One Night Accident

SAMA



SAMA

0Happy Reading.     
0

****     

Ada yang berbeda di meja makan siang ini di Cavendish. Karena biasanya, Ai hanya berdua dengan Daniel. Atau kadang hanya bersama Ratu. Tapi kini, semuanya datang. Petter bersama Ratu lalu Daniel dan si kembar.     

"Lizz mana?" tanya Ai saat mendengar Lizz sudah datang, tetapi sejak kemarin ia tak terlihat bergabung dengannya di meja makan.     

Ratu sudah malas memprotes kebiasaan ngobrol yang dilakukan Ai setiap makan berlangsung. apalagi suaminya Petter juga tak marah, maka Ratu pun mengabaikan saja tingkah Ai satu itu.     

"Siapa Lizz?" tanya Petter pada calon menantunya itu.     

"Dia tetangga, sekaligus istri pengawal pribadiku. Bisa dikatakan, kalau dia adalah sahabat terdekatku. Ku dengar dia sudah datang sejak kemarin. Tapi aku belum bertemu. Makanya aku mencarinya, mengingat kami selalu bersama."     

"Meja ini hanya untuk keluarga Kerajaan," jawab Ratu singkat.     

Ai merengut, tapi sekejap kemudian tersenyum lagi, "Javier ... Jovan ... apa kalian tak merindukan tante Lizz dan paman Wibi?"     

"Tentu saja kami rindu!" jawab keduanya serempak.     

"Kalau begitu, kenapa kalian tak mencarinya dan mengajak mereka bergabung dengan kita? Nanti pasti tante bakal menyuapi kalian lalu paman Wibi bakal ngajak kalian main," kata Ai tersenyum licik.     

"Benarkah?" tanya Javier berseri-seri.     

"Aku mau! Aku mau!" teriak Jovan semangat.     

"TIDAK BOLEH!" Ratu menyela.     

"Yah, Oma. Boleh ya?" Javier mencoba membujuk.     

"Tidak boleh, Sayang. Kalau mau, nanti Oma yang nyuapi kalian dan mengajak kalian bermain," ucap Ratu membujuk.     

"Tapi aku maunya Tante Lizz. Dia selalu membuat makanan enak," Jovan menolak.     

"Please Oma ... Ya? Ya? Cuma paman Wibi yang asik diajak main." Javier menangkupkan kedua telapak tangannya di depan wajah dengan tampang memelas.     

Ratu mendesah pasrah. Ia tak tahan dibujuk cucunya yang menggemaskan itu. Sementara itu, Ai tertawa dalam hati. Seorang Ratu, mau menyuapi si kembar? Yang benar saja! Mereka disuapi Ai saja tak mau, apalagi Ratu yang belum sebulan bertemu. Double-J itu cuma mau disuapi Lizz dan WiBi, selebihnya mereka memilih makan sendiri. Entah Ai harus bangga atau merana karena anaknya lebih senang dengan orang lain dari pada dirinya.     

"Baiklah. Mr. Vicky, panggil orang bernama Lizz dan Wibi itu kemari."     

"Baik, Ratu," jawab Mr. Vicky, yang membuat Ai keheranan.     

Ai menduga kalau Vicky adalah keturunan Jailangkung. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Karena ia selalu mendadak muncul tiba-tiba.     

"Mr. Vicky, tolong panggil Marco sekalian. Karena sejak hamil, Lizz lengket sekali dengan suaminya. Saya takut, dia tak mau makan kalau tak ada suaminya," Ai menambahkan.     

"Baik, Princess." Mr. Vicky menjawab dan langsung meninggalkan tempat.     

"Jadi, sekarang kita akan makan satu meja dengan seorang babysister, pengawal dan istrinya?" tanya Ratu sarkastis. Merasa Ai semakin lama merendahkan level kebangsawanan mereka.     

"Marco bukan pengawal biasa, Mom. Dia istimewa dan kami sudah menganggapnya seperti saudara sendiri," Daniel yang menyahut.     

"Benarkah? Sejak kapan Marco menjadi saudaramu?" tanya Ai heran.     

