One Night Accident

PANGERAN



PANGERAN

0Happy Reading.     
0

****     

Ai sedang duduk sambil menjaga sang buah hati yang asyik main game di ponsel mereka. Setelah sarapan dan membersihkan tubuh kedua buah hatinya, tak ada kegiatan yang ingin dilakukan. Pasalnya Duo-J sudah terlihat sehat tapi dokter masih belum mengizinkan mereka pulang. Sebenarnya, Ai ingin menghubungi bang David, tapi dia tak mau mengganggu bulan madu mereka. Lagipula, kalau sampai Abangnya tahu dia pergi ke Inggris bisa kena marah nanti.     

Brakkkkk!     

"Ai ...!" teriak seorang pria yang menerobos ruang rawat si kembar, ternyata adalah Marco, pengawal setia Ai.     

"Marco! kok kamu bisa ada di sini?" tanya Ai .     

Waduh, kalau Marco sudah tahu keberadaannya, maka bang David pun tahu. Kalau begini, dia akan kehilangan semua fasilitas yang diberikan selama ini. Saham 25% di Mall terancam ludes.     

"Ai, kamu benar–benar mau mati? Kenapa nekat pergi ke Inggris? Sekarang! Bereskan bajumu dan kita pulang ke Indonesia," tegas Marco.     

"Ih, apaan sih! Aku masih punya waktu lima hari di sini. Kenapa mesti pulang?" tolak Ai. Marco tak peduli dengan protes yang Ai berikan , dia langsung membereskan barang-barang Ai dan Duo-J. Sementara, Duo-J bersikap cuek, karena terbiasa mendengar mommynya berdebat dengan Om Marco. Mereka akan menuruti keinginan orang yang memenangkan perdebatan.     

"Marco! Aku masih pengen di sini," ucap Ai dengan paksa.     

"Ai, Apa kamu lupa? Kamu boleh pergi ke mana saja selain Inggris dan Perancis. Saat ini kamu sudah melanggar larangan itu."     

"Kenapa? Apa aku akan mati kalau pergi ke Inggris?"     

"Aku pikir, kematian lebih baik dari hal itu," kata Marco menatap tajam pada Ai.     

"Oh ya, kalau begitu aku ingin bertemu kematian itu." Ai membalas tatapan marco tanpa takut.     

Sebenarnya, Ai merasa setiap menatap Marco ,dia mengingatkan pada Daniel, pria yang telah menghamilinya. Tapi, bersama Marco dia merasa terlindungi. Sedangkan, bila dengan Daniel merasa terintimidasi.     

Marco dan Ai masih saling menatap dalam dan tajam.     

Cklek.     

Mendengar pintu terbuka, mereka langsung menoleh ke arah pintu. Lalu, masuklah beberapa orang bodyguard bersama seorang wanita yang terlihat sudah paruh baya terlihat cantik dan anggun.     

Wajah Marco seketika pucat pasi. Akhirnya selama ini, hal yang dia takutkan telah terjadi.     

'Mereka menemukannya.'     

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ai bingung, karena kedatangan tamu yang tak dikenal. Dia pun menyadari wajah Marco yang terlihat pucat setelah melihat wanita itu. Apa MArco mengenal mereka?     

Wanita itu tersenyum dan menjulurkan tangannya, "Perkenalkan, saya Ratu Stevanie Elizabeth Cavendish. Kedatangan saya kemari, karena ingin menjemput kedua cucuku."     

Ai terlihat bingung, "Maaf, Nyonya. Mungkin Anda salah kamar, karena hanya ada saya dan anak- anak saya serta pengawal saya yaitu Marco," ucap Ai menjelaskan.     

"Saya tidak salah kamar, bukankah ini ruangan rawat Javier Daniel Cohza dan Jovan Daniel Cavendish?" tanya Stevanie dengan ketenangan dan keanggunan seorang Ratu.     

"Anda benar, Ada keperluan apa anda dengan kedua putra saya?"     

"Mereka adalah cucu saya! Jadi ... saya datang untuk menjemputnya," kata Stevanie tegas.     

Marco semakin memucat sedang Ai hanya berkedip tak tahu harus mengatakan apa.     

***     

Flashback.     

"Hormat saya, Yang Mulia Ratu Stevanie," sapa Viky, pendamping ratu sambil menunduk hormat.     

"Ada apa?" tanya Ratu Stevanie.     

"Saya mendapatkan informasi dari Bandara Inggris, terdapat penumpang atas nama Ratih Ayu Brawijaya dan kedua putra kembarnya, Javier Daniel Cohza dan Jovan Daniel Cavendish," Jawab Viky.     

"Nama belakang mereka Cohza dan Cavendish? Berapa umur mereka?" tanya Ratu Stevanie.     

"Yang Mulia, Nyonya Ratih berusia dua puluh dua tahun dan kedua anaknya dua tahun."     

"Kapan mereka sampai kemari?"     

"Semalam, Yang Mulia."     

"Selidiki tentang mereka dan cegah keluar dari Inggris, sebelum aku memastikan sesuatu."     

