One Night Accident

KEMBALI



KEMBALI

0Happy Reading.     
0

****     

Daniel sudah habis kesbaran tanpa basa basi dia menghajar semua pengawal di sana dan masuk ke dalam istana dengan segera.     

"Di mana Ratu?" tanya Daniel mencekik seorang pengawal yang ingin menghalanginya.     

"Saya tidak tahu pangeran," jawabnya dengan suara tercekat.     

Daniel melepaskan orang itu dan mulai mencari ke seluruh penjuru istana. Tiba-tiba Daniel berhenti dan tertawa. Dia baru menyadari bahwa dari semalam dia sangat sial. Mulai dari ban mobil, rampok, Paspor, anak buah yang tidak bisa dihubungi, pesawat dan sekarang pengawal yang tidak mengizinkan dirinya masuk ke dalam istana.     

Daniel tahu dia sedang dikerjai oleh Ibunya. Tidak heran kalau dia kesulitan kembali ke Cavendish.     

Daniel tidak peduli, yang penting dia sudah sampai di Cavendish dan yang harus dia lakukan pertama kali adalah mencari Ai atau Ratu. Satu ditemukan, satunya pasti juga akan ketahuan berada di mana.     

Daniel mendobrak setiap pintu, tak peduli perbuatannya akan membuat Ratu marah.     

Bruakkk.     

Daniel menendang satu pintu lagi lalu tubuhnya membeku ketika melihat Ai dan Marco yang sedang berdebat kini serentak menoleh ke arahnya.     

"Ai." ucap Daniel.     

Daniel langsung berlari mendekat, dalam satu tarikan dia menjauhkan Marco dari Ai dan memukulnya hingga Marco terjatuh ke lantai.     

Daniel lalu memegang bahu Ai dan memutarnya ke kanan dan kiri. "Ai, kamu nggak papa?" tanya Daniel khawatir.     

Ai amat sangat shok. Saking shoknya dia hanya diam menatap Daniel, karena dia masih berpikir bahwa orang di depannya hanya halusinasi.     

Tiba-tiba Marco berdiri dan menarik kerah baju Daniel dan membalas pukulannya.     

Daniel mundur beberapa langkah karena terkejut, "Apa maksudmu?" tanya Daniel sengit.     

"Kamu yang kenapa? Tiba-tiba memukul aku, kamu mau ngaajak berkelahi?" tanya Marco kesal, datang tak diundang main pukul sembarangan, dasar setan.     

"Aku pukul kamu, karena nggak bisa menjaga Ai. Bagaimana bisa dia sampai pergi ke Inggris?" teriak Daniel ikut emosi.     

Marco bersedekap. "Bagaimana dia sampai ke Inggris? Harusnya kau tanya pada Ai! Bagaimana dia bisa mencapai Inggris."     

Daniel melihat ke arah Ai yang masih diam saja. "Ai ... kamu baik-baik saja?"     

"Dia pasti kaget lihat kamu. Asal kamu tahu saja dia menipuku sampai bisa sampai di sini!" kata Marco menunjuk wajah Ai dengan kesal.     

"Ai menipumu?" tanya Daniel.     

"Iya. Dia menipu dengan mengatakan bahwa istriku mau melahirkan, padahal kandungannya baru lima bulan. Aku sampai berlari karena panik! Intinya dia membohongiku agar bisa kabur ke Inggris."     

"Jadi ... kamu tidak dengan sengaja membawanya ke sini?"     

"Tentu saja tidak, kamu pikir aku tolol apa!"     

Mendengar itu Daniel sedikit lega ."Maaf. Aku pikir kau sengaja membawanya kesini."     

"Jangan bodoh, aku masih waras untuk membawanya ke sini!" kata Marco dengan wajah cemberut.     

Ai memandang ke dua orang yang sedang berdebat itu, jadi mereka saling mengenal?     

"Ai?" tanya Daniel karena Ai hanya diam dari tadi. Daniel memeluk Ai dan melepas, saat Ai terlihat tidak merespon. "Ai!" Daniel memanggil lagi kali ini lebih keras.     

