One Night Accident

LIZZ DAN WIBI



LIZZ DAN WIBI

0Happy Reading.     
0

****     

Lizz tersenyum lebar dan merasakan kebahagiaan tak terkira. Setelah hampir dua minggu ditinggal oleh Marco yang seperti biasa tidak pamit padanya, sekarang justru dia diizinkan pergi untuk menyusul. Kerinduan Lizz pada suaminya akan segera terobati.     

Lizz bukan orang lebay dan bucin akut apalagi mengumbar kemesraan yang berlebihan ketika bersama Marco. Namun, sejak hamil Lizz akan lebih mudah kangen padanya. Ditinggal seharian saja Lizz sudah serasa tersiksa apalagi ini sudah dua minggu. Lizz bahkan sampai tak bisa tisur dengan nyenyak saking merindukannya. Lizz jadi seperti bayangan Marco dan tak mau pisah Marco walau sebentar saja.     

Begitu tahu suaminya pergi menemani Ai keluar negeri. Lizz tak bisa menyembunyikan kesedihannya, bahkan menangis berhari-hari karena merasa ditinggalkan lagi dan lagi. Untung ada Joe yang berhasil menghiburnya, setelah usaha Wibi, Tasya, David bahkan Vano gagal total.     

Setelah David menikah dengan Tasya, sekarang Joe juga sudah menikah dengan seorang wanita berwajah blasteran yang katanya adalah mantan pacar Vano. Entah kenapa dunia terasa sempit, karena ketika Vano bertahun-tahun mencari keberadaan wanita yang dia cintai. Justru ketika Vano berhasil menemukannya, wanita itu malah sudah menikah dengan Joe.     

Susahnya menjaga jodoh orang. Sudah dia sayang, dia puja, dia perjuangkan. Ternyata malah menikah dengan teman. Mana teman akrab lagi. Tak heran jika sekarang Vano memilih menjalankan JJ Club di Australia dari pada tetap di Indonesia. Lizz tahu, adiknya butuh waktu untuk menerima.     

Sebenarnya Lizz juga heran dengan suaminya. Marco itu bisa cepat berbaur dan akrab dengan siapa saja. Namun entah kenapa Marco selalu tidak suka pada Joe? Selalu mengusirnya saat Joe bertamu ke rumah mereka. Awalnya Lizz pikir Marco cemburu karena Lizz ngefans padanya. Namun saat Joe menikah, Marco masih tetap saja suka berantem dengan Joe setiap kali bertemu. Lizz jadi berpikir apa karena Joe merebut pacar Vano? Tapi ... bahkan Vano tidak menyalahkan Joe sama sekali. Karena ketika menikahi Vani, Joe bahkan tidak tahu kalau wanita itu adalah pacarnya Vano.     

Yang jelas, menjadi istrinya Marco memang harus selalu sabar. Karena suaminya itu kadang bisa berubah konyol, nyebelin, usil tapi bisa juga menyeramkan.     

Apalagi sejak Marco tahu kalau Lizz hamil. Dengan tingkah protektifnya, Marco langsung menyuruhnya berhenti bekerja saat itu juga. Tapi karena Lizz yang enggan jauh dari Marco dia memaksa tinggal dengan Marco di rumah David.     

Akhirnya, Marco membeli rumah di sebelah David yang membuat Lizz dan Ai terkejut. Marco yang hanya bodyguard bisa bisa membeli rumah semewah itu, padahal hal itu tidaklah semudah menjentikkan jari tangan. Namun Marco membelinya bahkan tanpa berkedip sama sekali, seolah-olah yang dia beli hanya pisang goreng belaka.     

Setelah hamil Lizz juga tak diizinkan melakukan pekerjaan rumah. Karena sudah ada Maid yang tersedia, sekarang Liz bukan lagi Maid di rumah David tapi dia adalah tetangga Ai dan David yang sama-sama sosialita. Bahkan tidak sekali dua kali Ai dan Tasya sering mengajaknya keluar bersama seoalah-olah mereka berada di level yang sama. Padahal Lizz masih suka minder namun Ai mematahkan itu semua.     

