One Night Accident

ADIK LUCKNAT



ADIK LUCKNAT

0Happy Reading.     
0

****     

Daniel masih diam, semua kata menghilang dari kepala. Dia hanya bisa menatap Marco dengan perasaan campur-aduk. Bagaimana bisa Marco mengetahui kebiasaan dirinya bahkan memiliki detak yang seirama.     

Mungkinkah ....?     

"Jhonatan?" tanya Daniel penuh keraguan. Namun ... hantinya entah kenapa merasa inilah kebenaran.     

Marco tersenyum lalu mengunci tatapan mata Daniel ke arah matanya. "Bukan, aku Marco."     

"Jangan mengelak," ujar Daniel berharap di depannya benar-benar adiknya. Hanya Daniel dan Jhonathan yang mengetahui kebiaasaan itu. Tidak ada orang lain yang tahu.     

Marco terkekeh pelan lalu berdehem, berusaha mengungkapkan kebenaran. "Kau pernah masturbasi di usia 7 tahun karena salah minum obat. Mengyangka itu obat penghilang rasa sakit namun kenyataanya adalah itu obat perangsang. Kamu juga pernah menyembunyikan dokter keluarga karena takut gigimu di cabut. Bah ... seorang Daniel takut dengan dokter gigi."     

Marco mengerling menggoda. "Oh, ya ... kau pernah mencuri bra milik Miss Luna, untuk dijadikan bantal tidur kucing yang ditemukan Jhonathan di jalanan. Kalah taruhan dengan Jhonathan dan harus membuat kamar mandi Ratu Betray berantakan tapi malah mengkambing hitamkan pelayan yang bertugas, kamu sangat terlihat kejam saat itu."     

Daniel semakin shok mendengar semua rahasia masa kecilnya terbongkar.     

"Ah ... aku suka pada bagian ketika kamu berpura-pura sakit agar Mommy-mu cepat pulang karena rindu, ternyata sedingin-dinginnya kamu, kamu masih punya perasaan sayang juga. Lalu, kamu pernah menyuruh Mr Edward mengikat dirinya sendiri dan memasukkannya ke dalam box karena saat itu Jhonathan tergila-gila dengan trik sulap dan kamu berusaha menyenangkan dirinya."     

"Tapi ... dari itu semua, ini yang paling berkesan. Jhonathan pernah menusuk kaki kuda Putri Elizabeth dengan jarum, mengakibatkan kuda panik dan putri terjatuh dari atasnya dan harus dirawat di rumah sakit selama sebulan, lalu kamu mengatakan bahwa kamu yang melakukannya, bukan Jhonathan. Alhasih ... kamu dihukum berat."     

Marco kembali menatap Daniel. "Kenapa kamu terlalu memanjakan adikmu?"     

Degg … Deghhh … Deggh …     

Jantung Daniel seolah di pompa dengan cepat, perasaannya bercampur mengaduk hati dan pikirannya. Dadanya meledak karena bahagia, tidak ada keraguan lagi ... Marco adalah Jhonatan. Karena hanya Jhonathan yang tahu semua kejadian itu.     

Daniel memandang takjub semua kata-kata Marco. Hanya Jhonatan yang mengetahui semua rahasianya dan lihatlah tanpa merasa bersalah dia mengungkap semua. Kenapa selama ini dia tak menyadarinya? Daniel masih memandangi Marco dengan rasa tidak percaya. Dia kembali mendengarkan ucapan Marco tentang perilaku mereka saat kecil. Cara bicaranya, cerianya, semangatnya. Itu ... memang adiknya.     

Grepppppp.     

Daniel menerjang dan memeluk Marco dengan erat. Dia menundukkan wajahnya yang sudah memerah menahan rasa haru.     

Marco menegang namun perlahan tapi pasti mulai membalas pelukan Daniel, air mata tak bisa lagi dia bendung dan mengalir deras.     

Pelukan yang dia rindukan hampir dua puluh dua tahun. Akhirnya bisa marco rasakan kembali.     

Banyak kata yang ingin terucap, tapi semua tak penting lagi, mereka hanya ingin saling melepas rindu setelah sekian lama hanya diam dalam sebuah rahasia.     

Marco tahu kakaknya juga menangis, hanya saja dia lebih jaim karena tak ada suara yang keluar dari bibirnya. Tapi Marco bisa merasakan punggungnya basah oleh air mata. Tak seperti Marco yang memang cengeng dari lahir hingga sudah menangis dari pertama kali Daniel memeluknya.     

Bagaimana tidak, hidupnya berubah drastis gara-gara insiden malam penculikan itu. Seorang pangeran yang biasa di layani, harus menjalani hidup sederhana dan berbagi setiap barang yang dimilikinya dengan saudara yang lain. Lebih menyakitkannya lagi, saat bertemu kakaknya malah tak mengenali.     

Seakan semua itu belum cukup, dia yang terbiasa di lindungi kakaknya berbalik menjadi anak buah dan tameng untuknya. Dulu saat masa pelatihan, Marco sering menangis sendiri bukan karena tubuh yang sakit karena dihajar. Tapi lebih pada hatinya yang perih, karena kakaknya dulu tak bisa melihatnya tergores sedikit pun, kini mendidiknya dengan sangat keras.     

