One Night Accident

BERACUN



BERACUN

0Enjoy reading.     
0

****     

"Di mana Ratu?!" tanya Daniel saat bertemu salah seorang dokter.     

"Pangeran? Beliau ada di ruang operasi di lantai tiga," jawab seorang Dokter sambil membungkuk. Daniel langsung berlari kencang. Bukan ke lift, tapi ke tangga darurat karena tak sabar menunggu lift yang tak kunjung terbuka. Sedangkan Marco tetap memilih lift.     

Jantungnya berdegup kencang mengkhawatirkan keadaan anaknya. Semoga dia belum terlambat. Dia berusaha menepis bayangan wajah Jhonatan yang dulu berlumuran darah.     

"Tidak! Javier dan Jovan pasti baik-baik saja. Mereka akan menunggunya sebelum memasang chip itu. Uncle Paul sudah menyetujuinya tadi! Tapi ... bagaimana jika Uncle yang ingin membunuh anaknya?' membayangkan saja membuatnya semakin panik.     

Daniel berlari lebih kencang dia sampai di depan ruang operasi bersamaan dengan pintu lift yang terbuka dan Marco di sana.     

Brakkkkk.     

Tanpa basa basi Daniel menendang pintu operasi sehingga membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh kearahnya sedang Marco hanya diam mengikuti di belakangnya.     

"Daniel apa-apaan kamu? Kenapa mendobrak ruang operasi begitu?" tanya Ratu menghampirinya dengan terkejut.     

"Maaf, Mom. Di mana anakku?" tanya Daniel langsung. Sopan santun belakangan yang penting sekarang anaknya.     

"Mereka masih berada di ruangan sebelah bermain dengan Istrimu."     

"Ai juga di sini?!" tanya Daniel heran, tak ada yang memberitahukan kalau istrinya keluar istana. Tapi rasa lega juga menghampirinya berarti mereka masih selamat.     

"Tentu saja istrimu di sini bukankah dia juga harus dipasangi chip."     

Tangan Daniel yang baru akan membuka pintu ruang sebelah jadi berhenti bergerak. "Apa maksudnya? Bukankah kata Uncle Paul, Ai akan di pasangi setelah melahirkan? Karena bisa mempengaruhi kandungannya?" tanya Daniel.     

"Awalnya begitu tapi Mom sekarang bisa mengatasinya." Ratu menjawab percaya diri.     

Daniel menagngguk dan membuka pintu ruang di mana ada anak dan istrinya berada dan seketika kekhawatirannya berkurang. Daniel tersenyum lebar agar mereka tidak ikut khawatir seperti dirinya. Tak tahukah nyawa mereka dalam bahaya tapi di sana mereka malah asyik memainkan game bersama.     

Daniel mendekati mereka yang bahkan tak memedulikan kehadirannya karena sibuk memainkan sebuah game. Javier asyik memandikan buaya, sedang Jovan bermain dengan kentang yang melompat-lompat. Dan istrinya? Astaga! Dia bermain Barbie? Apa istrinya kembali menjadi anak-anak.     

"Tweety," panggil Daniel lembut. Ai mendongak dan melihat Daniel di depannya refleks dia menutup hidung dan melambaikan tangan mengusirnya.     

"Jangan deket-deket berdiri dalam jarak lima meter. Ah, tidak! Sepuluh meter!" kata Ai memperingatkan.     

Apa apaan sih Ai. Mereka 'kan baru beberapa jam lalu selesai bercinta kenapa sekarang balik seperti ini lagi? Benar-benar deh istrinya ini. Kalau siang tidak mau di dekati, tetapi kalau malam untung masih mau nempel padanya.     

"Boss!"     

Daniel berbalik melihat Marco. "Kita di sini mau memeriksa chip, bukan bahas keanehan binimu," bisik Marco begitu dekat dengan Daniel.     

"Sial! Hampir saja aku lupa!" batin Daniel dan langsung berbalik keruang operasi.     

"Mom, di mana chip itu?" tanya Daniel.     

"Kenapa?"     

"Aku ingin melihatnya!" jawab Daniel tegas. Ratu langsung memberi isyarat kepada Daniel untuk mengikutinya keruang khusus.     