"Perumpamaan, Princess," jawab Daniel.     

"Tapi tetap saja ini menyalahi aturan!" Ratu menyahut kesal.     

"Tidak apa, sayang. Anggap saja, kita sedang kedatangan tamu, jangan memandang mereka sebagai bawahan, anggap mereka teman dan kerabat menantu kita." Petter mencoba menghibur dan membujuk Istrinya yang memang kaku itu. Sementara Ratu Stevanie akhirnya hanya bisa mendesah pasrah.     

"Selamat siang, Yang Mulia," ucap Marco menundukkan badan tanda hormat diikuti dua Willy dan Billy. Lizz yang tak tahu apa-apa kebingungan saat suaminya menunduk pada seseorang. Lizz ingin ikut, tapi perut besarnya menghalangi. Jadi dia diam saja sambil menunduk.     

Mendengar suara Marco double J langsung heboh.     

"Tante Lizz!" teriak Javier.     

"Paman Wibi!" teriak Jovan.     

Mereka langsung turun dan memeluk satu kaki Lizz dengan erat.     

"Slow down, boys. Nanti Tante terjatuh," ucap Marco sambil menahan tubuh Lizz yang limbung karena ditubruk si kembar.     

"Marco! Lizz! Sini!" panggil Ai menunjuk kursi disebelah si kembar.     

Marco terkejut tak menyangka dia dipanggil karena diajak makan bersama. "Tapi Ai, kami tak pantas berada di sini." ucap Marco. Dia hafal benar, kalau Ratu yang adalah Ibu kandungnya memang sedikit sombong. Marco menduga, Beliau pasti sedang kesal karena harus makan bersama dengan orang yang tak sederajat dengannya.     

Ratu memandang Marco dan Lizz kesal, tapi saat matanya melihat tangan Marco yang tanpa sadar mengusap-usap pahanya sendiri karena gugup, membuatnya merasa familiar dengan gerakan itu.     

"Marco, Lizz, Willy, Billy Silakan duduk!" Petter berujar singkat.     

Membuat Marco seketika mengangguk dan membimbing istrinya duduk diikuti duo Wibi yang sama-sama tegang.     

"Tante mau menyuapiku?" tanya Javier.     

"Aku juga mau!" ucap Jovan memberikan sendoknya pada Lizz.     

Lizz tersenyum dan menyuapi Javier dan Jovan bergantian. Tapi setelah suapan ketiga, Marco menghentikannya, membuat Lizz bingung. "Sorry boy ... Tante juga butuh makan. Dedek bayi dalam perut Tante juga sudah lapar, jadi kalian makan sendiri atau minta paman Wibi menyuapi kalian, Okay?" Marco berujar tegas. Membuat Ratu terheran-heran dengan sikapnya. Dia hanya seorang pengawal, tapi berani sekali mengatur cucu kesayangannya. Jika sedang tidak ada Petter atau calon menantunya yang usil itu, Ratu akan langsung menegurnya dengan keras.     

Walau kecewa, tapi Double-J mengangguk serempak dan memilih paman Wibi kesayangan mereka menyuapinya seperti biasa.     

Lizz memandang menu makanan di hadapannya dan dia sama sekali tak tahu apa saja nama makanan itu. Yang jelas, Lizz tidak berselera sama sekali dengan semuanya.     

"Beb, kenapa diam? Kamu mau yang mana? Biar aku ambilin," kata Marco dengan suara pelan karena khawatir ketika melihat istrinya hanya diam dengan piring kosong di depannya.     

Lizz menggigit bibir bawahnya pelan, dia tak bermaksud kurang ajar dengan menolak makanan dari tuan rumah yang menyajikan begitu banyak hidangan. Tapi memang sejak hamil, Lizz hanya bisa memakan satu jenis makanan. Dan itu tak ada di sini.     

Ai yang mengerti kebiasaan Lizz sejak hamil langsung memukul jidatnya sendiri, karena melupakan hal sepenting itu. Ia lalu dengan cepat memanggil Chef yang bertugas dan menyuruhnya membuatkan makanan itu untuk Lizz.     

