One Night Accident

DIPISAHKAN



DIPISAHKAN

0Happy Reading.     
0

***     

Daniel langsung menoleh ke belakang, nampak Ratu bersedekap memandang dengan sorot mata yang tajam. "Kalian berdua! Mom tunggu di ruang keluarga. SEKARANG!" tegas Ratu.     

Daniel langsung turun dari atas tubuh Ai dan menyambar kembali bajunya. Sementara, Ai berusaha menutup tubuh yang sudah setengah telanjang dengan wajahnya merah padam karena malu.     

"Kalian, aku beri waktu lima menit," kata Ratu sebelum berbalik meninggalkan kamar Daniel.     

Daniel mengusap wajah frustasi dan berusaha menenangkan gejolak yang sudar terlanjur bangun. Dia menghirup napas dan segera memakai baju, sedang Ai bergerak lebih canggung karena malu habis dipergoki ibunya Daniel sedang bercumbu.     

Tidak mau menikah apanya?     

Di cipok mau-mau saja. Siapa yang akan percaya sekarang.     

Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar dengan wajah kaku dan duduk patuh di hadapan Ratu, siap untuk menghadapi persidangan.     

Ratu mengetukkan jari di meja yang membuat suasana makin tegang. "Jadi, apa kalian sudah memutuskan konsep pernikahan?" tanya Ratu.     

Mereka terdiam.     

"Jangan katakan, kalian masih menolak untuk menikah?!" Stevanie jadi gemas sendiri.     

"Aku setuju," ucap Daniel mantap.     

"Tapi aku tidak setuju," jawab Ai cepat.     

"Tweety, kenapa kamu tidak mau kita menikah?" tanya Daniel heran.     

Ai mengernyitkan dahinya. "Tadi Sweety, kenapa sekarang jadi Tweety? Memangnya aku burung?"     

Daniel menatap Ai, "Karena kamu mungil dan menggemaskan, serasa ingin mengurungmu untuk diriku sendiri." Sisi posesif Daniel muncul seketika.     

Ratu : " ...."     

Ai membisu, tak mampu menolak sikap Daniel yang manis. Tapi sebagai wanita harus jual mahal. Lagi pula dia masih agak kesal karena sering dihipnotis. Ai masih berharap otaknya baik-baik saja.     

Daniel memandang lembut Ai, yang nampak cemberut. Daniel merasa gemas dan tanpa sadar mendekati wajah Ai, saat bibirnya hampir menempel--     

"Ehem!"     

Sial! Saking gemasnya, Daniel bahkan melupakan keberadaan Ratu. Dengan postur tegap Daniel langsung kembali duduk. Wajah Ai makin merona karena semakin malu.     

Ratu memijit kepala, pusing menghadapi mereka, benci tapi cinta, tidak mau menikah tapi nyosor kapan saja, dasar! "Mom tadi memberi waktu kalian berdua di kamar untuk berdiskusi tentang pernikahan, bukan berproduksi!"     

Ai dan Daniel hanya diam karena memang bersalah dalam hal ini. "Baiklah, Mom yang menentukan konsep pernikahan serta persiapan semuanya."     

"Tapi--" Ai ingin memotong ucapan Ratu, Ratu mengangkat tangannya, nampak jengah karena sikap mereka. Dia akan mengambil alih, mereka hanya perlu mengikuti aturan.     

"Viky ...!" panggil ratu.     

Viky tiba-tiba sudah datang di sebelah Ai.     

Ai sampai terkejut karena dia tidak menyadari keberadaannya tapi tiba-tiba malah nongol begitu saja. Apakah Vicky punya kekuatan Flazz.     

"Kamu beritahu Zoya, untuk mengawal Miss Ratih dan antarkan ke sayap kanan istana. Lalu, Gabriel mengawal Daniel pada sayap kiri. Ingat ! mereka tak boleh bertemu sebelum hari pernikahan."     

"WHAT?" ucap Daniel dan Ai bersamaan.     

"But, Mom--" ucap Daniel.     

"Tunggu dulu," kata Ai.     

"Stop!" Ratu menghentikan protes dari keduanya.     

"Daniel, kamu seorang pangeran semua perilaku di nilai oleh rakyat. Apalagi, sudah memiliki dua anak di luar nikah, lalu Mom tak mau kalian proses anak yang ketiga sebelum menikah. Karena itu, kalian harus berpisah sementara, bila ingin bertemu akan di temani beberapa orang. Untuk memastikan kalian tidak melakukan perilaku yang di luar batas.     

Daniel, menundukkan wajah pasrah, sudah dua tahun harus puas dan bermain solo lagi.     

Padahal Daniel berharap malam nikmat itu akan segera terulang kembali.     

Ai untuk sementara merasa lega, setidaknya tak ada rayuan yang Daniel yang memancing birahinya. Masalahnya saat Daniel sudah menyentuhnya, Ai tak bisa menolak dan akan melakukan keinginannya.     

