One Night Accident

RINDU



RINDU

0Happy Reading.     
0

****     

"Putri, Anda adalah seorang calon Permaisuri jadi ... saya tak mungkin berani berbohong," ucap Zoya.     

"Ini tidak mungkin." Ai mentap Zoya. Sayangnya Zoya terdengar sangat serius dan tidak sedang main-main.     

Ai mulai gelisah. "Daniel benar-benar seorang pangeran?"     

"Benar Putri."     

"Dan orang yang tadi ada di ruangan itu adalah seorang Ratu?"     

Zoya mengangguk dengan tersenyum meyakinkan.     

"Oh My God. Tamatlah riwayatku. Apa yang sudah ku lakukan? Tak menghormati, berdebat dan membantah seorang Ratu. Kyaaaa …! Mungkin aku akan mendapatkan hukuman. Apakah di kerajaan ini hukumannya berat atau aku bahkan lebih parah dari yang lain, bisa-bisa aku di mutilasi. Aduh ... bagaimana ini?" Ai panik dan terus bicara tak karuan, membuat Zoya terasa aneh melihatnya. Karena tanpa sadar, Ai bicara sambil ngedumel menggunakan bahasa Indonesia.     

"Putri Ratih, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Zoya khawatir.     

"Aku dalam bahaya! Oh, ASTAGA! Apa yang harus dilakukan?" Ai masih panik dan berpikir keras. Ia belum menemukan si kembar, malah tambah satu masalah lagi. Kenapa dia bersikap tak sopan pada situasi yang salah.     

" Marco. Iya, Marco."     

"Maaf, Apakah Putri mengatakan sesuatu?" tanya Zoya masih tak mengerti bahasa yang di ucapkan Ai.     

"Apa kamu bisa tolong panggil Marco?" kata Ai.     

"Marco? Maaf Putri, siapa Marco?"     

"Oh, dia pengawal yang aku bawa ke sini."     

"Baik, Putri, Marco akan segera kami panggil untuk menghadap anda, setelah saya mengantarkan anda ke kamar."     

"Terima kasih, Zoya," ucap Ai.     

"Sama-sama, Putri. Ini memang sudah menjadi tugas saya, silahkan Putri," kata Zoya mempersilahkan Ai melanjutkan perjalanan.     

Ai mengikuti Zoya dan langsung merasa kagum saat memasuki kamar yang akan di tempati olehnya. Bentuknya sama dengan film bangsawan, nampak luas dan elegan. "Benarkah, ini kamar untukku?" tanya Ai.     

"Benar, Putri. Apa anda tidak menyukainya? Atau anda menginginkan perubahan? Kalau iya, saya bisa menunjukkan kamar yang lain dan mengganti perabot sesuai selera anda."     

"Oh, tidak perlu, aku sangat menyukainya, ini sangat luas dan sangat indah!" pekik Ai senang. Lalu, dia langsung berlari cepat merebahkan tubuhnya ke ranjang yang terasa sangat nyaman tidak memeperhatikan Zoya yang merasa terhibur dengan aksinya. Ternyata calon istri pangeran Daniel sangat ramah, lucu dan menggemaskan.     

"Baiklah, Putri Ratih. Bila tak ada yang Anda perlukan lagi, saya mohon diri," ucap Zoya.     

"Eh, tunggu! Bagaimana bila aku membutuhkan Marco atau kamu?"     

"Mohon maaf Putri, saya hampir lupa memberitahukan pada Anda," kata Zoya lalu mengambil sebuah ponsel dan menyerahkan pada Ai.     

"Ponsel tersebut sudah ada aplikasi Kerajaan Cavendish. Hanya tinggal menekan nomor, sebutkan keinginan anda dan apa yang anda minta akan segera dikirimkan kepada anda."     

Ai terlihat masih bingung.     

"Putri, saya akan menunjukkan caranya," kata Zoya meminta izin.     

"Putri, anda lihat ada angka satu sampai seratus. Anda memilih apa yang keinginan Anda, contohnya Anda ingin makan, tinggal tekan angka satu lalu ada pilihan A-Z, akan tertera menu yang ada. Misal Anda mau Spaghetti, tekan angka lima belas. Kami akan mengantarkan pesanan kurang dari dua puluh menit. Mungkin, Anda ingin memotong rambut, tekan angka tiga puluh empat, maka Stylish akan segera datang mengunjungi anda."     

Ai mengangguk, walau masih bingung. Ternyata kerajaan ini memiliki aplikasi ojol. Bedanya ojol bayar ini geratisan.     

"Putri, apakah ada lagi yang perlu saya bantu?" tanya Zoya.     

"Oh tidak," balas Ai.     

"Kalau begitu, saya mohon mengundurkan diri."     

"Ok," kata Ai tersenyum ramah.     

Setelah Zoya pergi, Ai menjelajahi kamar lalu memutuskan mandi karena merasa dirinya butuh penyegaran dari segala kemelut yang baru saja dia alami. Saat selesai mandi, Ai menyadari tak punya baju ganti, jadi dia hanya memakai handuk kimono.     

