One Night Accident

TAHANAN



TAHANAN

0Happy Reading.     
0

****     

Ai hanya bisa duduk gelisah, Apa hubungannya dengan Daniel? Dia sendiri tidak tahu, apa dia punya hubungan dengan Daniel. Tidak, karena ia hanya korban One Night Stand yang salah orang. Jadi ... hubungannya dengan Daniel hanyalah sebagai penabur benih yang kebetulan tubuh subur di perutnya.     

"Jadi, apa hubungan kalian?" Ratu bertanya kembali, masih menunggu jawabannya.     

"Kami tidak memiliki hubungan apa pun," ucap Ai pelan.     

Ratu mengernyit tidak suka. Meskipun Ratu mengetahui kemungkinan besar Ai hamil karena One Night Stand, tapi beliau masih berharap Ai memiliki arti lebih bagi anaknya. Apa Daniel bena–benar, gay? Dan yang terjadi antara mereka hanya kecelakaan.     

Jika mereka sempat melakukan hubungan intim berarti ada kemungkinan Daniel masih normal dan menyukai wanita. "Kau bukan kekasih Daniel? Lalu, bagaimana bisa kau hamil anaknya? Kamu dibayar untuk mengandung anaknya atau kamu yang sengaja merayu?" tanya Ratu memastikan.     

'Dia merayu Daniel?' Mendengar itu Ai merasa tersinggung dengan apa yang dikatakan Ratu.     

Ai langsung berdiri tidak peduli kalau tindakannya tidak sopan. Dia hanya tak suka perkataan beliau yang langsung merendahkannya. "Maaf, saya harus pulang sekarang," kata Ai datar.     

"Sayangnya, kamu tidak diizinkan keluar dari sini sebelum aku mengetahui dengan jelas apa hubungan kamu dengan Daniel?" kata Ratu menegaskan.     

"Sudah aku katakan, Aku dan Daniel tak ada hubungan apa-apa. Kami hanya melakukan One Night Stand, karena ceroboh maka aku hamil. Dan itu pertemuan pertama dan terakhir aku dengan putra Anda," ucap Ai singkat.     

Belum sempat ratu menjawab, terdengar ketukan di pintu.     

"Masuk," ucap Ratu.     

Mr Viky masuk sambil menunduk hormat. Ai memandang heran melihat tindakannya. 'Kayak zaman Kerajaan Majapahit, bila bertemu atasan harus menunduk,' batin Ai.     

Dulu waktu pertama kali menginjakkan kaki di tempat David yang di Jerman juga begitu, Namun hanya untuk sambutan kedatangan, selebihnya biasa saja dan tidak berlebihan.     

"Ada apa, Viky?"     

Vicky mendekat. "Yang Mulia Ratu, Pangeran Daniel sudah ditemukan dan dalam perjalanan menuju kerajaan," ucapnya menjelaskan.     

"Sudah sampai di mana dia?"     

"Satu jam yang lalu pangeran sudah memasuki wilayah Inggris."     

"Lebih cepat dari dugaanku, apa dia sudah tahu kalau aku menemukan kekasih dan anaknya."     

"Sepertinya begitu yang mulia."     

Stevanie tersennyum, jika Daniel datang ke kerajaan dengan begitu cepat, berarti Daniel benar-benar mengenal Ratih Ayu brawijaya dan sudah tahu bahwa dia memiliki dua orang putra. Karena jika tidak, Daniel pasti hanya akan datang dengan santai. Kelihatan sekali putranya ini panik, apa dia khawatir wanita dan anaknya akan menjadi tahanan di Cavendish. Stevanie kadang miris karena putranya menganggapnya terlalu kejam.     

"Buat dia kesulitan agar tidak mudah sampai kemari. Aku ingin tahu seberapa besar usaha dan tekad Daniel bertemu dengan mereka."     

"Baik, Yang Mulia. Akan saya laksanakan," kata Mr. Viky lalu berlalu dari ruangan itu.     

"Jadi, boleh saya pergi sekarang?" tanya Ai karena tidak mengerti pembicaraan Stevanie dan Vicky yang dilakukan dengan menggunakan bahasa Prancis.     

"Kamu bukan tipe yang bisa bersabar, ya? Padahal, aku ingin mengajakmu berkeliling bersama," kata Sang Ratu.     

"Tidak perlu, lagi pula bukankah saya sudah menjawab pertanyaan Anda?"     

"Aku hanya mendengar versi dari kamu, jadi ... aku ingin mendengar versi dari Daniel juga. Sebentar lagi dia pasti akan datang, saat kalain bertemu nanti, kalian bisa mencocokkan jawaban," kata Ratu beranjak pergi.     

"Tunggu dulu, saya tak mau menunggu Daniel dan tak perlu menjawab apa pun lagi, karena harus segera pulang."     

"Tapi sayangnya, kau harus tetap di sini," kata ratu sambil tersenyum.     

