One Night Accident

DANGER



DANGER

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Pauline, are you ok?" tanya Paul panik melihat saudara kembarnya terluka.     

Pauline tidak menjawab, dia hanya bergeser sambil meringis menahan perih di tubuhnya.     

"Pete ..." ucapnya lirih sambil duduk bersandar pada dinding di sebelahnya lalu terlihat mengatur napasnya.     

"Pete yang melakukan ini?" tanya Paul tak percaya.     

"Dia ... gila! Benar-benar sudah tidak waras." Pauline menyahut dengan napas terengah-engah.     

Mendadak saja, Daniel mendobrak pintu jeruji besi itu hingga terbuka lebar dan engselnya terlepas setelah terlebih dahulu melepas rantai yang mengikat Marco. Lalu menghampiri Bibinya yang terlihat menahan sakit.     

"Bibi tidak apa-apa? Bertahanlah, sebentar lagi kita akan keluar dari sini," ucap Daniel cemas.     

Pauline memandang wajah Daniel seksama. "Aku tidak apa-apa."     

Marco tidak bicara dan lengsung membatu melepas ikatan bibinya.     

"Kenapa kalian malah masih di sini?" tanya Pauline, terlihat khawatir.     

"Tentu saja untuk membawa dan menyelamatkan kalian agar selamat keluar dari sini," jawabnya Daniel.     

"Jangan hiraukan kami. Pergilah ... susul Pete segera..." kata Pauline lagi.     

"Kenapa kami harus menyusul uncle Pete, di sini keselamatan kalian yang utama." Marco kini melepas rantai yang mengikat Paul.     

"Kami bisa mengurus diri kami sendiri, sebaiknya kalian segera hentikan Pete, dia berbahaya dan akan melakukan kejahatan." Pauline berteriak panik karena kedua keponakannya malah tidak segera pergi.     

"Bibi ... ada apa sebenarnya? Kenapa uncle Pete menculik kita semua? Apa bibi mengetahui sesuatu?" tanya Marco.     

"Aku ...."     

"Pauline katakanlah ... apa yang terjadi?" Paul ikut khawatir.     

"Pete ... dia sepertinya sedang kumat. Aku ... seharusnya tidak mengabaikan dirinya saat tahu Pete menyukai istri Daniel. Tapi ... setelah tiba di Prancis dia sangat penurut aku pikir semua baik-baik saja. Ternyata itu hanya tipuan, dia ... sedang mempersiapkan sesuatu."     

"Apa?" tanya Daniel yang kini merasa takut ketika Ai masuk dalam pembahasan.     

"Dia menginginkan Ai, makanya dia berusaha menyingkirkan semua yang dekat dengan Ai."     

"Aku mengerti ... pertama-tama dia ingin menyingkirkan Javier dan Jovan karena mereka adalah penghambat utama, lalu paman Pete menculik Paman Paul untuk dijadikan kambing hitam. Lalu saat kita mencari paman Paul, Paman Pete sudah menyiapkan jebakan berupa chip palsu dengan bom di dalamnya. Namun kita selamat dan secara otomatis kita akan mengira bibi Pauline yang ingin melenyapkan kita karena yang menghubungi paman Paul dan mengetahui kode brangkas milik paman Paul hanyalah bibi Pauline. Padahal paman Pete juga pasti tahu mengingat seberapa sering kalian bertiga bersama. Dan ... karena pada akhirnya kita tidak mati, paman Pete mengurung kita semua di sini dan dia menjalankan rencana selanjutnya." Marco menganalisis semuanya.     

"Ini tidak mungkin? Pete bukan seorang perencana, dia tidak akan melakukan sesuatu dengan penuh strategi. Itu bukan gayanya." Paul sangat mengenal adiknya, jika Pete bilang pukul, dia akan memukul. Jika Pete bilang tenggelamkan dia akan menenggelamkannya. Pete tidak pernah memakai strategi, dia selalu frontal dan apa adanya.     

"Kalian boleh percaya atau tidak, Tapi ... pada kenyataannya 20 tahun yang lalu paman Petelah yang sudah membunuhku."     

Daniel langsung melotot sedang Paul dan Pauline terkesiap kaget.     