"Mungkin ini saatnya mencoba aplikasi kerajaan itu," batinnya senang.     

"Kau terlihat sangat segar, Tweety."     

Ai menoleh cepat, Daniel nampak duduk manis di atas ranjang. Kenapa Ai tidak menyadari ada Daniel di sana. "Bagaimana bisa, Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ai bingung.     

"Tentu saja, mengunjungi calon istriku," jawab Daniel.     

"Tapi, bukankah Ratu melarangmu bertemu denganku sampai hari pernikahan dilaksanakan."     

"Memang kenapa kalau Ratu melarang? Beliau tak akan tahu, kalau aku melanggar aturannya," kata Daniel percaya diri.     

"Bagaimana kalau ketahuan, Daniel? Aku tidak mau mencari masalah," tanya Ai gelisah.     

"Tak mungkin. karena aku sudah menghipnotis para pengawal. Kau tenang saja," ucap Daniel lalu melangkah mendekati Ai.     

Ai langsung menutup dahinya.     

"Apa yang kau lakukan, Tweety?" tanya Daniel heran     

"Melindungi pikiranku, jangan sampai kau menghipnotisku lagi."     

Daniel tertawa, "Tentu saja tidak, karna kali ini aku ingin kita sama-sama dalam keadaan sadar."     

"Hei, kau panggil aku Tweety dari tadi! Sudah aku bilang, aku kan bukan burung."     

"Aku juga sudah bilang itu karena kamu imut dan menggemaskan."     

Ai merengutkan bibirnya, Daniel makin gemas. Lalu, menarik pinggang Ai hingga menempel ke tubuhnya.     

"Kamu ini, tahu enggak sih kalau aku sangat merindukanmu," bisik Daniel di telinga Ai, seketika membuatnya merinding.     

"Memangnya kamu tidak merindukanku?" tanya Daniel kali ini mulai menjilat belakang telinganya.     

"Aku juga rindu," lirih Ai malu dan sangat pelan tapi masih dapat terdengar oleh Daniel. Daniel tersenyum, wajahnya mendekati Ai mempertemukan bibir mereka. Berawal dari kecupan kecil berubah menjadi lumatan penuh gairah. Kedua tangan Ai merangkul leher Daniel, agar memperdalam ciumannya. Sedangkan Daniel makin merapatkan tubuh menggendong Ai menuju ranjang.     

"Ah ...," desah Ai, saat Daniel sudah menindihnya di atas ranjang. Daniel terus mencium dengan penuh hasrat, sedang Ai sudah menggeliat kepanasan di bawahnya. Daniel mulai mencium dari leher, lalu ke bawah meninggalkan banyak jejak yang membuat Ai menjambak pelan rambutnya karena nikmat.     

"Ahhhh … Daniel ... Hmm…" rengek Ai saat Daniel mulai membuka jubah mandinya dan tangannya bergrilya di dalamnya tanpa menghentikan setiap kecupan dan cumbuan di antara belahan payudaranya.     

Tok Tok Tok     

Daniel langsung berdiri merapikan baju dan handuk kimono Ai. Tak mau mengambil resiko, Ratu memergoki lagi.     

"Siapa?" tanya Ai.     

Blammmm     

Tak mendapatkan jawaban, pintu sudah terdobrak paksa, Marco muncul dengan wajah panik.     

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Ai.     

"Kenapa kau lama sekali membukanya? Aku pikir terjadi sesuatu padamu!" ucap Marco.     

Ai memutar bola matanya jengah. "Ada apa kamu kemari ?"     

Marco menatap mereka bergantian, melihat penampilan yang sedikit berantakan. "Bukankah, Zoya bilang kamu mencari aku? Seharusnya, aku yang bertanya, apa yang kalian lakukan di kamar?"     

"Apa aku perlu menjawabnya?" tanya Daniel sambil bersedekap.     

Marco meringis, dia tahu baru saja mengganggu kegiatan mereka. "Kalian bisa melanjutkan kembali, aku akan pergi. Tapi ingat, waktu makan malam sudah dekat. Lebih baik ditunda daripada ketahuan oleh Ratu," kata Marco tanpa menutup pintu.     

Wajah Ai memerah malu, baru 1X24 jam dia di sana dan sudah tercyduk dua kali sednag bercumbu. Ai serasa mati kutu.     

"Daniel, sebaiknya kita bersiap-siap," kata Ai memecah keheningan karena tak ada tanda-tanda Daniel akan bergerak pergi.     

Daniel masih memandangi Ai dengan nafsu, sehingga membuat Ai salah tingkah.     

Ketika Ai mengantar Daniel sampai pintu dan baru membukanya sedikit tiba-tiba tubuhnya ditarik.     

"Masa bodoh dengan Ratu," kata Daniel menutup dan mengunci pintu lalu mendorong Ai ke tembok.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.