One Night Accident

SILSILAH



SILSILAH

0Happy Reading.     
0

****     

Ai terbangun dengan lengan berat yang menimpa perutnya. Dia bergerak sedikit agar beban itu tidak mengganggunya, namun semakin dia bergerak justru lengan itu membelitnya semakin erat.     

"Lepas ...."     

"Mm ...." Daniel hanya mengguman dan tetap memeluknya dengan erat.     

Ai melihat kamar yang dia tempati. Kenapa kamar ini berbeda dengan kamar yang biasa dia tempati di Cavendish? Lalu dia berusaha mengingat-ingat kejadian yang baru dialaminya. Apakah itu nyata? Atau ... cuma mimpi!"     

Ai bergerak lagi dan bisa merasakan kain yang menggesek kulitnya, sebentar dulu! Bukankah seharusnya dia tak memakai baju. Sudah berhari-hari bangun tidur dalam keadaan telanjang dan sekarang justru dia masih memakai bajunya dengan lemgkap. Ai menyadari sesuatu dan mulai khawatir bahwa yang semalam adalah nyata.     

Daniel menghirup leher Ai dari belakang dan berkata, "Tweety, bukankah masih terlalu pagi untuk bangun?" sambil memeluk dari belakang dan makin merapatkan tubuh mereka.     

Ai tak peduli dengan ucapan Daniel dengan kasar dia malah menyingkirkan tangan yang memeluk lalu duduk di ujung ranjang memastikan apa yang dia alami itu nyata.     

"Apa kau masih merasa pusing?" tanya Daniel melihat Ai mengernyit terlihat berpikir keras.     

Ai merasa bingung, "Daniel, kita berada di mana?"     

"Kita masih di Istana Inggris, karena semalam kamu pingsan memang, kenapa?" jawab Daniel sambil ikut duruk di sampingnya.     

"Istana Inggris?"     

Daniel mengangguk.     

"OMG! Jangan bilang kalau ini nyata," jerit Ai.     

"Kamu kenapa sih, kayak orang panik gitu?"     

"Daniel, aku semalam enggak bertemu Ratu Inggris 'kan?" yakin Ai.     

"Memang kenapa kalau kamu bertemu Ratu Inggris? Sebentar lagi, kamu yang akan menjadi Ratu, Sayang."     

"Nggak! Aku nggak mau jadi Ratu Inggrisss ...!" tolak Ai mengguncang tubuh Daniel dengan panik.     

Daniel mengembuskan napas lelah, "Sebenarnya kamu cinta nggak sih sama aku?" tanya Daniel pada Ai.     

Ai memandang heran. "Kamu tuh ya! Aku lagi panik malah tanya hal itu. Nggak bisa lihat situasi banget! Aku tuh lagi panik!" maki Ai.     

"Kenapa harus panik, semua baik-baik saja kamu saja yang cari-cari alasan supaya enggak menikah denganku. Padahal aku sudah berusaha keras memenuhi keinginanmu." Daniel bingung dengan wanitanya ini. dituruti salah, enggak dituruti semakin salah.     

"Daniel ... tapi aku cuma bercanda, masa beneran dilakukan sih!" gerutu Ai.     

"Mau bagaimana lagi, aku mencintai dan mau menikah dengan kamu. Jadi, apa pun permintaanmu aku akan menurutinya," kata Daniel lalu memeluk Ai dan menarik ke pangkuannya.     

Ai ingin marah tapi juga merasa bersalah, ini kan memang permintaannya, tapi ... enggak gini juga kali. Ai medesah lalu membalas pelukan Daniel. "Aku juga cinta kamu, tapi aku juga sayang sama semua keluargaku. Aku egois, pengen nikah sama kamu tapi tetep bisa berhubungan dengan keluargaku di Indonesia, David, Sandra, Tasya, Ibu dan semua teman-temanku. Aku juga masih ingin berkarier dan jalan-jalan dengan bebas."     

"Aku tidak akan pernah mengekangmu walau kita sudah menikah. Aku mungkin akan sedikit posesif tapi aku tidak akan pernah melarangmu melakukan hal yang kamu sukai."     

"Bohong,kamu sendiri yang bilang jika kita sudah menikah, aku nggak boleh keluar dari Kerajaan Cavendish dan balik ke Indonesia," ucap Ai.     

Daniel mengernyitkan dahinya. "Siapa yang bilang kamu nggak boleh balik ke Indonesia?" tanyanya bingung.     

