One Night Accident

ATHEIS



ATHEIS

0Happy Reading.     
0

****     

Ratu Stevanie memandang Ai dengan senyum. setelah Ai kembali dari kerajaan Inggris calon menantunya ini terlihat lebih kalem dan jinak. Tidak lagi bar-bar dan semaunya sendiri seperti orang tak berpendidikan.     

Sudah satu minggu ini juga Ratu sangat sibuk dengan banyak jadwal kegiatannya. Apalagi persiapan pernikahan Daniel haruslah dilaksanakan dengan besar-besaran. Makanya seluruh kerajaan juga terlihat sangat sibuk memepersiapkan pernikahan sakral ini.     

Siang ini Stevanie menyempatkan waktu agar bisa makan siang bersama, berusaha mengakrabkan diri dengan Ai. Walau calon mantunya ini kadang suka ngeyel namun Ratu tidak bisa membencinya karena dia adalah ibu dari cucu-cucunya yang tampan dan berharga yang akan menjadi penerusnya kelak.     

Ai membalas senyum Ratu dengan sama manisnya, dia melihat ke kursi sebelah Ratu dan tidak mendapai Petter di sana. Ai memang belum bertemu lagi dengan ayahnya Daniel, setelah pertemuan pertama mereka. Sepertinya memang Petter lebih sering diluar kota dari pada di kerajaan.     

"Putri Ratih, kenapa kamu memperhatikan aku seperti itu?" tanya Ratu Stevanie ketika Ai terus memandanginya.     

Ai tak menjawab, malah tersenyum. Terlihat sekali menginginkan sesuatu.     

Daniel merasa aneh karena Ratu Stevanie membuka percakapan di meja makan. Padahal kemarin-kemarin masih memelototi Ai yang suka ngoceh sambil makan.     

"Kalau kamu ingin sesuatu, katakan saja. Tak perlu bersikap aneh seperti itu."     

"Mom Ratu hebat! bisa menebak kalau aku mau ngomong sesuatu," ucap Ai senang karena calon mertuanya ternyata sangat peka.     

"Aku menjadi Ratu sudah lama, bisa memahami karakter banyak orang. lalu apa maksudnya kamu panggil aku Mom Ratu?" tanya Ratu Stevanie. 'Kenapa bukan Mom saja atau Ratu saja,' batin Stevanie.     

"Bukankah, Ratu akan menjadi Ibu mertua saya? Jadi saya panggil Mom dan karena Mom adalah seorang Ratu jadi pada akhirnya saya panggil Mom Ratu." Ai menjelaskan.     

"Terserah kamu! Katakanlah saja apa keinginan kamu?"     

Ai tersenyum lagi. "Mom Ratu pasti tahu kan ... kalau aku sudah setuju menikah dengan Daniel."     

"Iya, lalu ...."     

"Mom Ratu juga tahu kan kalau aku seorang designer."     

"Tapi masih amatir," kata Stevanie membuat Ai cemberut seketika.     

"Aku terkenal ya di Indonesia."     

"Putri Ratih, apa yang kamu inginkan?" Stevanie mulai tidak sabar.     

"Aku ... apakah aku boleh merancang gaun pengantinku sendiri?"     

"Tidak, itu akan jadi urusan designer kerajaan Kamu duduk manis saja."     

"Tapi ... aku selalu bercita-cita ingin merancang gaun pengantinku sendiri."     

"Putri Ratih, setelah ini kamu akan sangat sibuk. Percayalah kamu tidak akan ada waktu walau hanya sekedar merancang busana. Lebih baik terima beres saja karena sebentar lagi akan banyak tamu mulai berdatangan ke kerajaan."     

"Ayolah ... setidaknya aku hanya akan menggambar keinginanku dan aku biarkan designer lain yang mengerjakannya. Aku ingin semuanya sesuai bayanganku dan terasa spesial," bujuk Ai pantang menyerah.     

Stevanie menghela napasnya berusaha mengalah. "Baiklah, asal selesai pada waktunya. Dan sesuai dengan kriteria dan adat di kerajaan Cavendish."     

"Oh ... tenang saja, nanti aku akan bertanya pada penyelenggara tentang konsepnya. Lalu apakah pernikahan di Kerajaan Cavendish memakai adat atau kebiasaan tertentu? Biar aku menyesuaikan dengan gaun rancanganku."     

"Tentu saja, Keluarga Kerajaan sudah pasti memiliki peraturannya. Tak perlu khawatir, ada pihak yang mengurus hal tersebut. Kamu hanya perlu mempersiapkan gaunmu saja dan semuanya akan sudah tersedia, lalu kamu dan Daniel tinggal datang ke gereja tepat waktu."     

