One Night Accident

MEMORI



MEMORI

0Happy Reading.     
0

****     

Ai memandang Daniel dalam, lalu perlahan semua memori Ai yang pernah hilang. Tiba-tiba muncul ke permukaan, seolah-olah berlompatan ke sana ke mari dengan acak. Ai langsung ingat saat malam pertama dengan Daniel, mimpi basah yang ternyata adalah nyata, kencan di pondok Daniel, kabar kehamilan Ai, pernikahan Lizz dan insiden saling berkejaran yang membuatnya shock dan kelahiran si kembar saat Daniel menggenggam erat tangannya.     

Semua meledak keluar.     

Ai bingung, terkejut, dan shok hingga tanpa dia sadari air mata Ai mengalir di pipinya.     

"Ssttt … Sweety, kamu jangan menangis. Aku ada di sini sekarang dan untuk kali ini aku berjanji akan melindungimu dengan nyawaku," ucap Daniel mengusap air mata Ai, lalu mengecup bibir Ai lembut sebelum melumatnya pelan.     

Ai masih kehilangan orientasinya karena apa yang baru saja dia ingat, jadi saat Daniel memperdalam ciumannya Ai baru sadar apa yang sedang terjadi. Seketika Ai serasa ingin memutilasi laki-laki yang sedang menciumnya kini.     

Daniel mencium Ai dengan kerinduan yang teramat dalam dan tak tahu kalau napas Ai terengah bukan karena terangsang oleh ciuman itu tapi ... karena Ai sedang sangat marah. Maka, saat Daniel melepas ciumannya.     

Plakkkk!     

Ai menampar keras pipi Daniel lalu mendorong dan menendang kaki Daniel hingga mundur ke belakang.     

"Kau, sangat keterlaluan!" teriak Ai marah karena emosi.     

"Ai, Apa maksudmu?" tanya Daniel bingung, karena Ai bukan membalas ciuman kerinduannya, tapi malah menendangnya.     

"Kau tak mengerti? Seharusnya, aku yang bertanya, Apa maksudmu? Setelah tidur denganku lalu menghipnotis. Kamu pikir, aku wanita murahan!" Saking marahnya Ai sampai bingung harus berbuat apa.     

"Ai, aku bisa jelaskan kenapa melakukan hal itu!" jawab Daniel.     

"Apa yang mau kamu jelaskan? Beruntung, kepalaku baik-baik saja, bagaimana bila jadi gila karena kamu hipnotis?" Ai menyentuh kepalanya berharap otaknya masih baik-baik saja.     

"Ai, please. Tolong, dengarkan aku," bujuk Daniel.     

"NO! Oh My God! Karena perbuatanmu, aku berpikir sudah melakukan kesalahan dalam satu malam, dosa yang harus ditanggung seumur hidup. Aku menyalahkan kamu, lelaki yang tidak bertanggung jawab dan tak mau memberitahukan kehamilanku. Aku juga tak mau mengatakan padamu, karena hanya merasa ini sebuah kecelakaan. Bahkan, aku tak mengenal dirimu, hanya nama depan yaitu Daniel, lebih parah aku memikirkan--" teriak Ai.     

Daniel tak tahan mendengar teriakan Ai yang merusak gendang telinga dan perbuatan AI yang mondar-mandir seperti orang panik, maka dia langsung menciumnya agar berhenti.     

Merasakan bibirnya tiba-tiba tertutup sesuatau yang kenyal, Ai melotot kaget dan seketika memukul Daniel agar melepaskannya. Sayangnya berapa kalipun pukulan dia arahkan, tapi Daniel sama sekali tak bergeming, akhirnya Ai menarik rambut Daniel. Lalu ciuman mereka terlepas dan dia menendang tulang kering Daniel dengan highheels sampai Daniel meringis kesakitan.     

"DASAR MESUM, KAMU! Hah ... hah …" Ai terengah sehingga kehilangan kata-katanya tapi tangannya mengambil apa pun yang terdekat dan langsung melemparkan kepada Daniel.     

