One Night Accident

TIDAK COCOK



TIDAK COCOK

0Happy reading.     
0

****     

Daniel menghirup napas lega. Akhirnya Ai resmi menjadi miliknya dan tak ada yang boleh mengganggu-gugatnya lagi. Lalu dia memandang Uncle Pete. Tapi ke mana dia? Tak apalah, paling lagi mojok meratapi cinta pertamanya yang sekarang sudah jadi istrinya.     

Setelah acara Ijab Kabul yang memakan waktu lebih dari satu jam, karena Daniel yang harus break latihan dulu. Akhirnya sang mempelai wanita di keluarkan dari persembunyiannya. Daniel hampir meneteskan air liurnya melihat Ai yang terlihat memukau. Dengan kebaya khas Indonesia sesuai permintaan keluarga brawijaya dan rambut sedikit tersanggul dan terurai memanjang di bahunya Daniel merasa ingin langsung mengurung Ai untuk dirinya sendiri.     

Tapi ada yang merusak pemandangan di sana. Yaitu saat melihat Paul dan Pete yang bersisian menggandeng Ai. Bukan Ibu, Ayah atau David sebagai Kakaknya. Daniel mengedarkan pandangannya ke semua orang. Pak Tama ada di depannya. Ibu Diyah dan Diana ada bersama Mom Liana dan Ratu. Lalu David? Saat Daniel melihatnya dia malah pura-pura melengos dan tak melihatnya. 'Brengsek ... Mereka sengaja mengerjaiku,' Daniel membatin.     

Dilihatnya Marco dan Joe yang menahan senyum. Daniel memang ingin melihat kedua adiknya akur. Tapi kenapa saat mereka akur mereka malah kompak menertawakan bahkan bekerja sama untuk mengerjainya. Untung ini hari bahagia, kalau tidak mereka sudah Daniel jadikan dendeng bakar istana.     

Ai akhirnya duduk di sebelahnya, membuat Daniel sedikit deg-degan pada awalnya karena khawatir Ai akan mual dan muntah seperti kemarin-kemain. Namun Daniel akhirnya bernapas lega tatkala Ai terlihat biasa saja bahkan dari matanya terlihat binar bahagia yang tidak ditutup-tutupi.     

Daniel juga ikut tersenyum senang, apalagi kedua Pamannya yang merusak pemandangan itu menyingkir dari samping istrinya.     

Setelah acara tukar cincin dan penyerahan mas kawin dan sedikit foto untuk dokumentasi, acara diteruskan dengan pengangkatan Ai secara resmi menjadi anggota Kerajaan. Lalu digelar upacara pernikahan ala Kerajaan Cavendish. Daniel dan Ai benar-benar di dandani ala Raja dan Ratu, lengkap dengan Mahkota di kepala dan gaun super panjang hingga membutuhkan dua belas pengiring pengantin untuk membantu mengangkat ekor gaun di belakangnya. Mereka menjalani prosesi pengangkatan pewaris tahta Cavendish yang jatuh pada Daniel dan Ai, lalu berkeliling dengan kendaraan khusus untuk menyapa seluruh rakyatnya.     

Double-J juga terlihat memukau dengan pakaian yang dipilihkan oleh Joe. Hingga membuat seluruh rakyat Cavendish bersorak sorai karena memiliki dua pangeran tampan yang kelak mewarisi Kerajaan Cavendish.     

Malam harinya, di gelar resepsi pernikahan yang diadakan di alun-alun. Bertujuan untuk memberi hiburan seluruh rakyat Kerajaan Cavendish. Di sana seluruh selebriti dari Hollywood mengisi acara dengan meriah. Tak terkecuali Joe yang juga ikut bernyanyi. Tapi jika artis lain menyanyikan lagu romantis dan penuh cinta justru Joe malah menyanyi lagu munaroh yang sudah di ganti beberapa liriknya.     

Di saat aku melihat mu.     

Di saat aku mengenalmu Dan kini ku tau namamuuuu.     

