One Night Accident

SEPERTI MENGENALNYA



SEPERTI MENGENALNYA

0Happy Reading.     
0

***     

"Mom?" Daniel memanggil saat Ratu tanpa sadar memandangi Marco terlalu lama. Membuat Marco semakin salah tingkah.     

"Mom kenapa?" tanya Daniel.     

"Tak apa. Hanya saja. Mom seperti pernah melihat pengawalmu itu. Wajahnya terasa familiar. Mungkin kita pernah bertemu di suatu tempat?" Ratu bertanya mencoba menghilangkan lamunannya.     

"I-itu mungkin saja yang mulia. Karena wajah saya yang memang pasaran." Marco menjawab dengan gugup dan terlihat makin gelisah.     

Ratu semakin merasa aneh, namun pada akhirnya hanya mengangguk saja.     

"Astaga! Dia memang mirip denganmu sayang!" kata Petter tiba-tiba membuat Srevanie menoleh ke arah suaminya.     

"Banyak sekali ayam yang ia santap sendirian! Mirip denganmu saat hamil 'kan?" Petter berujar takjub, sedangkan Ratu memperhatikan Lizz dengan heran. Karena mengingatkannya pada dirinya sendiri ketika hamil dulu dan lebih aneh lagi saat hamil bukan hanya Ratu Stevanie yang suka menyantap menu serba ayam, tetapi entah mengapa kebiasaan itu sudah mendarah daging sejak nenek buyut Sang Ratu. Seolah-olah ngidam pun bisa diturunkan.     

Ratu kembali memperhatikan Lizz dan Marco seolah-olah dia pernah mengenal mereka. Tapi di mana? Sudah jelas ia baru kali ini berjumpa dengan Lizz dan Marco. Mungkin hanya kebetulan saja, batin Ratu.     

Di lain pihak, Lizz tampak tak memedulikan sekelilingnya. Ia terlihat sangat menikmati makanannya dengan tenang. Alasannya simpel. Karena ia tidak memahami pembicaraan orang-orang di sekelilingnya. Sekali pun saat ini mereka sedang mengolok-oloknya, Lizz tidak akan paham.     

"Melihatnya, aku jadi kangen kamu saat hamil," ucap Petter pada Ratu.     

"Jangan mulai!" Ratu memprotes.     

"Kenapa sayang? Aku cuma bilang kangen." Petter menyahut.     

"Dad, sudah punya cucu. Harap ingat itu. Jangan berencana membuat adik baru untukku. Aku sudah terlampau tua untuk itu!" Daniel ikutan memprotes.     

Marco menutup mulutnya rapat-rapat. Ia takut tiba-tiba menyeletuk tak jelas. Biasanya dia yang paling cerewet di keluarga ini. Jadi ia menahan diri untuk tak bicara, sedangkan yang lain mengobrol dengan asyik. Dan itu sangat berat baginya. Benar-benar cobaan berat.     

"Tenang saja, Dad hanya suka prosesnya. Sedangkan menjadikannya nyata sangat tidak mungkin. Cukup sekali saja Dad menemani Mom melahirkan. Dan itu sangat menyiksa. Apalagi waktu itu posisi Jonathan--" Petter menghentikan ucapannya saat nama Jhonatan tanpa sengaja disebut. Suasana canggung langsung menyelimuti semuanya.     

"Aku rasa ... aku sudah selesai. Selamat siang semuanya!" Petter langsung pergi membuat suasana terasa canggung dan muram.     

"Aku juga sudah selesai." Ratu menyusul suaminya.     

"Ada apa? Siapa Jhonatan?" tanya Ai pada Daniel yang menengok kearah Ai dan Marco.     

"Aku rasa ini sudah waktunya kerja lagi, aku harus ke Lab," kata Daniel mengelak, lalu mencium Ai dan si kembar bergantian dan meninggalkan ruangan.     

"Aku mau ke belakang dulu, nanti aku kembali Beb." Marco mengecup kepala Lizz dan menyusul Daniel. Membuat Ai dan Lizz keheranan.     

