One Night Accident

MENIKAH



MENIKAH

0Happy Reading.     
0

****     

"Kalian boleh duduk," kata Ratu mempersilahkan.     

Daniel duduk dengan tenang namun Ia yakin adalah eksekusi untuknya.     

"Daniel, Daddy tak berbicara sebagai orang tua tapi perwakilan Cohza dan Mommy sebagai perwakilan keturunan Cavendish."     

Daniel mengangguk tanda menerti arah pembicaraan ayahnya. Sedang Ai hanya diam karena di sini dia memang tak tahu apa-apa.     

"Pertama, kami sangat kecewa kamu menyembunyikan keberadaan mereka." Tatapan tajam Petter serasa menghunus seketika.     

"Kedua kamu ingin keluar dari keluarga Cohza, Daddy tak keberatan asal kamu selesaikan misi yang tersisa."     

Daniel mengangkat wajah karena tak percaya, "Benarkah?"     

"Tentu saja."     

"Thank's, Dad," ucap Daniel senang, akhirnya akan terbebas dari orang-orang yang akan membahayakan Ai dan anak-anaknya.     

"Kau jangan berterima kasih dulu, karena masih ada yang ketiga, hal itu karena kamu menolak nama Cohza maka dengan ini kamu resmi menyandang pewaris utama Cavendish."     

"What? But, Dad … Cavendish itu milik Jhonatan!" lagipula apa gunanya usahanya selama dua tahun jika ujung-ujungnya hasilnya seperti ini. Bebas dari Cohza tapi malah nyemplung ke Cavendish. Dua-duanya tidak ada yang menyenangkan. Danieh hanya ingin kembali ke indonesia dan memulai hidup tanpa konflik berat bersama Ai dan anak-anaknya. Kalau begini hasilnya, mending dia tidak menjalankan misi apa pun.     

"Daniel, Jhonatan sudah meninggal. Kita harus menerima hal itu."     

"Ah, aku tak percaya Jhonatan sudah meninggal, sebelum jenazahnya ditemukan," kata Daniel hampir mengatakan bahwa Jhonatan masih hidup.     

Petter mendesah, terlihat kesedihan di matanya setiap mendengar nama Jhonathan. "Baiklah, Daddy akan kasih waktu satu tahun lagi jika kamu tak berhasil menemukannya, maka kamu harus menyandang resmi nama Cavendish."     

"Setuju." Jhonathan masih hidup, Daniel tiggal mencari cara membujuknya mengakui identitasnya.     

"Lalu, keempat kami memutuskan menjadikan Javier sebagai Cohza."     

"No, aku tidak setuju!" teriak Daniel. Dia berusaha meninggalkan nama Cohza tapi anaknya akan di masukkan ke sana, dia tidak akan pernah membiarkan ini terjadi.     

"Kalau kau tak setuju, kenapa menulis Cohza di belakang nama Javier?" tanya Petter.     

"Karena aku menghormati kalian sebagai orang tuaku, makanya aku memberikan masing-masing nama dari nama keluarga mom dan Dad," ucap Daniel.     

"Baiklah, tapi kami tidak meminta pendapatmu atau menerima keberatanmu.Kami hanya memberi tahu keputusan yang telah di ambil dan tak bisa di tolak."     

Daniel sudah membuka mulutnya siap membantah.     

"Daniel, kau ingat tak ada penolakan!" tegas Ratu.     

Oke, jika Ratu paling berkuasa yang sudah bicara Daniel tahu akan sulit membantahnya. Sekeras apa pun Daniel berusaha dia hanya akan menemui jalan buntu. Daniel tidak memiliki pilihan lain selain setuju.     

"Baiklah, aku akan menerima menjadi pewaris Cavendish sekarang, dengan syarat Duo-J tidak masuk ke dalam nama Cohza," kata Daniel berusaha membujuk.     

Ratu dan suaminya tersenyum, rencana mereka berhasil. Stevanie tahu anaknya tidak akan mengorbankan cucu-cucunya demi kesenangannya sendiri.     

"Baiklah kami akan pertimbangkan," ucap Ratu seolah-olah perkataan Daniel memang perlu di pikirkan matang-matang. Padahal sudah jelas, keputusan telah di buat.     

"Dan terakhir, kamu sebagai pewaris Cavendish harus menjaga nama baik kerajaan. Karena memiliki anak di luar nikah termasuk skandal yang buruk, kami akan segara melangsungkan pernikahan untuk kalian."     

"MENIKAHH?"     

"NO!"     

"NO!"     

Ai dan Daniel menjawab bersamaan.     

Daniel memandang Ai biasa, karena yakin Ai akan menolak. Sedang Ai memandang Daniel kecewa, dia memang tak ingin menikah dengan Daniel. Namun penolakan di depan kedua orang tua Daniel terasa sangat memalukan sekali bagi harga diri seorang wanita. Ai merasa tidak punya muka.     

"Well, kelihatannya kalian terdengar kompak untuk masalah ini," ucap Ratu tersenyum geli.     

"Sekali lagi, Dad mengatakan ini bukan diskusi. Kami sudah memutuskan, sebaiknya kalian segera memikirkan konsep pernikahannya."     

"Tapi, Dad--"     

"Daniel, kau ingat tak ada penolakan!" ucap Ratu menekankan nadanya.     

Oke ratu tak terbantahkan.     