"Aku tak peduli, pokoknya mau pulang!" ucap Ai mulai kumat keras kepalanya.     

"Jika kau bisa pulang silakan, lagi pula paspor dan semua identitas kamu sudah aku sita."     

"WHAT!"     

"Jadi, sebaiknya nikmati liburanmu di sini. Aku mau bermain dengan kedua cucuku," kata Ratu tersenyum dan melangkah pergi.     

Ai merasa kesal dan sangat ingin mengamuk, sayangnya dia bahkan tidak bisa mengamuk sembarangan di sini. Ai tidak peduli apakah Stevanie seorang Ratu atau Dewi sekali pun. Dia terlalu pemaksa, pokoknya Ai tidak suka.     

Ai mondar-mandir memikirkan cara agar bisa keluar dari tempat ini. Di tidak mau bertemu cowok brengsek yang sudah memberinya cek 50 juta untuk satu malam itu. Ai masih sakit hati jika mengingat bahwa harga tubuhnya sangatlah rendah. Untung bibit Daniel unggul, kalau tidak, mungkin Ai sudah bunuh diri jika memiliki keturunan burik.     

Ai lalu teringat Marco, benar ... Ai harus mencari Marco terlebih dahulu.     

Ai langsung keluar dari ruangan itu lalu terdiam. Di sini ada ratusan ruangan, bagaimana dia menemukan Marco? Bahkan Ai juga tidak tahu ke mana perempuan tadi membawa anaknya. Karena sudah berjalan ke sana ke mari tanpa hasil dan malah kebingungan, Ai akhirnya hanya terduduk di lantai akibat kelelahan.     

Dalam susana hening Ai jadi ingat kakaknya, Dia menyesal tak menuruti pesan David dan tetap kabur pergi ke Inggris. Apa kakaknya tahu Daniel anak orang berpengaruh di Inggris makanya kakaknya terus melarang.     

Ah ... penyesalan selalu berada di akhir. Kalau di awal namanya sambutan.     

Ai sedih, sekarang lihatlah! dia terjebak di sini, tanpa tahu harus ke mana. Apa dia tidak akan bisa pulang? Atau dia sekarang jadi tahanan? Lalu, bagaimana kalau Ia disuruh kerja paksa atau dijual ke om-om perut buncit?     

'Huaaaa ...! Ai enggak mau di sini, Ai mau pulang!' Ai menjerit dan merengek, tak terasa air matanya sudah membasahi pipi.     

"Maaf … Nona, Anda siapa? Kenapa terduduk di lantai?" tanya seorang pria berdiri di hadapannya.     

Ai mengerjapkan mata, berusaha menghapus air mata yang masih mengalir. Kenapa wajah orang ini mirip dengan Daniel? Tapi dia tampak lebih dewasa, apa dia kakaknya? Ai tak menjawab pertanyaan pria itu, tapi air matanya mengalir makin deras.     

"Hey ... Nona, kenapa anda menangis?" tanya pria itu heran dan panik.     

"Huaaaa ...! Ai mau pulang! Ai nggak mau di sini, nanti Ai dijual. Hiks … hiks … hiks. Ai mau ketemu Duo-J dan Marco, tapi enggak tahu mereka ada di mana," Ai malah menangis dan meraung di lantai. Tentu saja, orang yang ternyata adalah Petter, Daddy-nya Daniel makin bingung dengan tingkah laku wanita yang tak dikenal di hadapannya.     

'Apakah wanita ini sudah gila?' batinnya. Lagi pula, kenapa ada wanita bertingkah aneh berada di dalam Istananya.     

"Ada apa ini, Honey?" tanya Ratu yang tiba–tiba datang.     

"Aku tidak tahu, saat tiba dia sudah seperti ini," jawabnya.     

Ai melihat sang Ratu datang, lalu langsung berdiri dan bersembunyi di belakang tubuh Petter. "Tuan, tolonglah aku! Wanita itu jahat, dia menculikku dan membawa anak-anakku. Katakan pada dia, aku mau pulang," kata Ai menarik lengan kemeja Petter.     

Petter memandang Ai dengan bingung, lalu dia menatap Ratu meminta penjelasan. Sedangkan sang Ratu menahan senyum karena melihat tingkah Ai yang kekanakan.     

"Honey, kita akan membicarakannya di kamar," kata Ratu menggandeng Petter dengan mesra, meninggalkan Ai sendiri. Ai memandang mereka dengan datar. Dia baru sadar, kalau ternyata orang yang dia minta bantuan ternyata suami Ratu.     

Oh! Bodoh sekali dia! Aduh! Jangan sampai Ayah Daniel malah ikut mengurungnya. Gimana ini? Ai berjalan mondar-mandir sambil bicara sendiri, bahkan Maid yang kebetulan lewat heran dan menganggap Ai orang nggak waras.     

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Marco yang mendadak berdiri disampingnya dengan menyenderkan tubuh ke dinding.     