Ai mengerjapkan matanya bingung, banyak pertanyaan berkeliaran di dalam kepala. Bagaimana mungkin Marco terdengar akrab dengan Daniel?     

Melihat Ai masih memasang wajah tolol, Marco menjitak kepala Ai agar sadar dari keterkejutannya.     

"Apa yang kau lakukan?" teriak Daniel mendelik melihat Marco, lalu mengusap kepala Ai yang dijitak tadi.     

"Marco! Apaan sih, sakit tahu!" ujar Ai memprotes.     

Marco meringis, "Habis kamu diam saja, aku hanya bantu menyadarkan saja."     

Ai dan Daniel memandang Marco kesal, lalu seolah tersadar Ai melihat Daniel lagi, tangan Daniel masih berada pada pinggang dan kepala Ai. "Eh. Apaan kamu, lepaskan tanganmu dari tubuhku. Kita bukan muhrim!" kata Ai mundur dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Daniel.     

Marco tertawa lepas. "Kalian bukan muhrim, tapi sudah punya dua anak."     

Ai melototkan matanya, sedangkan Daniel hanya mengusap tengkuknya.     

"Kamu nggak usah ikut campur!" kata Ai pada Marco.     

Daniel mengembuskan napas lega saat Ai sudah mulai bersuara. Ia maju selangkah dan memeluk Ai kembali. "Eh, untuk apa kamu peluk-peluk. Aku bukan guling!" kata Ai berusaha lepas, tapi Daniel semakin erat memeluknya.     

"Ai, kamu jangan bergerak nanti ada yang bangun. Aku hanya mau peluk, soalnya kangen banget sama kamu," ucap Daniel yang membenamkan wajah di lekuk leher Ai.     

"Ih. Apaan sih! Aku nggak kenal sama kamu!" tolak Ai.     

Marco langsung tertawa saat mendengar Ai menolak Daniel. "Baru kali ini bos aku lihat kamu ditolak cewek."     

Daniel tidak mempedulikan ejekan Marco dan tetap memeluk Ai.     

"Uh ... Lepaskan aku dong! Marco, tolongin," ucap Ai sambil meronta.     

"Ai, aku bilang jangan bergerak! Jadi bangun 'kan! Sekarang kamu harus tanggung jawab!" kata Daniel lalu mendekatkan wajahnya.     

Ai menutup bibirnya saat Daniel akan menciumnya. Tapi Daniel tak peduli, ia kecup pelan bibir Ai yang tertutup rapat.     

"Astaga! Hei, masih ada orang di sini!" protes Marco.     

Daniel tidak peduli, bahkan dia mulai menjilat dan menggigit kecil bibir Ai dan otomatis bibir Ai terbuka. Daniel mengambil kesempatan memperdalam ciuman.     

"Uhm ... Hmm .…" Ai berusaha memprotes dan melawan namun ciuman Daniel malah semakin dalam.     

"Ya ampun! Kalian tega banget sih! Kalau aku pengen gimana? Udah dong, kalian jangan bikin aku main 'solo' di kamar mandi!" teriak Marco berusaha mengganggu mereka.     

Mendengar keluhan Marco, sontak kesadaran Ai meningkat, lalu berusaha memberontak lebih keras. 'Dasar cowok kurang ajar, kenal aja nggak! Tiba- tiba main peluk dan cium, kamu pikir aku cewek murahan apa?" teriak Ai kesal. 'Ai masih ingat , saat dia memberikan cek senilai lima puluh Juta setelah melakukan One Night Stand. Dasar penjahat kelamin!' umpat Ai dalam hati.     

Ai masih berusaha melepaskan pelukan Daniel, tapi tak bisa. Akhirnya dia menginjak kaki Daniel sekuat tenaga dengan sepatu hak tingginya.     

Daniel segera melepas ciuman dan pelukan, lalu memegangi kakinya yang berdenyut karena terinjak. "Sweety ...." Daniel memprotes merasakan kakinya berdenyut, namun masih berusaha mendekati Ai.     