"Bisa di keluarkan?" tanya Daniel. Ratu melihat Daniel lalu Marco bergantian.     

"Untuk apa?" tanya Ratu lagi terheran-heran apalagi dengan pengawal tidak penting yang ada di belakang Daniel seperti kepo juga.     

"Buka saja Mom, ada hal yang harus kami pastikan." Daniel memandang Ratu dengan tatapan memohon.     

"Baiklah," Ratu mengeluarkan chip itu dan menyerahkan pada Daniel.     

"Apa kamu bisa mengeceknya?" tanya Daniel memberikan chip itu pada Marco. Marco mengangguk, lalu mengeluarkan alat pendeteksi alat peledak dan senjata lainya.     

"Bagaimana?" tanya Daniel.     

"Nihil. Alatku tak bisa mendeteksi apa pun." Kata Marco.     

"Tentu saja karna chip ini aman! Apa yang membuatmu berpikir kalau chip ini berbahaya?" tanya Ratu sambil bersedekap dan merasa tersinggung akibat ulah kedua orang di depannya. Apalagi tingkah pengawal Daniel yang terlihat sotoy itu.     

"Kalau begitu kami permisi Ratu." Daniel langsung membawa Marco keluar.     

"Kamu yakin chip itu berbahaya?" tanya Daniel.     

"Entahlah, tapi aku merasa ada yang aneh di sini," jawab Marco tidak tenang.     

"Kamu sudah mengeceknya dan chip itu aman, apalagi masalahnya?" Marco melihat sekeliling memperhatikan dengan tenang, takut ada yang terlewatkan.     

"Daniel, chip akan segera di pasang. Kamu mau melihat prosesnya?" tanya Ratu memanggil Daniel yang menjawab dengan anggukan pelan.     

"Slow Marco, semuanya aman. Pasti waktu itu kamu salah dengar," Daniel berbisik menepuk pundak Marco dan mengikuti Ratu memasuki ruang operasi.     

Marco mengusap wajahnya frustasi. Firasatnya tak pernah salah, dan dia tau ada yang tidak beres di sini. Marco lalu menyandarkan punggungnya ke dinding dibelakangannya.     

Tak berapa lama seorang dokter datang tersenyum menyapanya dan masuk ke ruangan operasi. Marco tersenyum membalas dan memejamkan matanya memikirkan lagi apa yang di lewatkan. Tiba-tiba Marco tersentak teringat sesuatu. Astaga!!! Dokter tadi membawa sesuatu dan ujung mata Marco tadi melihat sekilas alat yang di bawanya.     

BRAKKK.     

Kali ini Marco yang mendobrak pintu ruang operasi membuat pandangan tertuju padanya. Matanya langsung terbelalak lebar melihat alat yang di pegang oleh Ratu, lalu dilihatnya meja operasi sudah ada Javier berbaring pingsan karna pengaruh obat bius.     

"Jauhkan alat itu dari Javier!" teriak Marco. Membuat Ratu berjengit kaget dan Daniel memandang Marco heran. Tak menunggu jawaban dari siapa pun tiba-tiba Marco sudah berada di dekat ratu dan merebut alat yang di pegangnya lalu menjatuhkannya ke tempat peralatan yang lain.     

"Lancang sekali kamu!" Ratu berseru menampar Marco hingga pipi Marco memerah dengan bekas telapak tangan di sana.     

"Maaf, Ratu. Tapi alat itu berbahaya," jawab Marco sambil menunduk.     

"What!? Jangan mengada-ada kamu ya." Ratu tak percaya.     

"Apa maksudmu?" tanya Daniel saat ia berjalan menghampiri Marco. Marco mengambil alat yang akan digunakan untuk memasukkan chip itu dan menunjukkan ujungnya.     

"Di lihat sekilas, alat ini terlihat steril, namun coba perhatikan dengan seksama. Ujung alat ini terdapat Racun. Aku yakin ini adalah racun paling mematikan. Bahkan jauh lebih mematikan dari bisa sepuluh ekor Mamba Hitam," jawab Marco menjelaskan.     