"Ada apa dengan semua orang?" Ai bertanya pada Lizz, yang hanya mengangkat bahu. Karena ia benar-benar tidak menyimak pembicaraan diantara mereka.     

"Kamu pernah dengar nama Jhonatan?" tanya Ai pada Lizz. Lizz berfikir sejenak sepertinya nama itu tidak asing, tapi dia lalu menggeleng karena malas berpikir dan melanjutkan makannya dengan santai.     

Ai mengembuskan napas pasrah, Lizz memang lebih enak di ajak masak dari pada di ajak ngobrol. Lebih banyak enggak nyambungnya.     

"Mom, kami sudah selesai. Boleh kami pergi bermain dengan Uncle WiBi?" tanya Javier mewakili adiknya.     

"Tentu sayang, tapi jangan nakal ya."     

"Oke Mami. Tante Lizz, kami pergi dulu." kata si kembar bersama-sama, lalu berlari keluar ruangan bersama duo Wibi.     

"Hati-hati!" Lizz melambaikan tangannya.     

Ai menemani Lizz sampai menghabiskan makan siangnya, namun otaknya masih berpikir siapa itu Jhonathan? Apakah dia adik yang dibicarakan oleh Daniel? Ai harus memastikannya nanti.     

***     

Ratu baru saja melewati ruang kerjanya saat Mr Vicky ikut masuk mengikutinya. Hal yang dia lakukan jika ada sesuatu yang penting dan harus segera ditangani.     

"Ada apa?" tanya Ratu.     

"Maaf yang mulia, Ada yang masuk ke Lab milik Pangeran Jhonatan."     

Ratu mengernyitkan dahinya. "Bukankah ruangan itu hanya bisa dimasuki Jhonatan, Paul dan profesor Fernandez?"     

"Itulah masalahnya Yang Mulia. Profesor sedang melakukan cek rutin dan dia menyadari ada benda-benda yang berubah tempat dan salah satu penelitian Pangeran Jhonatan hilang."     

"Maksudmu. Ada orang yang berhasil menyelundup ke ruangan Jhonatan?"     

"Perkiraan kami begitu Yang Mulia. Tapi bisa saja itu ulah pangeran Daniel. Karena menurut jejak yang tertinggal, diperkirakan waktu yang sama saat Pangeran Daniel mengajak Putri Ratih berkeliling di laboratorium Cavendish." Vicky menjelaskan.     

"Bukankah dulu Jhonatan pernah berusaha masuk ke Lab Daniel, dan hasilnya dia pingsan selama dua hari?"     

"Tapi Pangeran Daniel belum pernah mencoba masuk ke Lab milik Pangeran Jhonatan Kemungkinan itu bisa terjadi. Tapi untuk memastikan, saran saya lebih baik bertanya langsung pada Pangeran Daniel."     

"Baiklah, kalau begitu cari Daniel dan suruh ia menghadap sekarang juga."     

"Baik, Yang Mulia."     

Mr Vicky undur diri dan tak selang berapa lama Daniel masuk dengan membungkuk hormat. "Ratu memanggil saya?"     

"Daniel sudah berapa kali Mom bilang, jangan panggil Ratu. Duduklah."     

Daniel duduk di hadapan Ratu. "Ada keperluan apa Mom memanggilku?"     

"Tidak apa. Hanya ingin bertanya, apa calon istrimu sudah menghubungi keluarganya?"     

"Sudah Mom."     

"Lalu. kapan mereka datang? Pernikahan kalian seminggu lagi. Jadi aku mau, mereka sudah di sini tiga hari sebelum pernikahan berlangsung."     

"Tenang saja Mom, lusa mereka sudah tiba."     

"Bagus. Lalu di mana pernikahan akan berlangsung? Di gereja atau masjid?"     

"Kami memutuskan pernikahan tak akan dilaksanakan di gereja atau pun di masjid. Tapi akan berlangsung di Istana Cavendish."     

"Jadi kalian memilih tempat netral, lalu akan dilaksanakan dengan keyakinan apa?"     

"Soal keyakinan. Aku akan mengikuti Ai saja. Namun untuk tradisi kami akan mengikuti perayaan yang biasa dilakukan di istana Cavendish."     