Ternyata namamu Munarohhh     

Neng Aiiii bang Daniel datang. Prepet prepet prepet     

Neng Elizzz bang Marco datang. Pret pret prer pret pret     

Neng Tasyaaa ... Bang David datang. Epret epret epret Neng Sandraaa.     

Bang Alex datang. Bret bret bret bret bret bret     

Yah ... seperti itulah sepenggal lagu yang dibawa Joe membuat penonton ingin sekali melemparinya dengan botol minuman. Untung setelah itu Joe menyayikan salah satu lagu westlife berjudul my love dengan suara lumayan bagus, sehingga mengobati kekecewaan penonton. Namun Joe sebenarnya masih kesal karena dilandasi rasa iri akan pesta pernikahan yang begitu meriah. Bahkan saat pesta berlangsung tak bosannya ia menggerutu karena acara pernikahan Daniel lebih mewah dan lebih segalanya dari pada pesta pernikahannya dulu.     

Sebagai Prince Joe dia tidak terima. Dia akan mengadakan resepsi ulang begitu kembali ke Indonesia nanti.     

Sementara itu di sudut lain istana, lebih tepatnya di taman yang sudah ditentukan tempat dan lokasi pastinya. Seorang pria terlihat duduk sendirian menikmati malam tanpa ada suara apa pun di sekitarnya.     

Pete tidak suka tempat ramai atau berisik, maka ... dari pada mengikuti acara resepsi dia lebih memilih mengasingkan diri di taman kerajaan Cavendish.     

Pete duduk sambil memejamkan matanya. Hanya keheningan yang menyelimuti hingga suara dua langkah kaki terdengar mulai mendekat. Yang satu langkah tegap dan mantap sedang satunya terasa ringan dan lembut. Tanpa membuka matanya, Pete sudah tahu siapa yang datang.     

"Paman ...!" Marco mendekat ke arah Pete. Lizz berdiri di sebelahnya dengan senyum ramah. Namun, begitu Pete membuka mata dan menatap Lizz. Tubuh Lizz langsung merinding dan mencengkram lengan Marco karena takut. Tatapan Pete terlalu tajam untuk wanita selembut Lizz.     

"Paman ... ini Sulizztyorini, bisa dipanggil Lizz. Istriku, dan ibu dari calon anakku." Marco mengelus perut Lizz dengan sayang.     

Pete tidak bergerak, hanya matanya menelusuri penampilan Lizz dari atas sampai bawah, seolah alat scan yang mempertimbangkan apakah Lizz produk layak pakai atau tidak.     

"Marco ... kita pergi yuk, pamanmu menyeramkan." Lizz berbisik di telinga Marco karena takut dengan pandangan Pete yang seperti ingin mencekiknya.     

"Enggak apa-apa Beb, mukanya doangk kok yang sangar. Hatinya baek, percaya sama aku." Marco mengusap lengan Lizz menenangkan.     

"Berikan tanganmu." Pete duduk tegap sambil menyuruh Marco mendekat.     

"Beb ... salaman sama uncle Pete." Marco memegang tangan Lizz agar bersalaman. Seperti yang Marco duga, begitu tangan Lizz terjulur ke arah Pete, tiba-tiba satu goresan sudah berada di punggung tangan istrinya.     

Lizz menjerit kaget dan hendak menarik tangannya, sayang Pete sudah mencengkram tangan Lizz dengan kuat dan menariknya semakin dekat agar bisa menjilat darahnya.     

Lizz sudah menangis ketakutan dan ingin kabur, tetapi Marco memeluk dan tidak memeperbolehkan dia kemana-mana sampai Pete selesai megenali Lizz sebagai anggota keluarga.     

Setelah menjilat darah Lizz hingga bersih, Pete baru melepaskan tangan Lizz, membuat Lizz langsung mengkerut dan mencengkram dada Marco. Tidak berani melihat Pete sama sekali.     