Pria itu berbahaya, apalagi dia ahli hipnotis yang bisa membuatnya terpedaya.     

"Oh ya, Miss Ratih, mulai hari ini kamu tidak dapat menemui Duo-J sampai acara pernikahan selesai dilangsungkan," ucap Ratu.     

"What? Ratu, Anda pasti bercanda. Bagaimana bisa anda memisahkan seorang ibu dengan anaknya."     

"Memangnya kenapa? Mereka adalah sebagai jaminan kamu tak akan kabur di hari pernikahan nanti," ucap ratu tersenyum kecil.     

"Ratu, Anda kejam sampai tega memisahkan kami," ucap Ai dengan nada tak percaya.     

"Percayalah, aku akan lebih kejam saat kau tak mematuhi aturan," ucap Ratu dengan nada otoriter.     

Ai ingin membantah lagi tapi ketukan di pintu menginterupsi mereka.     

"Masuklah," kata Ratu.     

"Yang Mulia Ratu, Apakah Anda memanggil kami?" ucap salah seorang dari mereka.     

"Ya, kalian antarkan Putri Ratih dan Pangeran Daniel ke kamar masing-masing, pastikan bila mereka bertemu harus ada yang mengawal."     

"Baik, Yang Mulia," jawab mereka.     

"Putri Ratih, silakan," ucap Zoya kepada Ai.     

"Mari Pangeran Daniel," Kata Gabriel.     

Daniel dan Ai berpamitan kepada Ratu, lalu berjalan keluar dengan pengawalan Zoya dan Gabriel.     

Daniel berhenti dan mencekal tangan Ai saat pintu tertutup di belakangnya.     

"Ciuman perpisahan," Daniel langsung melumat bibir Ai dan menghisap pelan.     

Ai terkejut hingga matanya hanya bisa berkedip-berkedip. Sebelum protesnya keluar Daniel sudah melepaskan ciumannya lalu pergi meninggalkan Ai yang masih terkejut.     

"Daniel, brengsek!" kata Ai begitu kesadarannya kembali. Menghentakkan kaki dan langsung pergi. "Kenapa aku harus bertemu pria yang sifat mesumnya sama dengan Bang David, lalu bisa jatuh cinta padanya. Selalu mencium secara tiba-tiba? 'Kan aku jadi tak bisa membalasnya," gumam Ai bicara sepanjang perjalanan.     

"Putri Ratih," ucap Zoya yang mencoba menghentikan Ai.     

"Ya, ada apa?" tanya Ai.     

"Maaf, Miss bukan ke sebelah sana arah kamarnya." Zoya memberitahu.     

Ai mengangguk dan berbalik arah melanjutkan berjalan.     

"Putri Ratih," tegur Zoya.     

"Kenapa lagi?" tanya Ai kesal.     

Zoya berdehem. "Bukan ke arah sana tapi sebelah sini," ucap Zoya menahan senyuman.     

Ai mendengkus pelan," Kenapa nggak bilang? Saya 'kan capek!" ucap Ai, namun baru beberap langkah Ai tiba-tiba berhenti.     

"Putri, ada apa?" tanya Zoya bingung karena Ai tidak melanjutkan perjalanan.     

"Kamu berjalan lebih dulu, aku takut salah jalan," kata Ai melihat di depan ada tiga persimpangan.     

"Baik, Putri Ratih."     

"Eh. kamu bisa panggil saya, Ai saja! Nggak perlu pakai Putri segala berasa inces aku."     

"Maaf, Putri. Hal tersebut sudah peraturan kerajaan, apalagi anda calon istri Pangeran jadi saya harus memanggil Yang Mulia Putri."     

"Tunggu dulu, pertama kali masuk ke rumah ini aku merasa aneh. Karena banyak menyebutkan tentang Kerajaan, Ratu Pangeran dan mengenai segala aturan, Apa maksudnya? Jangan bilang kalau Daniel beneran seorang pangeran kerajaan?" tanya Ai.     

"Anda memang berada di sebuah Kerajaan Putri, Nama kerajaan ini adalah kerajaan Cavendish. Kerajaan ini memiliki luas 670,55KM² dan penduduk sekitar 1.5 juta jiwa. Ratu kami bernama Ratu Elizabeth Stevanie Cavendish, yang bertemu anda beberapa waktu lalu. Putra mahkota kami bernama Daniel Cohza Cavendish, pria yang akan menikahi Anda dalam waktu dekat ini. Jadi ... secara tidak langsung anda adalah calon Ratu berikutnya." Zoya menjelaskan.     

Ai berhenti berjalan. "Kamu pasti bercanda 'kan?" tanya Ai hampir tertawa.     

Calon Ratu selanjutnya?     

Ratu apa?     

Ratu gentayangan?     

Ada-ada saja ini orang, ngigo enggak kira-kira. Mana ngiggona seistana lagi.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.