Wanita selalu benar, emak-emak selalu benar, apalagi jika dia seorang Ratu bergender wanita dan seorang emak-emak. Daniel tidak memiliki harapan menang. Kelar hidupnya.     

"Tak ada penolakan? Siapa kalian yang seenaknya menentukan masa depanku?" marah Ai.     

Daniel menoleh kie arah Ai. Bukankah Ai juga wanita dan emak-emak? Baiklah ... sepertinya mereka lawan yang sepadan.     

"Miss Ratih, Anda boleh memilih antara menikah dengan putraku atau berpisah dengan kedua putramu selamanya?" ancam Ratu.     

"Kalian mengancamku?" ucap Ai tak percaya.     

Oh ... Daniel lupa, walau Ai seorang wanita dan emak-emak dia bukan Ratu dan ini wilwyah kekuasaan Stevanie. Sekarang Daniel benar-benar pasrah.     

"Kami hanya memberikan pilihan, jika Anda tidak mengikuti aturan." Stevanie menegaskan.     

Kepala Ai terasa penuh, menikah dengan Daniel tidak masuk dalam daftar keinginannya. Tapi berpisah dengan Duo-J, akan lebih buruk dibandingkan menikah dengan Daniel.     

Petter dan Ratu Stevanie berdiri, "Ku rasa kalian harus berunding, jadi kami akan pergi dan memberi waktu," ucapnya meninggalkan mereka.     

Ai langsung memandang Daniel dengan wajah sengit. "Ini semua kesalahanmu," ucap Ai sambil menunjuk ke arah Daniel.     

"Aku tahu," jawab Daniel pasrah.     

"Kamu harus bertanggung jawab," tambah Ai berapi-api.     

"Ok."     

"Kamu! kamu--" Ai kehilangan kata, kenapa Daniel malah tak menolak sama sekali. Apa maksudnya hanya 'Oke?' "Pokoknya, aku enggak mau menikah!" tegas Ai.     

Daniel menghela napasnya lelah. "Apa menikah denganku sangat buruk?"     

"Bukan begitu ... tapi ... kita bahkan tidak saling mengenal, kita hanya dua orang asing yang kebetulan menghabiskan malam bersama dan mendapatkan keturunan. Tidak ada yang istimewa dari itu."     

"Menurutku kamu sangat istimewa."     

'What?' Ai baru tahu jika Daniel bisa bermulut manis.     

"Pokoknya kita tidak bisa menikah, ini terlalu terburu-buru. Aku tidak sedekat itu denganmu. Cobalah bertanya pada dirimu sendiri, apa artinya seorang Ai bagimu ?"     

"Kamu Milikku."     

"Ti ... what?" Ai baru akan mengatakan Ai bukan siapa-siapa bagi Daniel tapi daniel menyela dan mengatakan Ai miliknya?     

Oke, Save.     

Sepertinya Ai dianggap barang oleh manusia brengsek di depannya ini.     

Ai ingin mencak-mencak, namun dia berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Baiklah ... sebenarnya menikah denganmu tidak buruk juga, hanya saja kau pun tadi menolak pernikahan ini. Jadi ... dari pada kita berada di pernikahan yang tidak saling menguntungkan. Bagaimana kalau kita membujuk orang tuamu agar melepaskan aku dan mengembalikan aku ke Indonesia. mudah 'kan?" Dan Ai berjanji tidak akan pernah menginjakkan kakinya di Inggris untuk selamanya.     

"Mudah sekali kau mengucapkan, namun mustahil kita lakukan," ucap Daniel sambil bersedekap.     

"Lagi pula siapa bilang aku tak mau menikah denganmu?" tambahnya.     

Ai memutar matanya jengah. "Kamu baru saja mengatakannya di hadapan Ayah dan ibumu, jangan jadi lelaki yang plin plan!" Ai mulai emosi lagi sekarang.     

Daniel mendekati Ai, meletakkan kedua tangan pada kedua sisi bahu agar tidak kabur. "Kau salah paham, keinginan terbesarku menikah denganmu, namun aku ingin menikahimu sebagai Daniel orang biasa. Bukan sebagai pewaris Aliansi Cohza atau penerus Kerajaan Cavendish. Aku menolakmu di depan kedua orang tuaku agar mereka tidak meyulitkanmu dengan segala bisnis dan isi kerajaan yang penuh konflik."     

"Aku sangat mencintaimu dan sangat ingin memiliki kamu seutuhnya," ucap Daniel membuat Ai langsung terkejut sampai kehilangan kata-kata.     

Mencintainya?     

Apa lelaki di depannya gila?     

Mereka baru dua kali bertemu dan dia bilang mencintainya?     

Fix Ai butuh psykater.     

Daniel menatap Ai yang terlihat bingung, kesal sekaligus terpesona dengan kata-katanya. Sebelah tangannya mengelus pipinya dengan lembut. Mungkin benar kata Marco, ini saat yang tepat membuka memori Ai. Bagaimanapun dia sudah terlanjur tercebur di Cavendish. Jika Daniel tidak bisa menyelamatkan Ai, setidaknya dia akan membuat Ai mengerti posisi mana yang harus dia tempati agar selalu aman.     

"Ai, buka pikiranmu. Kamu harus ingat semua yang pernah kita alami, Aku dan kamu saling mencintai," kata Daniel lalu membuka satu demi satu memori Ai, yang telah dia manipulasi.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.