One Night Accident

LABORATORIUM



LABORATORIUM

0Happy Reading.     
0

***     

"Silakan, Princess," ucap seorang pengawal mempersilakan Ai masuk ke dalam mobil Limosin.     

Ai sebenarnya merasa risih, selama tinggal bersama David ia memang sudah terbiasa dilayani tapi tidak berlebihan seperti ini. Apalagi panggilan Princess yang baru melekat padanya, serasa seperti Putri yang baru keluar dari sangkar.     

Daniel tersenyum, saat duduk di sebelah Ai, baru kali ini ada wanita yang cemberut karena dipanggil Princess serta diperlakukan istimewa. "Kenapa kamu nampak cemberut, sih?" tanya Daniel membelai lembut pipi Ai.     

"Apa mereka nggak bisa panggil aku dengan nama? Tak perlu pake Princess segala, kan bukan Syahrini," ucap Ai.     

"Nanti kamu akan terbiasa," ucap Daniel.     

"Kamu sama saja, untuk apa bertanya?" ucap Ai kesal.     

"Kok masih pakai panggilan biasa, kita 'kan sudah mau menikah."     

"Masalahnya apa? Terserah aku mau pakai bahasa apa pun." Daniel memperhatikan wajah Ai masih yang terlihat kesal.     

"Tweety, aku pernah bilang 'kan kalau kamu terlihat sexy saat marah?"     

'Tweety lagi, kayaknya sekarang dia memang sudah dianggap burung deh!' batin Ai. "Kamu gombal banget, orang kalau marah pasti seram!" tegas Ai malah semakin kesal.     

Daniel makin mendekat. "Kamu berbeda karena wajahmu merah saat marah, terlihat minta di cium."     

Ai menoleh ke arah Daniel. "Dasar otak mesum!" ucap Ai sambil mendelik seolah memperingatkan Daniel agar tidak macam-macam.     

"Aku mesum cuma sama kamu, kok!"     

"Bohong, kamu 'kan playboy mesum sama semua wanita. Buktinyan suka melakukan One Night Stand."     

Daniel malah tertawa pelan. "Kamu tuh, semakin membuatku bergairah."     

Ai memandang Daniel terkejut. Apanya yang membuat bergairah? Ai tidak menggodanya sama sekali. "Aku enggak ngapa-ngapain ya."     

"Kamu tidak perlu melakukan apa pun karena semua yang kamu lakukan bisa membuatku bergairah?"     

"Sinting, aku diam saja kamu bergairah jangan-jangan kalau aku menyentuhmu, kita akan berakhir tanpa pakaian di sini."     

Daniel makin tertawa keras. "Oh ... apakah kamu sedang menawarkan diri dan mau naked sekarang, perlukah aku memberi bantuan?"     

Ai langsung menyilangkan tangan ke depan tubuhnya memandang Daniel dengan ngeri.     

"Emang belum cukup apa semalem?" tanya Ai tidak percaya. Bagaimana tidak, semalam saat Ai baru saja tertidur, Daniel tiba-tiba datang dan mengajak bercinta sampai jam 03.00 pagi. Sekarang mau minta lagi, yang benar saja. Dia itu napsuan apa emang hyper.     

Daniel malah menggoda Ai, dan mendekatkan tubuh mereka hingga Ai sampai terpojok. "Bersama kamu tak akan pernah cukup, Tweety," kata Daniel sambil mendekatkan wajahnya.     

Ai mengalihkan wajah, Daniel semakin dekat hingga mencium pipinya. Lalu, Daniel menurunkan posisi, menjilat telinga Ai dan mengecup lehernya.     

Ai merinding karena perlakuannya. "Daniel .... hmm ... kita di dalam mobil," kata Ai mulai terengah.     

"Tenang saja, tak ada yang akan mendengar kita," kata Daniel. Ia mulai mencium leher dan membelai paha Ai yang memakai rok pendek. Ai menggigit bibir untuk menahan desahan, saat tangan Daniel sudah menyentuh area sensitif dari luar.     

Daniel memberikan rangsangan tanpa henti pada Ai. Sekaligus ingin menggoda Ai karena sudah membuatnya bergairah, tanpa dia duga Ai malah ikut terhanyut ke dalam godaannya.     

Daniel mulai melepas lengan gaun Ai dan memberikan sentuhan pada tubuhnya. "Ahh ... hmm .…" Ai mengeluarkan desahan membuat Daniel makin bernafsu.     

Tok Tok Tok.     

Daniel mendongak dan melihat pengawal mengetuk pintu limousine. Tanpa sadar ternyata mereka sudah sampai tujuan.     

Daniel membantu Ai mengenakan kembali gaunnya dengan frustasi karena belum tuntas. Sedangkan Ai hanya terkikik geli, karena melihat hasrat Daniel yang terlihat menonjol kaku.     

