut hanya dengan sebuah pistol kecil yang paling benyak berisi 10 peluru?" tanya Marco dengan tersenyum smirk.     

Bugh ...!     

Tiba-tiba Marco sudah jatuh terjengkang ketika Daniel memukul rahang Marco dengan pistolnya hingga ujung bibirhnya robek. "Karena pistolku bukan hanya bisa menembak tapi juga memukul," kata Daniel dengan tatapan lebih tajam dan membuat suhu disekitar semakin dingin.     

Marco mengusap pelan darah yang keluar dari ujung bibirnya memandang Daniel dengan raut wajah tak percaya, "Serius, Kau memukulku?" Marco lalu berdiri dengan kesal. "Ok, kamu yang memulainya," kata Marco menyingsingkan lengan bajunya tanda bersiap bertarung. Dengan pelan merenggangkan otot-otot melakukan pemanasan.     

Bugghhhhhh!!     

Marco memukul Daniel saat dia lengah dan mengira Marco masih melemaskan otot.     

"Kau curang," kata Daniel memprotes sambil menyeka sudut bibir yang berdarah.     

"Tak ada yang curang soal perang dan cinta, sekarang kita impas," kata Marco mengejek.     

Dengan cepat Daniel mencengkeram leher Marco hingga menabrak pohon dibelakang-Nya, "Kauu!"     

Bughh!     

Bruakk!     

Daniel memulul, Marco membalas dengan menendang perut Daniel hingga cengkeramannya terlepas. Daniel ingin membalas tapi pukulannya meleset jadi malah memukul pohon di belakang Marco. Marco melakukan tendangan berputar dan tepat mengenai wajah Daniel.     

Daniel mundur satu langkah dan menatap marco semakin marah. Dengan keahlian gerak cepatnya Daniel langsung menyerang dan memukul Marco berkali-kali, walau sempat di tangkis tetapi tetap saja Marco kualahan dan mengenai bagian hati Marco, sehingga dia sedikit terbatuk dan kesakitan.     

Marco mengunci gerakan tangan Daniel agar tak bisa bergerak, Namun Daniel mengelak dan kakinya berhasil menendang dan mengunci leher Marco dengan cepat. Menghindari kuncian, Marco membanting tubuh keduanya hingga terjatuh bersamaan, leher mereka sama-sama terkunci.     

Daniel melepas kuncian Marco dengan menggigit kakinya.     

Brughhhh.     

Marco menendang tepat mengenai wajah Daniel hingga terjatuh, sekejap kemudian dia menerima pukulan yang keras mengenai tulang rusuknya. Membuatnya mengerang karena yakin pasti ada yang patah.     

Mereka masih terus saling bertarung selama berjam-jam tanpa ada yang berniat mengakhiri. Wajah dan tubuh mereka sudah sama-sama babak belur, tapi masih berusaha saling melayangkan pukulan ke tubuh masing-masing.     

Akhirnya, setelah sama-sama melayangkan tendangan terakhir, mereka ambruk karena kelelahan.     

Kedua tubuh yang penuh luka itu terlentang dan diam. Berusaha menenangkan napas masing-masing yang tersenggal-sengal dengan otot berdenyut sakit karena lebam.     

Kesunyian serasa mencekam, hanya deru napas yang melingkupi mereka. Marco mengangkat tangan dan memandang jari-jarinya di bawah sinar matahari yang semakin redup karena menjelang malam.     

"Seumur hidup, aku tak pernah mengira kita akan saling memukul di luar latihan," ucap Marco memecah keheningan diantara mereka.     

Daniel hanya diam sambil memejamkan matanya.     

"Kau tahu, aku mengabdikan seluruh hidup untukmu tanpa menginginkan balasan, seperti dulu saat kau melindungiku dengan sepenuh hati."     

Daniel membuka matanya dan menoleh ke arah Marco. Ada yang aneh dari pernyataan Marco. 'Dulu dia pernah melindungi Marco, Siapa dia? Apa Daniel pernah menjadi bodyguardnya?' batinnya bertanya.     

Daniel masih terdiam dan memejamkan mata lagi. Dia tahu bahwa Marco masih akan melanjutkan kata-katanya.     

Marco berusaha duduk dengan meringis menahan nyeri di perutnya akibat tendangan Daniel. Lalu, menundukkan wajah dan mengambil satu batu kecil yang berputar pada jarinya. Seolah batu itu, mutiara yang berharga.     