Saat itu, tak ada kata istirahat untuknya. Tugasnya adalah harus cepat menguasai semua yang diajarkan atau akan pulang dengan babak belur setiap hari karena kalah pada latihan.     

Marco merasa pelukan ini terlalu nyaman, dia masih betah bertahan pada posisi itu. Tapi saat air mata sudah mengering kesadaran menghampiri. Walau dia masih merasakan tubuh Daniel yang bergetar, karena perasaan haru. Marco tak suka melihat kakaknya lemah dan cengen seperti dirinya. Karena bagi Marco, Daniel itu harus selalu keren dan berwibawa.     

"Ekhem, Bos peluknya jangan kelamaan. Aku masih normal," kata Marco santai.     

Mendengar itu, Daniel mengernyitkan dahinya kesal, perkataan Marco sangat merusak momen.     

Duak.     

Daniel dengan kasar, melepas pelukan dan menendang Marco hingga terjatuh. Adiknya nggak berubah, selalu mengatakan sesuatu yang tak sesuai pada tempatnya.     

"Ck …! Bos, gitu saja merajuk. Ya sudah, kemari kalau mau peluk lagi."     

Daniel berdecak makin kesal, "Jangan memanggilku, Bos!"     

"Lho, selama ini kan aku memang memanggil begitu, kenapa sekarang keberatan?" tanya Marco iseng.     

Daniel berdecak kesal, "Karena sekarang aku tahu, kamu memanggilku Bos, cuma buat menyindir kan?"     

"Baguslah, kalau kamu sudah sadar," kata Marco sambil tersenyum.     

Daniel mengernyit seolah mengingat sesuatu. "Sekarang aku tahu, kenapa kamu nggak bis akur dengan Joe. Kamu iri padanya?"     

Marco melengos, "Kelihatan banget ya?" tanya Marco tidak ingin membahas segala sesuatu tentang prince abal-abal itu.     

Daniel merangkul Marco dari samping. "Kamu dan Joe itu dua hal yang berbeda, kalian sama-sama memiliki ruang di hatiku, Jadi enggak perlu iri padanya. Kamu kan tahu, aku mengangkatnya jadi adik karena sifatnya persis seperti dirimu," kata Daniel.     

Marco diam saja. Seperti meragukan perkataan Daniel.     

"Sudahlah ... sebaiknya ayo, kita pulang!" ajak Daniel.     

"Pulang ke rumah david?"     

"Kita akan Ke Cavendish, kamu pikir aku mau menggantikan posisimu sebagai putra mahkota."     

"Siapa yang putra mahkota, kau mengigau ya? Aku baru kali ini mendengar nama Cavendish? Itu nama orang atau barang?"     

"Jhonatannn ...!" bentak Daniel.     

"Siapa sih, Jhonatan?" tanya Marco.     

"Marco!" teriak Daniel greget sendiri.     

"Siap Bos!"     

Daniel memandang adiknya dengan kesal, "Kamu mau pulang sendiri atau perlu diseret?"     

Melihat wajah serius kakaknya, Marco memasang wajah melas. "Dasar nggak berperasaan, lihat wajahku masih luka dan harus sembuh dulu. Nanti Lizz bisa histeris, melihat suaminya yang tampan berubah jadi jelek karena lebam."     

"Aku juga babak belur, Jack!" ucap Daniel pada Marco.     

"Bosss makin aneh, nggak lagi kesambet 'kan? Kenapa sekarang manggil nama sendiri."     

"Jadi kamu nggak mau dipanggil Jack? Dan berhenti panggil diriku, Bos?" Daniel semakin geregetan.     

Marco berdiri dan melepas baju. "Tak sudi aku dipanggil dengan nama orang lain. Lagi pula, seseorang sudah memakai nama Jack, nama yang sudah diplagiat tidak membuatku tertarik lagi," ucap Marco lalu menceburkan diri ke air terjun.     

Daniel ingin sekali menendang wajah sombong Marco. Dia pakai nama Jack untuk mengenang dirinya, dasar enggak menghargai!     

Marco merendam lagi tubuhnya yang sakit akibat pukulan Daniel. Sedang Daniel, ia hanya memandang Marco yang seperti bertapa di dalam air. Daniel tak sadar berapa dia menunggu karena pada akhirnya dia malah tertidur, tapi saat terbangun hari sudah malam dan Marco sudah membuat api unggun.     

"Makan dulu, Bos." ucap Marco menyerahkan ikan yang entah dari mana dan sudah dia bakar.     

Daniel menerima dalam diam, memperhatikan wajah dan tubuh Marco yang sudah bersih dan halus, seolah tak terjadi apa-apa. Lalu, memandang tubuhnya yang berantakan dan yakin wajahnya pasti penuh luka karena pukulan dan tendangan Marco.     

"Kenapa? Bos iri ya, lihat badanku udah sembuh," tanya Marco menaik-turunkan alisnya.     

Daniel mengakui, Marco sembuh hanya beberapa jam setelah mereka berkelahi. Sedangkan dia merasakan tubuhnya sakit dan remuk. Benar-benar tidak adil.     