"Tertawalah sepuasmu! Nanti, aku akan buat kamu mendesah dan mengerang sampai pagi, Tweety," kata Daniel mengerlingkan matanya.     

"Itu tidak akan terjadi, aku akan memastikan kamarku terkunci malam ini."     

Daniel terkekeh bahkan jika kamar Ai terbuat dari baja sekalipun, Daniel tetap akan bisa masuk tanpa kesulitan sama sekali.     

"Kenapa, kita turun di sini?" tanya Ai bingung memandang sekitar yang penuh dengan pohon. Bukankah ini hutan.     

Daniel tersenyum dan menggenggam erat tangan Ai, tahu pasti jika calon istrinya itu agak takut, lalu mereka berjalan melewati pepohonan. "Kita akan pergi ke pusat kerajaan Cavendish," jawab Daniel.     

'Pusat kerajaan?'     

Pusat kerajaan apanya. Ini kan hutan belantara.     

Tiba- tiba Saniel berhenti di depan pohon besar.     

"Pusat kerajaan? Ini hutan! Apa kita akan camping?" tanya Ai heran dengan tingkah Daniel.     

Daniel tersenyum, mengecup pipi Ai sekilas lalu menyentuh salah satu pohon besar di depannya dan membuka pelepahnya.     

Ai langsung terkejut karena ternyata di balik pelepah itu terdapat kotak mungil seperti brankas. Daniel memasukkan angka rahasia, lalu tanah di sebelah Ai bergeser terbuka.     

Ia yang terkejut langsung menjerit dan memeluk Daniel spontan karena mengira ada gempa. "Astaga, Daniel apa itu?" tanya Ai menatap lubang sangat besar di depannya.     

"Pusat Kerajaan Cavendish, Ayo kita masuk!" kata Daniel mengajak Ai.     

Ai menggeleng panik dan mengeratkan pelukannya pada Daniel. "Aku tidak mau, itu pasti penjara bawah tanah kan? Ratu pasti mau memenjarakanku karna aku kurang ajar padanya."     

Daniel tertawa mendengar imajinasi Ai yang berlebihan. "Kalau begitu, kita masuk dan terkurung bersama," Daniel terkekeh.     

"Tidak," kata Ai tatap berdiri di posisinya.     

"Baiklah, jangan salahkan aku. Kau yang memintanya," ucap Daniel dan langsung menggendong Ai bridal style dan menuruni tangga di bawah tanah.     

Ai menjerit, mengeratkan pelukan karena takut jatuh. Ia menutup mata, takut akan apa yang terjadi. Lalu, dia merasa seperti masuk ke lift. 'Semoga saja bukan penjara bawah tanah seperti bayangannya,' batinnya.     

"Buka matamu," bisik Daniel lalu menurunkan tubuh Ai.     

Ai membuka mata dan seketika terkejut. Benarkah, ini ada di bawah tanah?     

Kenyataannya, nampak pusat kota dengan berbagai gedung, kendaraan dan banyak orang yang hilir-mudik. Anehnya, mereka berpenampilan sama memakai seragam, sarung tangan dan masker, seperti perawat di rumah sakit.     

"Apa ini?" tanya Ai penasaran.     

"Kau akan tahu sebentar lagi, Tweety!" kata Daniel. Lalu mengajak Ai menaiki mobil yang sudah ada dan Marco yang sedang menyopirnya.     

"Marco, di mana Duo-J?" tanya Ai penasaran. Ia sangat merindukan mereka.     

"Kau tenang saja, mereka aman dan kau akan segera bertemu," kata Marco tersenyum jail.     

"Marco, Apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Daniel curiga.     

"Aku hanya membantu si kembar bertemu dengan kalian. Jangan khawatir, aku masih tahu batasan," ucap Marco santai.     

Daniel mengangguk dan Ai langsung berbinar. "Thanks, Marco baru kali ini aku merasa kamu ada gunanya," ucap Ai memeluk Marco dari belakang.     

"Lepaskan! kau mau ucapkan terima kasih atau membunuhku!" protes Marco membuat mereka tertawa.     

"Bagus! Kalian memang pasangan serasi, suka menganiayaku," kata Marco kesal.     

Lalu tiba-tiba Marco mendadak menginjak rem karena kesal, dahi Ai terbentur jok depan dan memkik sakit.     

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Daniel menatap tajam ke arah Marco.     

"Kita sudah sampai. Ayo, cepat keluar!" kata Marco balas dendam dan keluar terlebih dahulu.     

Daniel dan Ai keluar bersama. Ai masih merengut karena dahinya terasa benjol.     

"Tweety, apa masih sakit?" tanya Daniel. Lalu, mencium kening Ai bermaksud mengobatinya.     

Melihat itu, Marco hanya memutar mata dengan jengah, "Dasar Lebay," kata Marco berjalan lebih dulu.     

"Daniel, tempat apa ini?" tanya Ai.     

