One Night Accident

PERSIAPAN



PERSIAPAN

0Happy Reading.     
0

****     

Keadaan Istana Cavendish sangat sibuk. Pernikahan Sang Putra Mahkota akan digelar tiga hari lagi. Dan selama masa itu, tak ada istilah istirahat untuk semua pekerja. Karena tak satu pun yang ingin melewatkan momen tersebut.     

David, Tasya, Joe, Putri, Alex, Sandra, Angeline, Mom Liliana, Vano, Ibu Diyah dan Pak Tama beserta istrinya, Diana, sudah datang sejak sehari sebelumnya. Hal yang membuat Double-J kegirangan luar biasa, karena adik kesayangan mereka, Angeline, sudah datang. Mereka semua bercengkerama dengan hangat. Bahkan Ratu dan Mr Petter juga sesekali bergabung dengan mereka semua.     

Sandra terlihat mengobrol asyik dengan Paul tentang segala tekhnologi yang di kembangkan olehnya. Tasya dan Ai sibuk membicarakan berbagai macam barang branded, yang mereka incar dan tak lama bergabung Mom Liliana yang juga menggilai belanja. Lizz dan Pauline berbagi resep masakan bersama Ibu Diyah dan Tante Diana. Javier dan Jovan mengajak Angeline berkeliling Kerajaan Cavendish dan memperlihatkan berbagai mainan dikamar masing-masing. Vano, David dan Joe mengobrol asyik tentang artis-artis cewek di dunia entertainment dan sepak terjangnya. Tentu yang paling semangat adalah Vano. Karena dia satu-satunya yang single diantara mereka. Apalagi, cinta pertamanya malah menikah dengan Joe. Alex dan Putri, istri dari Joe, asyik membicarakan bisnis dan cara mengembangkan perusahaan dan cara meningkatkan penjualan. Otak mereka memang sejalan kalau sudah membahas masalah keuangan.     

Sementara Pete. Jangan ditanya. Dia hanya duduk diam, mengawasi semua orang dengan mata tajamnya seperti biasa. Membuat orang yang tak mengenalnya akan mengira dia ingin memutilasi semua orang, dan memakan dagingnya mentah-mentah. Memang tidak persis seperti itu. Walaupun memang hanya membunuh saja isi otaknya, tapi sayangnya dia tak suka daging. Karena dia hanya suka rasa darah dan jerit kesakitan.     

Semua orang mengabaikan Pete dan membiarkan dia sendiri dengan aura menyeramkan menyelimutinya. Jangankan menyapa, melihat saja tidak ada yang berani.     

Lalu si pemeran utama, Marco dan Daniel, mereka malah tak ada di lokasi. Karena mereka berdua malah masuk ke kamar, bukan untuk melakukan hal aneh. Tapi mereka memeriksa setiap inchi tubuh mereka! Untuk apa? Tentu saja mencari chip yang di tanamkan Paul ditubuh mereka. Tapi walau sudah berkali-kali diperiksa, hasilnya nihil. Mereka tak menemukan benjolan sekecil apa pun yang ada ditubuh mereka.     

"Kenapa kalian terlihat panik?" Paul tiba-tiba sudah bersandar di depan pintu kamar.     

"Uncle!" ucap mereka serempak.     

"Mencari apa? Chip ditubuh kalian?" tanya Paul dengan tampang usil.     

"Eh? Enggak kok, Uncle."     

"Tak usah malu mengakuinya, kalian mencari chip itu, 'kan?" Keduanya langsung cemberut mengetahui tujuannya terbongkar.     

"Kan aku sudah bilang, chip itu ada di jantung kalian. Akan non-aktif jika kalian mati. Jadi kalau mau ambil, ambillah. Tapi kalian harus mati dulu, kalau ingin mengambilnya" Paul tersenyum menang.     

"Berarti sewaktu Jhonatan dulu meninggal, chip itu juga mati?" tanya Daniel.     

"Iya. Makanya, kemarin sinyalku berkedip lagi. Awalnya aku juga terkejut. Tapi sekarang Uncle senang, karena ternyata obat-obatan di Cavendish berhasil membangkitkanmu."     