Ai mengangkat wajahnya dan menatap Daniel heran. "Kamu yang bilang kemarin saat kita ada di laboratorium 'kan? Karena aku mengetahui rahasia Kerajaan Cavendish jadi aku harus tinggal selamanya di sana?"     

"Astaga. Maksudku bukan begitu, Tweety. Aku dan kamu kan akan menikah jadi secara otomatis kalau Ibuku sudah turun tahta maka mau tidak mau aku harus menggantikannya. Dan sebagai seorang Ratu enggak mungkin kan kamu malah stay di Indonesia. Kita akan tinggal dan menetap di sini namun kamu juga masih bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Lagi pula setelah menikah kita tidak langsung naik tahta, jadi selow saja."     

"Aku masih boleh shopping dengan Tasya?"     

"Tentu saja, kalau perlu akan aku beli Mall David untukmu."     

"Ish ... ngapain, aku sudah punya 25% saham di sana."     

"Kenapa dia memberikan sahamnya padamu?" Daniel tidak suka.     

"Karena dia kakaku dan dia mau melakukannya. Memang kenapa?"     

"Kembalikan, sebentar lagi kamu menikah dengan pangeran. Semua keinginanmu aku yang berikan, kekayaan David bahkan tidak ada seujung jari jempol kucingku."     

"Sombong."     

"Miskin boleh, tapi ... sombong itu harus. Apalagi aku kaya raya, tampan dan seorang pangeran jadi, Sombong adalah sebuah kewajiban."     

Ai melengos sambil cemberut. "Beneran aku boleh kembali ke Indonesia?" tanya Ai memastikan lagi.     

"Tentu saja boleh. Namun, untuk sementara kamu tak boleh ke Indonesia karena statusmu orang biasa. Setelah kamu menikah denganku baru kamu bebas mau ke mana saja. Karena istri seorang Pangeran enggak mungkin membocorkan rahasia Kerajaan sendiri. Beda kalau kamu nggak mau menikah denganku, statusnya hanya rakyat biasa. Jadi tak boleh keluar dari Kerajaan Cavendish karena beresiko membocorkan rahasia Negara." Daniel mejelaskan secara terperinci.     

"Oh. Bila aku tidak menikah denganmu maka tak bisa kembali ke Indonesia, sedangkan jika menikah denganmu maka bebas pergi ke mana saja?" tanya Ai seolah mendapat pencerahan.     

Daniel mengangguk pelan.     

"Tapi kata Marco ... sialan! aku dijahili sama dia!" teriak Ai kesal.     

"Apa hubungannya dengan Marco?" tanya Daniel heran.     

"Dia yang memintaku mengajukan syarat aneh kemaren," rutuk Ai.     

"Maksudmu adalah permintaan Perdana Menteri Negara Jepang sebagai supir adalah ide dari Marco?" dengkus Daniel. Adiknya benar-benar menguji kesabarannya.     

"Iya," jawab Ai.     

"Tentang Ratu Inggris juga?"     

"Yups, semua ide Marco dan aku tidak akan memaafkannya karena berani membodohi aku." Ai tuh enggak bisa diginiiin.     

Daniel berpikir sebentar lalu tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas diotasnya. Marco mau menjebaknya, mungkin Daniel harus menjebaknya balik.     

"Tenang saja Tweety. Biar aku yang mengurus Marco. Kamu fokus sama pengangkatan menjadi Ratu Inggris saja."     

"What? Aku nggak mau jadi Ratu Inggris! Aku sudah bilang kalau kemarin itu bukan keinginanku?" gerutu Ai.     

"Kamu serius, enggak mau jadi Ratu Inggris?"     

"Enggak mau! Daniel, aku mengurus dua orang anak saja dibantu Wibi, Marco Lizz, bang David. Bagaimana mau mengurus kerajaan?" Membayangkannya saja Ai sudah merasa tertekan.     

"Ya sudah, aku akan bilang pada Yang Mulia Ratu. Kalau kamu berubah pikiran."     

"Beneran?"     

"Ya."     

"Ah ... Leganya. Terima kasih, Sayang," ucap Ai memeluk dan mencium kedua pipi Daniel. Lalu menyandar ke bahu Daniel mencari kenyamanan.     

"Kok hanya pipi saja?" sungut Daniel.     

"Nanti kalau dibibir, aku nggak bakal keluar kamar!" kata Ai mengerucutkan bibirnya.     

Daniel jadi gemas dan mempertemukan kedua bibir mereka, membalik tubuh Ai agar berada di bawahnya dan mulai melepas setiap kain yang melekat dan menghalangi gerak tangannya. Dengan semangat Daniel meminta jatah malamnya yang tadi terlewatkan.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.