"Ini laboratorium Kerajaan Cavendish, ini adalah yang terbesar di kerajaan ini. Kamu harus tahu Penduduknya Cavendish itu 70% bekerja di bidang farmasi, dokter, perawat, apoteker dan lain-lain. 30% lainnya pekerja kantoran, pejabat kerajaan, pekerja kasar etc, etc," Daniel menjelaskan.     

"Ayo masuk, kita menuju ruang pribadiku."     

Ai tak paham, namun mengikuti langkah Daniel ke tempat yang dimaksud. Terdapat dua ruangan yang berbeda jumlah pintunya.     

Marco bersandar di salah satu pintu lalu bertanya, "Apa kau mau masuk?"     

"Apa kau juga? Aku rasa semua penelitianmu sudah tak berguna karena terlalu lama," ucap Daniel.     

"Mungkin, tapi aku tak yakin bisa masuk. Apa kau akan memberitahunya?" Marco bertanya pada Daniel dengan bahasa Prancis.     

Daniel mengangguk, "Tak ada pilihan lain, aku harus memberitahu dia semuanya. Berawal dari sini dan pada akhirnya Ai tidak bisa mengelak lagi, kecuali kalau kau mau kembali jadi putra mahkota."     

Marco tertawa, seolah perkataan Daniel lucu. "Apa kau bisa bayangkan, kalau Lizz yang jadi ratu? Pasti akan berantakan, karena terlalu polos dan lugu banyak yang akan mudah memanipulasinya. Yang ada dia akan mengajak mereka membuat tutorial memasak dengan resep ala Lizz atau membahas drama korea yang baru dia tonton saat pertemuan para Bangsawan."     

"Berbeda dengan Ai, yang pemberani, tak peduli, dan egosi seperti kamu. Dan kurasa dia sangat cocok berada di tempat ini."     

"Kalian berdua sedang membicarakan apa sih, bisa tolong terjemahkan saja?" tanya Ai. Karena pembahasan yang membuatnya bingung.     

"Apa aku pernah mengatakan padamu, bahwa punya adik kembar?" tanya Daniel.     

"Oh, Benarkah?" tanya Ai.     

"Iya, Tapi dia meninggal saat Ulang Tahun yang ke-8," Jawab Daniel.     

"Oh ... sorry, aku tidak bermaksud--" kata Ai.     

"Tidak apa, Tweety. Karena adikku ternyata masih hidup, tapi kau harus janji merahasiakan ini bahkan dari Ratu sekalipun," ucap Daniel.     

"Kenapa?" tanya Ai.     

"Karena kejadian yang dialami oleh adikku dua puluh dua tahun yang lalu sangat rahasia, kami sedang menyelidikinya." Dahi Ai mengernyit, "Aku masih tak mengerti."     

Daniel menjelaskan, "Dia mengalami penculikan dan penyiksaan, kami curiga pelaku berasal dari anggota keluarga Cavendish atau Cohza. Karena itu, kami merahasiakan keberadaannya, sampai pengkhianat tersebut di temukan."     

"Oh, Lalu dia berada di mana sekarang?" tanya Ai.     

"Di tempat yang aman, suatu saat nanti, kau akan bertemu dengannya."     

Ai cemberut, "Kalau kamu nggak mau kasih tahu, kenapa bercerita? Bikin penasaran aja," kata Ai memajukan bibirnya.     

Daniel yang gemas, mengecup bibirnya kilat tapi Ai makin cemberut. Daniel malah makin memperdalam ciumannya.     

"Astagfirullah … mulai lagi! Ya Tuhan, mereka pasangan yang kompak banget mesumnya!" ucap Marco menggelengkan kepala karena tingkah keduanya.     

"Ah ... Hmm … Daniel … ada Marco," ucap Ai mendesah.     

Daniel sudah memeluk tubuh Ai dan mengangkat sebelah kakinya agar memeluk pinggulnya. "Biarkan saja ... Kalau mau dia boleh menonton kok," ucap Daniel tidak merasa terganggu sama sekali.     

Dia mulai mencium leher dan memasukkan tangan ke dalam rok Ai.     

"Shit! Aku menyesal ikut masuk ke sini. Bos, parah banget sih. Aku masih ada di sini. Please, kalian berhenti!" Daniel seolah tuli, Ai sudah terlanjur menikmati. Sudah tak memedulikan Marco yang memandang mereka frustasi.     

"Ahhhh ...," desah Ai saat tangan Daniel meremas sebelah payudara dan meremas bokongnya.     

"Astaga … Terserah kalian berdua!" ucap Marco tidak tahan melihat pasangan mesum ini.     

"Marco ... matikan CCTV," Perintah Daniel masih sambil mencumbu Ai hingga terengah-engah.     

Marco menutup pintu dengan kencang. Matikan CCTV.     

Mereka yang ngeuwe tapi kenapa Marco yang Repot.     

Nasib jadi anak buah.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.