"Untuk apa Uncle segala memasang chip ini? Kami bukan benda yang perlu dirahasiakan keberadaannya!"     

"Tapi kalian memang sangat berharga. Melebihi materi atau harta karun sekalipun!" Paul masuk dan mengunci pintu.     

"Aku tidak suka di awasi!" Daniel melihat Paul dengan raut dingin tidak suka.     

"Hey ... jangan tatap aku dengan wajah dinginmu itu, sopan sedikit aku masih pamanmu. Jojo ... lihat hanya gara-gara sebuah chip kakakmu mengintimidasiku. Bukankah ini sebuah kekurang ajaran. Cepat katakan padanya untuk jadi anak baik sepertimu." Paul melihat ke arah Marco.     

"Aku juga tidak suka diawasi Paman." Marco mendukung Daniel.     

"Kalian menyakiti hatiku, padahal aku menciptakan chip itu demi keselamatan kalian tapi kalian menganggapnya seperti sebuah beban. Aku ... tidak menyangka bahwa usahaku melindungi keluarga justru menjadikanku paman yang kejam dan menyusakan." Paul duduk dengan wajah terluka.     

"Paman kalau hanya untuk bisa melacak kami tak perlu memakai chip segala, kami tidak akan kemana-mana." Marco ikut duduk di sebelah pamannya.     

"Kalian tidak tahu sih apa yang terjadi sebelum kematianmu. Jojo pasti tidak tahu setelah kamu diculik Pete juga pernah menghilang selama tiga tahun, dan setelah dia kembali, Pete sudah berubah menjadi seorang psikopat?" tanya Paul pada mereka.     

"Bukannya sudah psikopat dari lahir, ya?" tanya Marco asal.     

"Aku pikir itu terjadi karena latihan keras di Save Security. Aku tidak pernah tahu Uncle Pete menghilang, yang aku tahu dia memang beberapa tahun tidak pernah aku lihat lagi. Aku pikir itu karena sibuk mengembangkan dan melatih dirinya sebagai penerus Cohza." Daniel menanggapi.     

"Tentu saja kamu tidak tahu, sebulan setelah Jojo meninggal kamu dikirim ke Indonesia dan tidak selang berapa lama Pete menghilang. Begitu kami menemukannya Pete sudah menjadi orang yang berbeda."     

"Apakah itu alasan chip ini diciptakan?" tanya Daniel.     

"Tentu saja bukan, chip itu sudah tercipta sejak kalian masih bayi, makanya Jojo juga sudah memiliki chip ditubuhnya. Hanya saja berkat chip itu Pete berhasil ditemukan dan sekarang aku juga berhasil menemukanmu. Walau harus aku akui sinyal dari chip itu kurang luas namun setidaknya akan berguna jika terjadi sesuatu salah satu anggota keluarga kita."     

"Memangnya berapa jangkauan sinyal di chip ini?" tanya Marco.     

"Milikku, Pete, Pauline dan Petter baru terjangkau dalam satu negara. Milikmu dan Daniel sudah menjangkau lima negara. Aku sedang berusaha mengembangkannya lagi agar milik Javier dan Jovan bisa menjangkau seluruh negara. Agar kita bisa menemukan mereka walau mereka berada di puncak everest sekalipun."     

Marco mengangguk. "Sepertinya aku mulai tidak keberatan dengan chip itu."     

"Keberatan atau tidak toh chip itu sudah ada di tubuhku." Daniel akhirnya ikut duduk.     

"Kalian tahu, kenapa selain Daddy-mu, kami tidak menikah?"     

"Karena Uncle tak laku!" Marco menyahut lagi.     

Bukannya tersinggung, Paul malah tertawa terbahak-bahak. "Mulut pedes dan cerewetmu tak berubah ya ternyata?"     

"Itu 'kan ajaranmu juga, Uncle," Marco menyahut santai.     