Ai menoleh dan langsung menubruk tubuh Marco, lalu memeluk erat. Seumur hidup, baru kali ini dia senang ketemu Marco, biasanya lihat wajahnya saja sudah ingin melempar wajah songongnya dengan galon.     

"Marco! Akhirnya kamu muncul, aku mencari kamu dari tadi. Aku mau ketemu Javier dan Jovan. tapi nggak tahu mereka ada di mana. Terus, kata Ratu Stevanie aku nggak boleh sebelum Daniel datang. Dia juga menahan Pasport dan kartu identitasku. Huu … Jadi sekarang bagaimana?" kata Ai sambil tersedu-sedu.     

"Ya sudah, kita tetap tinggal sampai Daniel datang," jawab Marco.     

"Tapi aku enggak mau ketemu Daniel, enggak tahu mau ngobrol apa? Wajahnya saja, aku sudah lupa."     

"Tenang saja. 'Kan ada aku, lagi pula aku berani jamin Daniel enggak bakal melukai kamu dan anak-anak. Dia sayang sama kamu," kata Marco.     

"Kamu sok tahu! kalau sayang kenapa setelah menghamili aku, dia gak ada kabar lagi?" tanya Ai sambil bersedekap.     

Marco meringis mendengarnya, susah ya bicara dengan orang yang memorinya enggak lengkap.     

"Dia sibuk Ai, kamu tahu sendiri bahkan Mommy-nya sendiri enggak tau keberadaannya."     

"Dia berarti anak durhaka, pergi gak pamit dan gak ada kabar lagi, tapi sekarang gimana?" tanya Ai.     

"Gimana apanya?"     

"Nasib aku di sini? Aku mau pulang!"     

"Kemaren saja bersikeras mau ke Inggris sampai kabur segala, sekarang minta pulang kampung, kamu sudah jera?"     

Ai mengangguk. "Aku menyesal, Marco. Tolong bawa aku pergi dari sini. Mommy-nya Daniel kayak ada niat yang buruk sama kami. Karena Dia dan suaminya masuk kamar mau merencanakan sesuatu. Apa mungkin kami akan jadi korban trafficking?"     

Seketika Marco menyentil dahi Ai pelan. "Kalau berkhayal nggak usah berlebihan. Mereka orang baik, jadi kamu tenang saja. Ini kejadian pasti karma, karena kamu udah menjahili aku."     

"Maksud kamu, menjahili bagaimana?"     

"Kamu sok lupa, gara-gara kamu bilang Lizz mau lahiran, aku lari sejauh tiga belas KM karena panik!"     

"Lah, kenapa harus berlari? kamu 'kan bawa mobil?" tanya Ai.     

"Mobil aku tinggal karena macet jadinya berlari, takut Lizz keburu melahirkan."     

"Ha … ha … ha, kamu bodoh banget sih!" seketika Ai tertawa membuat Marco semakin masam saja.     

"Mana pas sampe rumah, Lizz malah bingung melihat aku, 'kan reseh!"     

"Iya deh, maaf. Kamu sudah tahu Lizz baru hamil lima bulan. Kenapa percaya waktu aku bilang dia sudah mau melahirkan?"     

"Namanya juga panik, aku nggak mau perjuanganku jadi sia-sia. Kamu enak, sekali coblos langsung dapat anak kembar, kalau aku? Aku berusaha hampir satu setengah tahun baru ada hasilnya."     

"Kelakuan kamu kayak nggak ikhlas, padahal seneng banget, bisa nyoblos semalaman dan setiap hari."     

"Iyalah, namanya juga usaha harus giat dan pantang menyerah."     

Ai memandang Marco dengan datar, "Terserah, sesuka hati kamu saja! Yang penting sekarang anterin aku ke tempat si kembar."     

"Boleh, tapi kamu minta maaf dulu." "Minta maaf, buat apa?" tanya Ai.     

"Karena kamu sudah menipu aku."     

"Baiklah, Ai minta maaf sama Marco karena sudah menjahili kamu."     

"Kamu nggak ikhlas banget ucapannya, ya udah deh! Ayo aku antarkan ke mereka," kata Marco sambil berjalan menuntun Ai.     

"Ngapain pegang-pegang?"     

"Biar kamu enggak nyasar."     

"Memang kamu hafal semua ruangan di tempat ini?" tanya Ai mengikuti Marco.     

"Tentu saja aku hafal, aku kan cepat beradaptasi, enggak kayak kamu pergi ke Mall saja tersesat."     

Baru merjalan beberapa langkah, suara pintu di buka dengan kasar di sebelah kanannya, membuat Ai dan Marco seketika menengok ke arah pintu.     

Di sana Daniel berdiri dengan penampilan berantakan dan tatapan mata langsung mengunci Ai.     

"Ai?" Panggil Daniel.     

Daniel bernapas lega, begitu melihat Ai dan Marco dalam keadaan baik-baik saja. Sedangkan Ai hanya bisa diam terpaku di tempat.     

Astagaaaaa Daniel benar-benar datang!     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.