Pete berdiri dan menatap Lizz dan Marco. "Kalian tidak cocok," ucapnya.     

"What?" Apa maksudnya tidak cocok Jangan-jangan Pamannya menganggap Lizz yang penakut tidak pantas untuk jadi istri seorang Cohza? Marco harus segera memastikan keselamatan istrinya.     

"Paman ... apa maksud paman kami tidak cocok? Paman jangan aneh-aneh ya. Aku sama Lizz sudah menikah dengan sah, Lizz juga sudah hamil. Lihat sebentar lagi juga akan melahirkan. Tolong singkirkan apa pun yang membuat paman ragu dengan istriku. Mau bagaimanapun Lizz itu punyaku dan aku tidak akan melepaskannya, bahkan jika paman melarang sekalipun." Marco langsung menentukan sikap.     

Pete tetap menatap dengan datar. Namun pandangannya lalu beralih ke arah Lizz, Marco memeluk istrinya semakin erat seolah ingin melindunginya.     

"Terlalu murni," ucap Pete ketika memandang Lizz.     

"Nah ... paman tahu sendiri Lizz memang murni, polos dan baik. Makanya paman harusnya beryukur aku dapat wanita semenakjubkan ini."     

"Terlalu busuk." Pete mengalihkan tatapannya ke arah Marco. Lalu tanpa menunggu Marco mencerna ucapannya dia berbalik dan meninggalkan lokasi.     

"Nah ... aku memang busuk!! What? Apanya yang busuk? Tunggu dulu ... paman .... apa maksud dari perkataanmu. Apakah paman baru saja mengataiku busuk?"     

Sayang pete sudah tidak terlihat lagi. Marco berpikir dengan kesal. Apa maksudnya mengatakan Lizz terlalu murni, sedangkan dia terlalu busuk.     

Jadi ... ketika pamannya mengatakan mereka tidak cocok bukan karena Lizz tidak pantas untuknya, namun karena Marco yang tidak pantas untuk jadi suami Lizz.     

Sialan, mau pantas tidak pantas, Marco sudah jadi suami Lizz dan tidak ada rencana tukar tambah sama sekali.     

"Marco ... kembali ke kamar yuk! Mumpung pamanmu sudah pergi, aku takut dia kembali ke sini dan melukai aku lagi." Lizz menarik-narik baju Marco.     

"Iya beb, yuk ke kamar saja. Biar aku obati tanganmu, trus bisa nengok dedek di dalam perutmu. Besok-besok kalau ketemu pamanku yang itu abaikan saja ya. Atau melipir ke tempat lain kalau lagi berpapasan dengannya. Oke?"     

Lizz langsung mengangguk karena dia memang takut dengan Pete.     

Sedang Marco melakukan itu karena takut pamannya akan meracuni istrinya dan mengatakan dia mendapat bencana karena menikah dengan Marco.     

Harusnya pamannya bersukur Marco dapat istri yang murni, biar marco bisa nodai sedikit. Kadang terlalu murni juga enggak bagus. Anggap saja Lizz air putih dan Marco adalah sirup marjan.     

Ketika dicampur bukan membuat rusak, namun makin bertambah indah dan Manis. Ya ... ya ... anggaplah seperti itu.     

Begitu Marco dan Lizz meninggalkan area taman muncul sesosok dari dalam kegelapan dan menatap pasangan itu dengan wajah bengis.     

'Nikmatilah kebahagiaanmu sekarang. Karena sebentar lagi aku akan memberikan neraka yang sesungguhnya untuk kalian, karena kalian harus membayar apa yang dulu aku rasakan," batin orang itu dengan hati penu dendam.     

Lalu dia kembali ke acara resepsi pernikaha Daniel dan Ai, sempat mengucapkan selamat berbahagia untuk kedua mempelai bahkan ikut bercanda tawa dan mengobrol dengan semua keluarga besar Cohza dan Cavendish. Seolah-olah dialah orang yang paling bahagia karna pernikahan ini.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.