Daniel makan dalam diam, menatap heran pada Marco karena setiap selesai membakar ikan Marco tak memakannya tapi memberikan padanya langsung, hingga ikan yang ketiga diberikankan padanya Daniel tidak menerimanya.     

"Kenapa kamu nggak makan?" tanya Daniel.     

Marco mengendikkan bahunya, "Karena efek injeksi, aku tak pernah merasa lapar."     

"Wajahmu juga?" Daniel memastikan.     

Marco mengangguk. " Injeksi itu sepertinya merubah beberapa hormonku. Makanya wajah kita sekarang berbeda."     

Daniel percaya itu, karena memang sudah banyak orang yang melakukan injeksi di Cavendish memiliki perubahan hormon dean bentuk fisik.     

"Makanlah ... aku merasa aneh jika hanya makan sendirian," ucap Daniel.     

"Baiklah, aku akan menemanimu," kata Marco mengambil menikmati ikan di tangannya.     

"Jadi, kapan kamu mau pulang ke Cavendish?" tanya Daniel.     

"Aku pulang ke sana untuk apa? Rumahku di Indonesia sekarang."     

"Jhonatan, Mom and Dad mencarimu ke mana-mana."     

"Kenapa kau memanggilku, Jhonatan? Aku bilang namaku Marco, untuk apa mereka mencariku? Apa takut obat yang ada dalam tubuhku dibajak orang lain?"     

"Mereka tak peduli pada yang ada di tubuhmu, Mereka hanya ingin putra kesayangannya kembali. Walau pun seandainya hanya berupa jasad yang tersisa, mereka tetap ingin kamu pulang setidaknya ingin menguburkanmu dengan layak."     

Marco menaruh ikan di depannya. "Aku tidak bisa pulang," kata Marco.     

"Apa alasanmu, tak ingin pulang?" tanya Daniel.     

"Cavendish adalah Negara yang tak pernah diakui di seluruh dunia, bahkan keberadaannya tak ada dalam peta. Bila aku menjadi raja, aku tetap akan memilih tinggal di Indonesia. Aku memiliki status kependudukan yang sah dan semua anakku akan diakui di seluruh Negara."     

"Tapi--"     

"Sudahlah, Bos. Kita bahas itu lain kali, saat ini aku hanya mau diperlakukan sebagai Marco, bisa 'kan?"     

Daniel mengembuskan napasnya pelan. Dia akan memberi adiknya waktu untuk berpikir. Untuk sekarang, mengetahui Jack masih hidup adalah anugerah dan tak terkira. Daniel tak akan merusak hubungan yang baru terkuak ini dengan memaksakan kehendaknya. Jika Jhonathan masih belum mau kembali ke Cavendish pasti ada alasannya.     

"Baiklah, Apa aku boleh mengajukan permintaan padamu?" tanya Daniel.     

Marco mengangkat alisnya pelan, merasa aneh biasanya Daniel akan langsung memerintah, bukan bertanya dengan sopan. Menyadari tatapan aneh Marco, Daniel menyadari sikapnya yang berbeda.     

"Kenapa?" tanya Daniel.     

"Aku lebih suka Bos yang biasanya," jawab Marco jujur.     

Baiklah ... bila Marco mau Daniel bersikap biasa, dia akan memberikannya. "Kau akan tetap menjadi bodyguard Ai, besok jemput Ai dan David untuk datang ke sini!" perintah Daniel seketika.     

"Siap, Bos!" jawab Marco tersenyum lebar.     

"Jangan terlalu lama, mereka harus sampai dalam waktu dua puluh empat jam!"     

"Ck! Kambuh lagi sifat nggak sabarnya," gumam Marco.     

"Kau ingin aku bersikap biasa, jadi lakukan tugasmu!" kata Daniel.     

"Iya ... iya ... aku menyesal tadi bicara begitu," gumam Marco.     

"Sudahlah, ayo cepat tidur besok kamu ada tugas menjemput Ai," ucap Daniel mencari tempat nyaman untuk tidur.     

Saat melihat Daniel terlelap, sifat jahil Marco muncul kembali.     

Dia mengendap-endap dan meninggalkan Daniel di hutan sendirian. Marco sempat mengirim pesan ke ponsel Daniel sambil tertawa, lalu dirinya membawa kabur helikopter Daniel untuk dibawa pulang.     

Sedangkan, Daniel langsung mengucapkan sumpah serapah saat mendengar suara helikopter yang mulai terbang menjauhinya. Daniel melihat ponselnya yang bergetar, ada sebuah pesan dari Marco.     

"Bos, aku jemput kakak ipar, kamu pulang sendiri ya. Aku kembali seminggu lagi. Mau melepas rindu dengan isteriku dulu, nanti ciumanmu untuk Ai bisa aku sampaikan lewat bibirku padanya, hahaha …     

Nb: Jangan sampai dimakan Singa atau bersetubuh dengan Onta.     

Dari Adek terganteng di dunia (Marco).     

Daniel menatap ponselnya dengan wajah kesal tiada tara.     

Dasar adik lucknut.     

*****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.