"Gereja? Tunggu dulu! Kenapa di gereja? Aku seorang muslim. Aku tidak menikah di gereja, tapi di Masjid dengan penghulu," balas Ai.     

"Daniel beragama Kristen, dia akan menikah di gereja," kata Ratu Stevanie.     

"Tapi aku muslim dan aku tidak mungkin melakukan pernikahan di gereja." Ai belum memikirkan soal ini dan tidak menyangka dia dan Daniel memiliki perbedaan keyakinan yang akan menjadi masalah.     

"Mom, siapa bilang aku seorang Kristen?" Daniel menyela sebelum kembali menjawab protes dari Ai.     

Ratu langsung menengok ke arah putranya dengan cepat. "Apa maksudmu, Daniel? Terakhir kita bertemu, kamu masih ikut aku ke gereja."     

"Aku ikut setiap Mom ke gereja karena menghormati ibadah Mom. Tapi saat di Indonesia tiap Joe Sholat Jum'at, aku juga ikut karena dia suka merajuk jika berangkat sendirian."     

"Apa maksud dengan semua ini?" Ratu Stevanie menatap Daniel kesal.     

"Mom, Ai. Aku bukan muslim juga bukan kristen. Sebenarnya aku seorang Atheis," jawab Daniel.     

Ratu Stevanie dan Ai berteriak bersamaan, karena terkejut.     

"Mom tak percaya ini! Sekian lama mendidik kamu dengan penuh kasih sayang dan peraturan ketat serta keteraturan. Kenapa kamu jadi seperti ini?" kata Ratu emosi.     

"Aku juga tidak percaya ini Mom Ratu, Bagaimana mungkin Ayah dari anakku seorang Atheis?" omel Ai.     

"Hey Ai, tenanglah. Kepercayaan itu tak bisa dipaksakan! Selama ini aku belum bisa memilih agama yang akan dianut. Apa aku harus memaksakan diri?" kata Daniel memandang mereka dengan santai.     

Brakkkkk ...!     

Ratu berdiri, "Agama memang soal keyakinan tapi kau tidak akan mendapatkan keyakinan itu. Jika hanya menganggapnya sebagai permainan, datang ke gereja untuk berdoa tapi hatimu entah ke mana? Pergi ke Masjid hanya karena menemani seseorang. Apa kau tahu tingkahmu itu sama saja dengan penistaan pada sebuah agama? Mom tidak pernah mengajarimu menghina sesuatu yang sakral, hal itu sangat sensitif! jangan pernah melakukan hal seperti itu. Mom amat sangat kecewa padamu dan Daddymu harus mengetahuinya," kata Ratu Stevanie langsung pergi meninggalkan Daniel dan Ai dengan wajah memerah karena marah.     

Daniel terduduk lemas karena kemarahan dan kekecewaan Mommy dan Ai kepadanya. "Ai ..." bujuk Daniel memelas.     

" Sebenarnya aku tak keberatan menikah dengan orang yang berbeda keyakinan, karena bagaimanapun keyakinan tidak bisa dipaksakan. Tapi ... aku tidak akan pernah menikah dengan orang yang tak memiliki keyakinan sama sekali. Jadi, sebelum kau menemukan apa keyakinanmu? Pernikahan kita tunda dan tolong kita jangan saling bertemu. Aku mau menenangkan diri," ucap Ai pergi meninggalkan Daniel masih dengan wajah shok.     

Daniel mengusap wajah frustasi, "Andai kalian tau yang sebenarnya," batin Daniel.     

Dia memejamkan mata dan memikirkan segalanya, jika Ai di beritahu apa akan baik-baik saja? Karena sudah banyak sekali kejutan yang di dapatkan semenjak tiba di Kerajaan Cavendish. Jika dia tak memberitahu, Apa adil buat Ai menjalani sesuatu yang hanya di ketahui separuhnya?     

Daniel menghela napas, Ai sudah sejauh ini mengetahui rahasia Kerajaan Cavendish. Tak pengaruh seberapa banyak yang Ai ketahui, bahaya yang mengancam sama saja.     

Sebaiknya Daniel memberitahu Ai yang sebenarnya karena bagaimanapun juga Ai akan menjadi wanitanya dan menemaninya untuk seumur hidup. Lagipula mereka sudah terlanjur terbenam di Cavendish. Tidak ada tempat keluar lagi.     

Tentu saja Daniel tidak akan terbenam sendiri, dia akan membawa Jhonathan bersamanya.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.