Bantal sofa, vas bunga, keramik pajangan, lukisan, dan frame foto bahkan sebenarnya kalau kuat Ai ingin melempar kursi dan meja ke wajah Daniel.     

"Please, Ai stop!" ucap Daniel saat ruangan sudah kacau. Ai tak peduli pada Daniel yang terus menghindar agar tak terkena lemparan.     

Melihat Daniel yang terus mengelak dan tak ada satupun lemparannya yang mengenai sasaran, Ai merasa kemarahannya semakin bertambah berkali-kali lipat.     

Benda terakhir yang bisa dia lempar hanya tinggal sepatunya, jadi Ai mengambil sepatunya lalu melemparkan ke arah Daniel. Sayangnya lagi-lagi lemparannya meleset.     

"Ekhem …." Daniel dan Ai langsung menoleh ke arah pintu.     

Petter melihat dengan tatapan tajam. "Aku menyuruh kalian berdiskusi, bukan menghancurkan ruanganku."     

Ai yang masih kesal tidak peduli bahkan jika Petter akan marah atu menghukumnya, dia malah berjalan tanpa rasa bersalah lalu mengambil sepatunya dengan angkuh.     

"Saya sudah tidak punya kepentingan di sini, jadi ... saya permisi dulu," ucap Ai melewati Petter.     

Namun baru bebrapa langkah tiba-tiba Daniel menarik dan menggendong Ai layaknya karung beras.     

"Kya! Apa yang kamu lakukan!" teriak Ai kaget ketika kepalanya serasa berputar karena terbalik.     

"Dad, maaf kami membutuhkan ruangan yang lebih pribadi," ucap Daniel sambil membawa Ai menuju kamarnya.     

Petter hanya menggelengkan kepalanya, "Dasar anak muda zaman sekarang, suka bikin drama," gumamnya.     

Ai terus meronta, menjerit, menendang, memukul atau apa pun yang bisa dia lakukan. Tapi semua percuma dan malah membuat tenaganya terkuras habis karena pemberontakannya itu.     

Setelah memasuki kamar, Daniel langsung menghempaskan tubuh Ai ke ranjang dengan kasar, sehingga Ai menjerit lagi.     

Daniel berdiri di tepi ranjang dan bersedekap memandang Ai seolah Ai adalah anak kecil yang minta dihukum. "Kau sudah selesai marahnya?" tanya Daniel.     

"Belum! Tapi ... aku capek dan haus, bisa minta minum dulu?" ucap Ai jutek sambil berusaha duduk di atas ranjang.     

Daniel memandang Ai tak percaya, baru kali ini orang marah-marah masih sempat haus juga. Daniel tersenyum dan berbalik lalu mengambil minuman kaleng pada kulkas kecil dalam kamarnya.     

Ai yang kehausan, hanya menelan ludah saat Daniel bukan memberi minuman itu padanya, tapi malah membukanya dan menikmati sendiri.     

Daniel melirik Ai dengan tatapan jahil "Kenapa? Aku juga cape, karena menghadapi sikapmu yang ternyata menguras tenaga," kata Daniel menggoda sambil meminum kembali.     

Ai memberengut kesal, lalu bangun dan ingin mengambil minum sendiri. Namun, sebelum itu terjadi, tubuhnya terhempas kembali di ranjang dengan Daniel berada di atas tubuhnya dan menindihnya pelan.     

Ai belum sempat mengembalikan kesadarannya, lalu merasakan sesuatu yang mengalir pada bibirnya.     

Ai hampir tersedak karena Daniel memberi minum mouth to mouth.     

Ya ampun! Gimana Ai bisa tahan, kalau tindakan Daniel selalu memancing birahi seperti ini. Bahkan Ai yang marah pun semakin lama semakin lumer dengan ciuman yang di berikan Daniel.     

Setelah memastikan Ai sudah menelan semua air yang dia berikan lewat mulutnya, Daniel mengangkat wajah dengan pandangan gelap. Tidak tahan untuk segera mengeksekusi Ai di atas ranjang. "Lebih nikmat minum dengan cara ini 'kan?"     