Ratu mengangguk puas setelah mendengar jawaban itu. "Mom tak terkejut. Mom sudah menduganya. Bagaimana pun kamu memang terlihat tergila-gila dengan wanita Indonesia itu."     

"Aku memutuskan memilih keyakinan seperti Ai bukan karena aku cinta padanya. Tapi karenaku tak ingin anak-anak mengalami kebingungan memilih keyakinan jika orang tuanya memiliki keyakinan yang berbeda. Lagi pula aku sudah terbiasa di ajak ke masjid oleh Joe dan Marco," Daniel menjelaskan.     

"Itu urusan pribadimu, yang penting kamu punya keyakinan yang kamu anut. Tidak seperti kemarin, ateis! Benar-benar memalukan! Seumur hidup Mom tidak pernah menyangka kamu akan melakukan itu."     

"Maaf, karena suadah mengecewakan Mom."     

"Sudahlah tidak apa. Lalu kemarin, saat jalan-jalan ke Lab, apa pendapat Ai?"     

"Aku sudah menjelaskan semuanya pada Ai, tentang kerajaan dan semuanya. Syukurlah Ai bisa menerimanya dengan mudah, dia tak mempermasalahkan apa pun."     

"Bagus, sebagai calon ratu dimasa depan dia memang harus dipersiapkan dari sekarang. Lalu kamu ajak ke ruangan mana saja? Apa dia cukup baik saat berinteraksi dengan para profesor."     

Daniel berdehem, merasa bersalah. Berinteraksi dengan para profesor, Ai ketika di laboratorium hanya berinteraksi dengannya. Lebih tepatnya kemaluan mereka yang berinteraksi hingga lupa waktu."Tidak ke mana-mana, hanya ke Lab pribadiku."     

"Kau tidak berkunjung ke Lab Jhonatan?"     

"Mom bercanda? Aku 'kan tidak bisa masuk ke sana. Memangnya kenapa? Apa ada masalah?"     

"Tidak. Hanya saja, Mom pikir dari pada Lab milik Jhonatan tak terpakai, Mom ingin menggunakannya sebagai Lab Javier dan Jovan."     

"Jangan!" ucap Daniel cepat.     

"Kenapa?" tanya Ratu curiga.     

"Biar seperti itu saja, aku ingin punya sesuatu milik Jhonatan yang bisa kukenang," jawab Daniel. Ia lega karena menemukan alasan tepat.     

"Baiklah, kalau begitu Mom akan membuatkan Lab sendiri untuk si kembar."     

"Thanks, Mom. Apa ada lagi yang Mom perlukan?"     

"Tidak, tapi sebaiknya kau dan Ai bersiap-siap. Karena Paman dan Bibimu dari Perancis akan datang."     

"Hari ini?"     

"Ya. Mereka ingin membantu persiapan pernikahanmu."     

"Baiklah, Mom. Kalau begitu aku undur diri." Ratu tersenyum sebagai jawaban. Dan Daniel berlalu dari ruangan itu.     

"Mr. Vicky," panggil Ratu setelah Daniel pergi.     

"Yang Mulia," jawab Vicky dengan menunduk hormat.     

"Daniel tak memasuki Lab milik Jhonatan. Jadi, periksa segera. Sepertinya ada pengkhianat masuk ke Cavendish."     

"Sebenarnya baru beberapa menit yang lalu kami mendapat laporan dari TKP, entah kebetulan atau tidak, kamera CCTV milik Lab Pangeran Jhonatan seperti terkena virus pada saat kejadian."     

"Selidiki lebih cermat. Dan awasi setiap orang mencurigakan. Amati siapa saja yang keluar masuk Lab Kerajaan pada saat kejadian."     

"Baik, Yang Mulia." Vicky langsung undur diri.     

'Siapa yang masuk lab Jhonatan? Dari sekian banyak Lab, kenapa harus milik Jhonatan? Kenapa bukan Lab milik dokter atau profesor yang jelas memiliki temuan yang langka dan lebih berharga. Apa yang di cari dari Lab seorang bocah delapan tahun?' Ratu membatin. Tentu saja ia merasa ada yang janggal di sini."     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.