"Hahaha ... Benar juga! Di keluarga Cohza, hanya kita berdua yang cerewet! Sepertinya kita memang ditakdirkan menjadi penghangat suasana. Jangan seperti Petter atau Daniel yang cuma bisa tersenyum dingin dan kaku, kita berdua adalah pasangan yang kompak membahagiakan seluruh keluarga," Paul berdiri lalu merebahkan diri di ranjang milik Daniel dan menutup matanya.     

"Uncle, mau cerita kok malah tidur?" protes Marco.     

Paul membuka matanya memberi tatapan serius. Membuat Marco duduk dan bersiap mendengarkan. "Seperti yang aku katakan sebelumnya, Pete pernah diculik. Hanya saja nasibmu lebih bagus, karena penculikmu hanya menyiksamu sebentar dan langsung membunuhmu. Sedang Pete, dia diculik hampir lima bulan. Bisa kamu bayangkan, jika kamu mengalami penderitaan sebegitu lamanya? Dia menjadi gila, karena setiap hari yang dilakukan penculiknya, hanya menyiksa dan emnyiksanya setiap hari hingga ketahanan tubuhnya habis. Lalu saat Pete sudah putus asa, mereka menjadikan Uncle-mu sebagai mesin pembunuh." Paul berhenti selama beberapa detik. Menghela napas panjang, lalu melanjutkan ceritanya.     

"Mereka adalah perampok internasional dan yang mereka rampas bukan benda sembarangan. Tapi berkas rahasia. Atau barang berharga milik negara. Jadi hampir lima bulan lamanya, Pete dibawa untuk ikut merampok dan selalu dijadikan kambing hitam. Jika ada yang menghalangi aksi mereka, maka Pete yang harus menghadapinya. Jadi bisa dikatakan, posisi Pete adalah sebuah tameng untuk mereka semua. Pete hanya punya dua pilihan dipukul atau memukul, ditembak atau menembak. Dan tentu saja, akhirnya Pete membunuh atau dia yang akan dibunuh. Lama kelamaan Pete berubah jadi monster pembunuh yang dikenadliakan seperti anjing oleh mereka."     

"Bahkan, saat pertama kali kami menemukannya, dia tak mengenali kami. Butuh waktu hampir tiga tahun, untuk mengatasi traumanya. Tapi dia tetap tak bisa sembuh total. Kebiasaan membunuhnya sudah mendarah daging. Maka setiap ada seseorang yang perlu dilenyapkan, kami menugaskannya. Karena dia tak punya beban saat membunuh orang. Pete bahkan seperti orang yang kecanduan, dia akan menjadi tidak terkendali jika tidak diberi kesempatan membunuh. Pete akan kembali terkendali setelah mendapatkan jatahnya. Setelah itu kami sadar Pete tidak akan sembuh namun kami berusaha mengendalikannya semampu kami."     

Daniel dan Marco saling bertukar pandang. Mereka membayangkan semua peristiwa itu dengan bergidik ngeri. "Setelah ini Aku tak mau, ada anggota keluarga Cohza yang menghilang dan mengalami hal yang serupa, seperti yang Pete alami. Cukup satu psikopat di keluarga kita. Tak perlu bertambah lagi. Walau akhirnya kamu tetap diculik dan meninggal, tapi setidaknya kami menemukanmu lebih cepat. Dan tentang kenapa kami tidak menikah, itu juga karena Pete. Dia membunuh wanita pertama yang ditidurinya. Begitu pun dengan semua wanita berikutnya, selalu mengalami nasib serupa. Dengan kondisi mengenaskan."     

"Tapi kenapa Dad bisa tetap menikah dengan Mom?" tanya Daniel penasaran.     

"Itulah yang tidak kami mengerti, kenapa hanya Mommy-mu yang lulus seleksi dari Pete. Sepertinya itu karena Pete sudah mengenalnya sebelum diculik namun tetap ada efeknya dan lambat laun kami sadar. Setiap Pete bertemu Mommy-mu, dia selalu menggores Mommy-mu dan menjilat darahnya. Dan itulah cara Pete mengenali anggota keluarga, agar meredam nafsu membunuhnya. Pete menganggap goresan itu sudah merupakan persembahan untuknya, sebagai bukti ia mengampuninya."     