"Baik, Yang Mulia," ucap Mr. Viky menunduk hormat, lalu undur diri dari hadapan ratu.     

****     

15 jam kemudian.     

Mr Viky mengentuk pintu.     

"Masuklah, " ucap Ratu Stevanie.     

Viky masuk sambil membawa sebuah ponsel. "Mohon maaf, Yang Mulia ada telepon dari Dokter Errow. Beliau ingin membicarakan hal yang penting."     

"Baiklah, Aku akan menerimanya." Viky memberikan ponselnya dan langsung undur diri.     

"Hallo, Errow, Apakah ada masalah?" tanya Ratu Stevanie.     

"Selamat malam yang mulia. Saya mohon maaf mengganggu waktu, Anda," ucap Errow.     

"Errow, kau tak perlu sungkan, ada apa?"     

"Saya hanya memberitahukan bahwa ada salah satu anggota keluarga Anda yang dirawat di sini?"     

"Benarkah, Siapa? Setahuku, kesehatan semua keluargaku baik-baik saja."     

"Dia seorang wanita dan kedua anak kembarnya. Tapi mereka menggunakan nama Cohza dan Cavendish, Nyonya."     

"Errow, kita teman satu sekolah jadi tak perlu bicara terlalu formal."     

"Tapi, Anda seorang Ratu. Saya merasa tak pantas bicara dengan santai."     

"Baiklah, terserah kamu saja. Tapi sekarang ini, apakah aku bisa meminta foto dan data mereka?"     

"Tentu saja, saya akan segera mengirimkannya."     

Lalu sebuah gambar masuk ke ponsel Stevanie. Dia mengernyit semakin curiga.     

"Erroe?"     

"Saya masih di sini yang mulia."     

"Bisa tolong bantu aku menahan mereka sampai besok?"     

"Tentu saja yang mulia."     

"Dan tolong lakukan tes DNA pada kedua anak wanita itu dengan DNA Daniel, aku akan mengirim sampelnya segera."     

"Baik yang mulia, saya akan segera menyerahkan pada anda begitu hasil tes keluar."     

Lalu panggilan dimatikan.     

"Viky tolong kemari," panggil ratu melalui interkom.     

Tak lama Mr Viky berdiri dihadapan Ratu, "Anda, memanggil saya, Yang Mulia?"     

"Apa sudah ada data mengenai wanita dan kedua putranya yang di bandara?"     

"Saya sudah meletakkan di meja Anda."     

"Benarkah, file yang mana?"     

"Yang Mulia, amplop yang berwarna biru."     

"Oh, aku sudah menemukannya .Terima kasih Viky, kau sudah boleh pergi."     

Viky segera keluar dari ruang kerja Ratu.     

Ratu membacanya berkas dengan seksama, One Night Stand? Tak ada ikatan pernikahan dan seorang desainer, sangat menarik.     

Ratu menutup amplop itu dan bergumam "Baiklah, Daniel. Mari kita lihat mereka anakmu atau bukan."     

*****     

Keesokan harinya.     

"Selamat pagi, Yang Mulia Ratu, Mr. Errow menghubungi kembali," ucap Viky.     

"Terima kasih, Viky" kata Ratu lalu menerima ponsel dari Viky.     

"Ya Errow, Apakah kau sudah mendapatkan hasil tes DNA-nya?" tanya Ratu Stevanie.     

"Nyonya, Saya sudah memeriksa DNA Pangeran Daniel dan kedua anak kembar tersebut."     

Terjadi keheningan sejenak.     

"Hasilnya 99,999% sama, yang mulia. Saya berani memastikan mereka adalah putra kandung Pangeran Daniel," ucap Errow dengan nada mantap. Walau dalam hati dia juga sangat terkejut waktu pertama kali melihat hasilnya.     

"Terima kasih, Errow. Tolong kamu tahan mereka, jangan sampai cucuku pergi sebelum aku datang."     

"Baik, yang mulia. Saya akan berusaha membantu mengulur waktu mereka."     

Stevanie menutup panggilan telpon dengan gusar.     

'Dasar anak kurang ajar. Mengaku gay pacaran sama Joe, ternyata menyembunyikan anaknya sampai umur 2 tahun. Huh! Lihat saja nanti,' gumam Ratu.     

"Vikyyy!" teriak Ratu.     

"Ada apa ,Yang Mulia Ratu?" tanya Vicky khawatir ketika melihat raut wajah Stevanie terlihat menahan emosi.     

"Kita menuju ke rumah sakit Errow, sekarang!"     

"Tapi, Yang Mulia dalam waktu satu jam lagi, Anda harus menghadiri pembukaan--"     

"Batalkan semuanya! Aku mau menjemput calon Pangeran."     

Vicky terdiam dan mengangguk. "Baik, Yang Mulia Ratu," kata Mr. viky dengan heran lalu menyuruh sopir menyiapkan mobil.     

'Baiklah, Daniel, hukuman apa yang pantas kau dapatkan karena telah berani menyembunyikan keberadaan cucuku? Bagaimana kalau Stevanie menahan anaknya di sini tanpa bisa ditemui," batin Ratu menyiasatkan hukuman untuk sang Pangeran.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.