Ratu mendekat dan memperhatikan. Matanya melotot tajam karena mengetahui apa yang dikatakan Marco memang benar. Di sana ada racun berbahaya. Satu tetes saja terserap ke dalam tubuh maka bisa dipastikan tidak akan ada orang yang selamat.     

"Astaga! Kenapa aku tak menyadarinya? Aku hampir membunuh cucuku sendiri!" Ratu berseru terkejut.     

"Siapa yang menyediakan peralatan ini!" tanya Daniel dengan suara menggelegar. Hampir saja ia menyaksikan kematian putranya sendiri.     

"Maaf, Yang Mulia. Chip dan semua peralatan ini disiapkan oleh Mr. Paul," jawab dokter yang tadi membawa masuk peralatan tersebut.     

"Cari Uncle Paul, dan bawa dia kemari!" Daniel berujar dengan tajam membuat orang-orang ketakutan akan kemarahannya.     

"Percuma Daniel, Paul sudah kembali ke Perancis satu jam yang lalu," Ratu memberitahu.     

"Tapi dia bilang padaku akan kembali nanti sore dan akan menunggu sampai pemasangan chip selesai?" Daniel merasa heran karena Uncle-nya tak pernah mengingkari perkataannya.     

"Awalnya begitu, tapi satu jam yang lalu, seseorang meneleponnya dan dia langsung pergi saat itu juga."     

"Aku akan mencari informasi tentang keberadaan Mr. Paul. Sementara anda sebaiknya membubarkan diri dan menunda pemasangan sampai Mr. Paul di temukan," Marco berujar pada Daniel.     

Daniel mengangguk, lalu mengajak Ratu pergi. Tapi baru saja mereka melangkah, Ratu berbalik lagi seolah menyadari sesuatu. "Tunggu! Siapa kamu sebenarnya?" Ratu bertanya pada Marco.     

"Hamba pengawal menantu Anda, Ratu."     

"Bukan! Bukan itu yang ku maksud. Bagaimana kamu tahu dan bisa mendeteksi bahwa alat itu beracun? Aku saja yang seorang dokter tak bisa langsung mengenali racun itu karena tak berbau dan berasa. Tapi kamu bisa? Kamu tahu, hanya orang tertentu yang bisa mengetahui berbagai macam racun dan efeknya, jadi siapa kamu sebenarnya?" tanya Ratu menuntut jawaban.     

Marco diam tidak tahu harus menjawab apa.     

"Itu bisa dibahas nanti, Mom. Sekarang dia harus pergi denganku," Daniel langsung mendorong Marco keluar tak memedulikan pertanyaan Ratu.     

"Kamu tidak sopan," kata Marco pada saudaranya begitu keluar dari gedung.     

"Kamu lebih milih identitasmu terbongkar?" tanya Daniel.     

Marco mengendikkan bahu. "Toh pengkhianat itu sudah mulai beraksi, jadi untuk apa aku sembunyikan keberadaan ku. Dan ku rasa, dia sudah tahu bahwa Jhonatan masih hidup. Makanya, sekarang dia memulai mengincar kita lagi."     

"Jadi usahaku menyelamatkanmu tadi sia-sia?"     

"Tidak juga, setidaknya karena kamu mengeluarkan ku dari pertanyaan, Mom. Aku jadi tak tertahan lama di sana. Padahal kita kan sedang buru-buru untuk mencari penghianat itu."     

Daniel mengangguk. Setuju dengan ucapan Marco.     

"Kali ini aku yang menyetir," kata Daniel dan langsung masuk ke kemudi.     

"Hubungi WiBi. Suruh mereka menjaga istri dan anak kita. Lalu hubungi anak buahku di Perancis dan cari tahu keberadaan Uncle Paul. Kita harus memastikan, apa ini ulahnya. atau ada yang menyabotase alatnya."     

Marco tak menjawab namun Ia langsung mengambil ponselnya dan melakukan semua yang di perintahkan tadi. Tak sampai lima menit semuanya sudah dia lakukan.     

"Bagaimana?" tanya Daniel beberapa saat kemudian.     

"Nihil, uncle Paul tidak ada di mana pun."     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.