Dulu sebelum menikah David, Joe dan Vano seperti anak kembar yang suka pergi hang out bersama. Padahal usia mereka sangat berbeda, David berusia dua puluh tujuh tahun, Joe dua puluh lima tahun sedangkan Vano baru dua puluh tahun. Mereka bahkan disebut sebagai trio Playboy. Dilihat dari sepak terjang yang tentu saja tidak main-main. David yang suka daun muda, Joe yang suka artis ternama dan Vano yang polos terkontaminasi mereka berdua. Lengkap sudah.     

Namun sejak satu demi satu menikah, mereka tumbah dibawah kekuasaan istri-istrinya. Tinggal Vano yang masih jomlo seperti trauma karena ditikung berkali-kali.     

Lizz takjub dan seperti bisa merasakan perasaan Ai ketika dia dijemput Wi-Bi bodyguard si kembar dan pergi menyusul Marco. Lizz merasa sangat istimewa karena bisa naik pesawat jet pribadi milik calon suami Ai. Bahkan ketika di pesawat, Lizz dilayani dengan sopan, terasa seperti di hotel mewah dan dia adalah pelanggan VIP.     

Lizz bahkan mendapat fasilitas kamar tidur di dalam pesawat dan didampingi oleh dokter dan perawat pribadi yang menjaga bila dia melahirkan mendadak. Padahal baru akan memasuki bulan ke enam kandungannya. Namun keamanan dan kesehatannya benar-benar jadi yang utama.     

Walau Lizz tidak tahu kenapa dia dijemput namun Lizz tetap senang dan menganggap ini sebagai ganti perjalanan bulan madu dengan Marco yang sangat mengecewakan dua tahun lalu.     

Ketika Lizz dan Wibi sudah turun dari pesawat, mereka sudah disambut oleh supir. Wi-Bi juga senang karena biasanya mereka yang memberi pelayanan tapi hari ini mereka yang mendapat pelayanan mewah. Lizz dan Wibi berada dalam satu mobil, sehingga Lizz merasa santai karena berada di sekitar orang yang dia kenal. Walau lelah Lizz merasa aman.     

Pada siang hari mereka sudah sampai di Kerajaan Cavendish. Lizz dan Wibi langsung terkagum-kagum dengan bangunan di hadapan mereka.     

Lizz,: 'Ai sangat beruntung memiliki calon suami dengan istana semegah ini,"     

Wibi,: Enggak nyangka ternyata bos mereka pangeran kerajaan.     

Lizz dan Wibi masih terkagum-kagum ketika ada suara menyapa mereka.     

"Bebeb …!" Marco memanggil Lizz dengan wajah lega. Mengetahui istrinya selamat sampai tujuan.     

Lizz menoleh dan tersenyum lebar, dia hampir berlari mendekati Marco saking rindunya. Seketika Willy dan Bill mencekal masing-masing tangan Lizz.     

"Lizz, kamu sedang hamil jangan berlari," kata Willy.     

"Yups ... hati-hati ada bayi di perutmu." Billy menambahkan.     

Lizz meringis dan menggigit bibir karena malu. Dia terlalu semangat sampai melupakan hal itu     

"Lepaskan!" kata Marco cemberut, sambil melepaskan tangan Willy yang menyentuh lengan Liz.     

"Santai, Bro. Aku hanya mengingatkan Lizz, supaya nggak lari menghampiri kamu karena sedang hamil," kata Willy membela diri.     

Marco masih memandang Wibi tajam. Seolah-olah tangan istrinya telah terkena polusi dan radiasi tingkat tinggi hingga Marco langsung mengusap kedua tangan Lizz yang bekas dipegang Wibi. "Tapi lain kali nggak usah pegang-pegang atau ...." Marco mengacungkan tinjunya ke atas sebagai tanda peringatan.     

Lizz memutar mata, Marco sejak menikah rasa cemburunya berlebihan, kadang bikin kesal. "Marco ...." Lizz menarik tangan Marco agar menghadapnya.     