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan menu kita?" tanya Petter pada Ai.     

"Tidak, Dad. Hanya saja ... aku lupa. Sejak hamil Lizz tak bisa makan makanan lain selain ayam," jawab Ai menjelaskan dan sekali lagi Ratu mengernyit heran.     

"Benarkah? Kenapa kebetulan sekali." Petter menyahut.     

"Kebetulan? Apanya yang kebetulan?" tanya Daniel.     

"Kamu tahu Daniel, kenapa 'panggilan sayang' Dad ke Mom adalah Chicken?"     

Marco menyemburkan air yang dia minum seketika, saat mendengar panggilan sayang orang tuanya. Itu panggilan terkonyol yang pernah dia dengar. "Sorry!" Marco merasa tidak enak, karena bertindak tidak sopan di meja makan.     

"Hahaha ... Santai Marco, aku juga melakukan hal yang sama saat pertama kali mendengarnya," Ai berujar disela tawanya.     

Sedang duo Wibi yang mendengar panggilan aneh itu juga serasa menelan sandal kepit tinggkat swallow.     

"Jangan lupa, Daniel juga memanggilmu Tweety!" Ratu menyahut kesal dan seketika membuat tawa Ai berhenti dan cemberut.     

Marco tersedak lebih keras kali ini. Benar-benar deh kakaknya ini. Untung dia tak memanggil Lizz dengan Angry Bird atau itik. Bisa-bisa, keluarga mereka dikira keluarga unggas.     

"Kenapa? Tweety lucu kok, imut lagi." Daniel membela diri.     

"Chicken juga lucu. Apalagi yang warna warni. Menggemaskan!" Petter tak mau kalah.     

Ratu dan Ai sama-sama mendesis tak suka.     

Willy : Bucin mah bebas.     

Billi : Kenapa orang kaya selalu memiliki otak aneh.     

Lizz hanya diam karena dia tak mengerti bahasa Inggris jadi tak tahu satu pun kalimat yang mereka bicarakan. Sedangkan Marco menahan gejolak ingin tertawa hingga ke dasar samudra. Dalam hati ingin sekali menyuntik mereka dengan hormon kewarasan agar anak dan Bapak sama-sama bisa memilih panggilan yang lebih keren. Ini Ratu lho ... dan dipanggil Chiken. Menjatuhkan martabat tinggkat tinggi.     

"Tadi Dad bilang kebetulan. Maksudnya?" Ai mengingatkan.     

"Ah, Iya. Masih ingat kenapa Dad memanggil Mom dengan sebutan Chicken?"     

"Karena Mom tak suka ayam," jawab Daniel.     

"Iya. Tapi anehnya, saat hamil, Mom jadi suka ayam. Bahkan tak mau makan makanan lain. Ia selalu makan ayam. Sama seperti temanmu itu," jawab Petter sambil memandang Lizz.     

Di sisi lain, Ratu mengernyit bingung. Ia juga merasa keheranan. "Wah! Kalau Ratu menjadi Mom-nya Lizz dan Marco, artinya cocok. Ngidamnya sama," Ai menyahut dengan asal.     

Sedang kalimat itu langsung membuat Daniel berdeham dan Marco mendadak saja kepayahan untuk menelan ucapan Ai yang terdengar menohok.     

Ratu membaca gelagat Daniel dan Marco yang aneh. Dia memang jarang bertemu Daniel. Tapi ia tahu, saat ini Daniel sedang gelisah. Gerak gerik pengawal bernama Marco itu pun, sedari tadi mencurigakan. Seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan.     

Selain itu entah kenapa, saat ia melihat Marco, Ratu merasa familiar dengan sikap dan gerak tubuhnya. Ratu tidak pernah percaya dengan orang asing, namun ketika dengan Marco Ratu merasa tidak keberatan sama sekali.     

Ratu merasakan kehangatan dan bahagia saat melihat mereka makan bersama. Meski di awal tadi ia tak suka dengan keberadaan Marco dan Lizz namun entah kenapa sekarang justru keberadannya membuat Ratu merasa Lengkap.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.