"Sweety. Sweety…! aku bukan gula, jadi nggak usah bilang manis. Dasar cowok kurang ajar!" ucap Ai kesel.     

Marco yang tadinya merana melihat mereka berciuman kali ini jadi tertawa terbahak-bahak, Daniel di tolak lagi pemirsahhhh. "Sumpah Bos, aku udah nyerah! Peruku sakit kebanyakan ketawa. Baru kali ini, aku lihat Bos marahi sama cewek," ucap Marco masih memegangi perutnya.     

Daniel memandang Ai dengan memelas. "Kok kamu gitu sih, Sweety? Aku 'kan kangen kamu, hampir dua tahun kita nggak bertemu."     

Ai memandang Daniel aneh, tampan tapi pikun. Sudah tahu, pertemuan pertama dan terakhir saat malam laknat itu. Sudah hampir tiga tahun yang lalu dan setahun kemaren ke mana? Heran deh, ganteng-ganteng amnesia.     

Marco menepuk bahu Daniel, "Kamu kembalikan dulu ingatannya, dia baru nyambung pas diajak ngomong," katanya pelan.     

"Marco, sekarang belum waktunya," jawab Daniel.     

"Ckck. Apalagi yang Boss takutkan? Sudah ketahuan sama Mom kalau kamu punya wanita dan anak, masih mau mengaku gay? Atau mau bilang si kembar anak adopsi? Terlambat, Ratu sudah tes DNA dan memastikan mereka adalah cucunya," kata Marco.     

Daniel mengusap wajah frustasi, padahal sedikit lagi dia berhasil, kenapa malah jadi begini?     

Ai memandang mereka dengan aneh, karena memang ketika Marco menepuk bahu Daniel dia berbicara Bahasa Perancis agar Ai tak tahu yang dibicarakan dengan Daniel.     

"Please, aku nggak peduli apa yang kalian bahas. Karena nggak punya banyak waktu melayani kalian. Sekarang, aku mau ketemu Duo-J," kata Ai pada Marco.     

"Dasar bodoh, Kami sedang membahas kamu!" tunjuk Marco ke wajah Ai.     

Plak!     

Daniel menggeplak kepala Marco, "Jangan pernah mengatakan Ai bodoh lagi. Dia tetap kakak ipar kamu, hormat sedikit."     

"Baru calon, Bos. Dia belum tentu setuju menjadi istri kamu," ujar Marco.     

Ai makin jengkel, karna mereka berbicara bahasa yang tidak di mengerti. Dari pada pusing Ai memilih pergi dari sana. Baru saja berbalik kedua tangannya ada yang mencekal.     

"Kamu mau ke mana, Ai?" tanya Marco memegang tangan kanan Ai.     

"Sweety, kamu jangan pergi dulu," ucap Daniel memegang tangan Ai sebelah kiri.     

Belum sempat Ai menjawab, pintu di depannya terbuka mengalihkan perhatian mereka semua.     

Stevanie dan Petter berjalan beriringan.     

Ratu mengangkat sebelah alisnya melihat kedua tangan Ai yang di pegang oleh Marco dan Daniel. Keduanya yang baru menyadari kalau masih memegang tangan Ai, langsung melepas secara bersamaan. Lalu, menunduk hormat dan menyapa Mommy-nya dengan sebutan Yang Mulia.     

Ai memutar mata dengan jengah. 'Kenapa harus hormat, apalagi Daniel anaknya. Ratu kaku banget dengan anak sendiri. batinnya.     

"Daniel, kamu enggak perlu bersikap formal, sekarang juga Mom tunggu di ruang kerja dan ajak Miss Ratih, sedangkan kamu boleh pergi!" kata Ratu mengusir Marco.     

Daniel terdiam kaku, merasa sedih melihat adiknya terusir dari ruangan itu.     

Marco menunduk hormat dengan hati perih, tetapi dia maklum, dia sadar saat ini statusnya hanyalah seorang bodyguard. Bukan seseorang yang penting. Yang penting Marco sudah bisa melihat wajah ayah dan ibunya itu sudah cukup.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.