Ai masih linglung dan berusaha mengatur napasnya, dia hanya berkedip tak sanggup menjawab, jantungnya berdegup kencang apalagi sekarang tubuh Daniel menempel dengan erat, bahkan Ai bisa merasakan sesuatu yang menonjol keras pada pahanya.     

"Apa kau masih haus?" tanya Daniel sambil mejilati bibir Ai yang membengkak karena perbuatannya.     

Ai hanya bisa mengangguk semangat, ciuman Daniel sangatlah nikmat, mana mungkin Ai bisa menolaknya, sesuatu yang menyenangkan tidak boleh diabaikan.     

Daniel tersenyum puas karena berhasil mengalihkan kemarahan menjadi tatapan penuh damba. Jika tahu ciumannya bisa berefek seperti ini, sudah dari tadi Daniel membawa Ai ke kamarnya.     

Melihat wajah Ai yang sudah diliputi gairah, Daniel bisa merasakan celananya semakin sesak.     

Daniel kembali minum dan mengulangi ciuman tadi, tapi kali ini tak berhenti begitu air di mulutnya habis. Justru semakin membelitkan lidahnya kepada Ai lalu memperdalam ciuman.     

"Mmmhhh …." Ai terengah pelan saat tangan Daniel mulai bergrilya dan meraba area sensitifnya.     

Mendengar desahan Ai, Daniel melepas pakaiannya lalu membuka kemeja Ai agar bisa merasakan gunung yang sudah dua tahun tidak dijamah olehnya. Matanya semakin menggelap ketika menatap bra berwarna merah, warna favoritnya. Tak sabar, Daniel meremas payudara Ai yang masih tertutup bra dengan remasan kencang, hingga Ai memekik kagaet.     

Daniel tidak tinggal diam, dia mulai menjelajahi leher dan memberikan beberapa tanda untuk mengukuhkan wilayah kekuasaanya. Jari tangannya melepas bra milik Ai dan menyingkirkannya dengan cepat, lalu mengusap dan membelainya penuh kelembutan.     

"Daniel ..." Ai merengek, karena Daniel hanya memainkan payudaranya tapi mengabaikan puncaknya. Itu benar-benar menyiksa.     

Daniel mengangkat kedua tangan Ai ke atas dan memerangkapnya dengan sebelah tangan, lalu Daniel menunduk dan langsung mengulum putingnya dengan hisapan kuat.     

"Ahhhh …" Ai tak bisa menahan desahan, saat Daniel menghisap payudara dan memelintir puting dengan giginya seolah itu adalah makanan yang sedang dia nikamati.     

Daniel menggesekkan kejantanannya sehingga Ai menggeliat semakin merasa panas di seluruh tubuh, bahkan dia sudah melingkarkan kedua kaki ke pinggul Daniel dan berusaha semakin dekat.     

"Danieeelll ... please .…" Ai merengek menginginkan penyatuan secara utuh.     

"Sweety, I want you too." Daniel menyahut, kembali melumat bibir Ai dan melanjutkan sentuhan sehingga menimbulkan rasa panas dan nikmat.     

"Do it now …," rengek Ai.     

Daniel menurunkan tubuhnya dan memanjakan payudara Ai kembali dengan lidah dan tangannya yang bebas. Daniel melepas cekalannya dan sebelah tangannya segera bergerak semakin turun menuju rok yang dikenakan oleh Ai.     

"Ehem!"     

Daniel tak menghiraukan suara deham itu, karena ia sudah siap tempur, siapa pun yang berani mengganggunya akan Daniel tendang ke angkasa.     

"Daniel ...," keluh Ai berusaha menghentikan cumbuan tersebut ketika mendengar suara orang lain berada di kamar itu.     

"Biarkan saja Ai. Nanti juga pergi sendiri." Daniel masih melanjutkan kegiatannya dengan penuh semangat.     

"DANIEL COHZA CAVENDISH!"     

Mendengar suara sang Ratu, Daniel mengumpat seketika.     

Benar-benar sialllll.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.