"Iya, Bebeb," jawab Marco sambil tersenyum mesra, tatapan tajamnya tadi musnah seketik.     

"Peluk! aku kangen …," kata Liz manja.     

Oh ... surga jangan peluk ngajak ke atas ranjang Marco ayo aja. Marco langsung memeluk Lizz dengan semangat. "Aku juga kangen ...," kata Marco sambil menciumi puncak kepala Lizz dengan mesra.     

Willy,: 'Tidak adakah yang mengasihani jomblo ini.'     

Billy : 'Terkutuklah pasangan yang mengumbar kemesraan di tempat umum tanpa mempedulikan perasaan jomblo abadi.'     

"Ayo kita masuk, Bebeb. Kamu pasti capek," kata Marco mengajak Lizz masuk ke dalam istana. Willy dan Billy tentu saja langsung mengikuti mereka.     

"Untuk apa kalian mengikuti kami? Cari kamar kalian sendiri sana, noh ... tanya pada kepala pengawal," lanjut Marco menunjuk seorang bodyguard di sana.     

Willy dan Billy langsung mengumpat kesal. 'Marco tak tahukah kamu caranya berterima kasih, mereka sudah menjaga istrinya dari Indonesia sampai selamat ketemu dia di Cavendish tanpa kekurangan suatu apa pun. Namun balasannya mereka malah ditelantarkan.     

Sebagai duo terganteng di kalangan bodyguard di Save Security, ini benar-benar penistaan.     

Marco membawa Lizz ke kamar yang sudah di sediakan. Tentu kamar yang tidak jauh dari kamarnya Javier dan Jovan. Lizz tak berhenti tersenyum dan terus memeluk lengan Marco sepanjang perjalanan, membuat Marco agak risih tapi senang. Karena posisi itu, membuat dada Lizz yang bergesekan dengan lengannya. Sehingga membuat berdesir-desir dan sesuatau segera menegang.     

"Selamat datang di Kerajaan Cavendish, Beb," kata Marco mengajak Lizz masuk ke dalam kamar.     

"Apa kamu langsung istirahat, mungkin makan atau mandi?" tanya Marco sambil mengajaknya duduk di sofa.     

"Aku mau … Ciummm …," kata Lizz langsung mengalungkan kedua tangan pada tengkuk Marco.     

Marco yang menahan gejolak tentu saja langsung melumat bibir Lizz dengan rakus. "Astaga, Beb. Aku kangen banget," kata Marco disela-sela ciumannya.     

Lizz mendesah pelan, saat Marco terus mencium bibir dan wajahnya. Napas mereka terengah, saat ciuman terlepas.     

"Aku capek, mau langsung istirahat aja ya," kata Lizz sambil mengatur napas.     

Hal itu membuat Marco menelan ludah, Lizz mau istirahat. Jadi mereka enggak akan melanjutkan itu? Kenapa Lizz kejam sekali setelah membangunkan hasratnya dengan sempurna malah ditinggal begitu saja. "Beb ...," pinta Marco dengan memelas.     

Lizz terkikik geli, entah kenapa senang sekali mengerjai Marco. Mungkin bayinya kesal karena Bapaknya pergi terlalu lama. "Kenapa, Beb?" tanya Lizz pura-pura tak tau.     

"Ayolah … kita lanjutkan lagi," bujuk Marco.     

"Besok saja ya, aku capek. Apa kamu lupa aku habis perjalanan jauh? Nanti kalau kita bercinta, bayinya kecapean, gimana?" tanya Lizz.     

Marco mendesah pasrah. "Ya sudah, Beb. Kamu istirahat gih."     

Lizz tersenyum. "Aku tidur dulu ya," kata Lizz mencium bibir Marco sekilas dan dengan sengaja ia meremas milik Marco lalu naik keatas ranjang untuk tidur.     

Marco mengerang frustasi dan langsung masuk kamar mandi. Percuma istrinya datang kalau ujung-ujungnya main dengan tangannya sendiri.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.