"Kenapa paman Paul tidak melakukan hal yang sama kepada kekasih paman, membiarkan paman Pete menikmati sedikit darahnya agar paman bisa menikah?"     

"Apa yang kamu bicarakan Jojo kecil ... kamu pikir aku tidak pernah mencobanya, percayalah sudah 4 pacarku mati ditangannya. Setelah itu aku menyerh lagi pula menjadi bujangan abadi sangat menyenangkan. Aku bisa berganti wanita semauku."     

"Tapi dia mau menerima Ai?" Daniel ingat waktu pertama bertemu dengan Ai, Pete langsung bisa menerimanya.     

"Ah ... benar juga. Aku akan menyelidikinya. Kenapa dia mau menerima Ai tapi tidak pacar-pacarku." Paul mulai berpikir keras.     

"Haahhh ... Kenapa aku terlahir di keluarga tidak normal seperti ini?" keluh Marco.     

Daniel menatapnya tak percaya. "Justru di sini, kamulah yang paling tidak normal!" Daniel mendengkus sebal.     

Marco memutar matanya. Terlihat sama sebalnya. "Aku tak normal, juga gara-gara kalian!"     

"Oh ya, Uncle. Kalau memang chip itu ditanam pada jantung kami, kenapa tak ada bekas pembedahan?" tanya Daniel mengalihkan pembicaraan.     

"Apa kamu lupa, Mommy-mu itu, seorang dokter hebat. Dia tak perlu membedahmu, jika hanya ingin memasukkan chip yang ukurannya hanya beberapa inchi."     

"Lalu kenapa ... chip itu tak mengganggu kerja jantung? Bukankah seharusnya, jika organ dalam kita kemasukan sesuatu itu akan memperlambat atau merusak sistemnya?" tanya Marco heran.     

"Mengenai itu aku tak tahu. Kalian tanyalah sendiri, pada Mom kalian yang jenius itu. Dia dokternya. Bukan aku! Aku hanya memberikan chip, dan Mommy-mu yang mengurus sisanya."     

Daniel dan Marco mengangguk serempak.     

"However, Jojo. Apa penyamaranmu masih lama?" tanya Paul tiba-tiba.     

"Kenapa, Uncle?"     

"Karena aku tak tahan, keluargaku jadi makin aneh. Saat tahu kamu meninggal, Pauline tak mau membuat cake lagi. Katanya, tiap kali ia membuat cake, maka ia akan teringat padamu. Karena cuma kamu yang paling rakus jika menyangkut cake."     

Daniel terkekeh, dan membiarkan Marco meninju lengannya karena kesal.     

"Apalagi Pete. Kalian mau tahu, apa yang Pete lakukan, saat melihat tubuh kecilmu berlumuran darah? Pete melakuan sesuatu pada penculikmu, yang bahkan terlalu menjijikkan untuk diceritakan. Kami terpaksa mengurungnya selama tiga hari untuk meredam emosinya." Daniel dan Marco, meneguk ludah. Tak berani membayangkan seperti apa peristiwa itu terjadi.     

"Lalu Daddy kalian. Dia memang kaku, tapi sejak kematianmu, Jo. Dia berkali-kali lipat lebih kaku. Aku jadi kesepian. Tak ada yang mengajakku mengobrol lagi. So, please. Jangan terlalu lama menyamarnya. Kasihanilah paman kesayanganmu ini, tidak bisa memiliki istri dan semua saudaraku mengabaikan aku." Paul meratap lagi.     

"Tidak lama lagi kok, Uncle."     

"Benarkah?" kali ini Daniel yang bertanya.     

"Aku usahakan. Tapi tunggu dulu, siapa saja yang bisa mengakses chip ditubuh kami?" tanya Marco pada Paul.     

"Hanya aku."     

"Hufff ... Syukurlah!" Marco merasa lega.     

"Ya sudah, aku pergi dulu. Kasihan istriku sendirian," Marco berpamitan pada Paul dan Daniel.     

"Jangan lupa kenalkan istrimu padaku nanti," Perintah Paul.     

"Siap Paman."     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.