"Kau ingat, pernah menembak Mr. Azam karena tak sengaja membuat adikmu terjatuh dilantai yang licin? Kau bahkan melempar guru matematika ke kolam renang, karena menghukum adikmu yang selalu kabur saat pelajarannya."     

Deggggg.     

Jantung Daniel berdetak cepat, dia membuka matanya lebar. Lalu duduk dengan susah payah dan memandangi Marco dengan ekspresi terkejut. Marco mengenal Jhonatan? Bahkan tahu masa lalu dengan adiknya. Apa dia berasal dari Cavendish? Tetapi siapa dia? Apakah anak pejabat atau hanya anak pelayan?     

"Kau terlalu memanjakan adikmu, kenapa kau selalu melindunginya? Bahkan tak pernah mengizinkannya melakukan hal yang remeh sekali pun. Karena sikapmu, dia tak bisa melindungi dirinya sendiri kan?"     

Perasaan Daniel semakin campur aduk tidak karuan.     

"Kenapa kau tak mengajari semua kemampuanmu, jika itu kamu lakukan sedari dulu, pasti sekarang adikmu masih bersamamu. Bukan diculik dan mati konyol."     

Degg.     

Pukulan keras terasa menghatam dadanya. Marco tahu tentang penculikan dan adiknya meninggal, karena dirinya yang tak becus dalam menjaganya. Wajah Daniel pucat pasi.     

Marco menoleh dengan senyum tipis, "Tapi ... Aku tahu Jhonatan tak akan menyalahkanmu. Karena dia sangat menyayangimu," Kata Marco lalu mengangkat wajahnya melihat mata Daniel yang sudah memerah menahan sesak pada dadanya.     

Daniel mengambil pistolnya lagi. Dia mengarahkan pada Marco. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu tentang adikku?" tanya Daniel dengan suara bergetar. Dia memang kejam tapi akan merasakan sakit berkali-kali lipat saat ada orang lain menyebut tentang Jhonatan.     

"Aku Marco Abdul Rochim, anak buah kesayanganmu atau biasa disebut Red One."     

"Aku tanya identitas aslimu? Atau kau lebih senang jika aku bertanya langsung pada isteri atau Ibumu?" ucap Daniel sambil memutar ponsel pada tangannya seolah akan melakukan sesuatu.     

"Kamu mengancamku, Bos?" tanya Marco menahan diri.     

"Menurutmu?" Tatapan Mata Daniel bukanlah main-main.     

Marco menimbang-nimbang, Daniel bukan tipe orang yang suka bercanda. Bila dia akan bertanya pada Lizz, pasti dia akan melakukannya. Masalahnya bertanya hanyalah kata kiasan. Intinya MArco harus mengaku atau istri dan emakknya yang jadi korbang.     

Daniel keparat.     

Marco mengembuskan napas kasar merasa kalah dan percuma terus bersembunya.     

Marco lalu berdiri menghampiri Daniel dan duduk dihadapannya. Ia mengulurkan tangan dan menarik tangan Daniel, meletakkan tepat pada dadanya begitu pun tangannya yang diletakkan tepat di detak jantung Daniel.     

Deggggg.     

Sekali lagi Daniel seperti mendapat arus listrik saat tangannya menyentuh dada Marco. Terasa dekat dan hangat serta tak terasa asing. Dengan cepat Daniel marik tangannya.     

"Kau selalu melakukan ini, untuk memastikan apakah Jhonatan berbohong dengan kata-katanya atau tidak. Dan untuk membuktikan bahwa kau dan Jhonatan memiliki perbedaan, walau hanya suara detak jantung." Marco tersenyum memandang Daniel yang terpaku diam.     

"Tapi kau selalu kalah, karena pada kenyataannya bahkan detak jantung kalian, selalu berdetak dengan irama dan waktu yang sama." Marco kembali meletakkan sebelah tangan Daniel yang masih memegang pistol ke dadanya sendiri begitu pun dengan tangannya yang dia biarkan tetap di dada Daniel.     

Daniel makin melototkan matanya terkejut, saat merasakan detak jantungnya yang memompa cepat, tapi tak sendirian karena ada jantung lain yang berdetak bersamaan dan seirama dengannya.     

"Apakah masih sama?" tanya Marco pada Daniel.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.