"Marco ... kamu serius? Kalau kamu tahu paman Pete yang membunuhmu kenapa selama ini kamu diam saja?" tanya Daniel serius.     

"Karena ... walau aku tahu paman Pete pelakunya aku merasa ... itu bukan paman Pete." Marco menatap mereka bertiga dengan pandangan tidak yakin.     

"Apa maksudnya dia Pete tapi bukan Pete?" Paul ikut pusing mendengar perkataan keponakannya yang berbelit-belit.     

"Entahlah ... matanya terlihat berbeda. Seperti ada orang lain yang mengendalikannya."     

"Jangan bercanda mana mungkin orang sekuat Pete bisa dikendalikan orang lain? Kami yang saudaranya saja tidak bisa membuatnya 100% patuh." Pauline tidak percaya.     

"Mau dia dikendalikan atau tidak, kita harus segera mencarinya. Aku khawatir paman Pete sudah bertindak terlalu jauh." Daniel mengkhawatirkan istrinya.     

"Benar kita bahas ini nanti, sekarang kita harus menemukan paman Pete terlebih dahulu." Marco setuju.     

"Aku tahu di mana dia," ucap Pauline.     

"Di mana?" Marco dan daniel bertanya serentak.     

"Astaga ... kalian harus cepat, Pete mengatakan akan pergi ke Cavendish. Dia bilang ingin mengambil wanita yang seharusnya jadi miliknya. Ai ... dia akan menculik Istrimu ...!" Jawaban Pauline dengan panik, membuat tubuh Daniel kaku seketika.     

"Sialan! Kita berangkat sekarang!" Daniel berseru dan langsung berlari mencari jalan keluar.     

"Paman, Bibi tenang saja, aku akan kirim bantuan untuk mengeluarkan kalian dari sini." Marco ikut berlari mengejar Daniel.     

Ternyata sel itu bahkan sudah tidak ada penjaganya. Sepertinya Pete hanya mengurung dan berencana membiarkan mereka mati perlahan karena kelaparan.     

"Aku masih tidak percaya ini. paman Pete benar-benar berniat merebut istriku." Daniel terus berjalan mencari jalan raya terdekat untuk kembali ke Save Security agar bisa menghubungi pihak Cavendish.     

"Aku juga tidak percaya, dulu ... dia sangat melindungiku seperti barang berharga." Marco masih mengingat-ingat masa mereka kecil dahulu.     

Dalam waktu 30 menit akhirnya mereka menemukan jalan besar dan segera memberhentikan taxi. Tentu saja sopir taxi itu awalnya tidak mau berhenti melihat penampilan Daniel dan Marco yang seperti gembel korban perang. Namun Marco dengan santai berdiri di tengah jalan raya, hingga mau tidak mau taxi itu berhenti.     

"Pindah, aku yang menyetir." Daniel membentak sopir taxi itu agar bergeser dan dia yang mengemudi, sedangkan Marco masuk ke bangku belakang. Sepersekian detik kemudian Daniel mengebut dengan kecepatan yang membuat sopir taxi itu ketakutan hingga terkencing-kencing di celana.     

Sampai di Save Security Daniel langsung berlari masuk, melihat masih ada bekas ledakan sebelumnya, namun sepertinya sebagian besar sudah dibersihkan. Dia mengabaikan wajah terkejut anak buahnya yang masih tersisa di sana dan langsung meminta ponsel salah satu dari mereka.     

"Hubungi pihak kerajaan Cavendish," Perintah Daniel.     

"Tidak bisa, kamu yang lebih berwenang. Kamu yang menghubungi kerajaan, aku akan mencoba mencari tahu posisi Ai dan yang lainnya." Marco mengambil terlpon di meja resepsionis dan berusaha menghubungi Ai dan Lizz. Namun ... keduanya tidak bisa dihubungi.     

"Sial ...!" Marco mengumpat kali ini berusaha menghubungi Willy atau Billy.     

"Shittttt." Kali ini Daniel yang mengumpat.     

"Ada apa?" tanya Marco.     

"Pihak kerajaan mengatakan Ai dan Lizz sedang keluar jalan-jalan. Namun sekarang mereka tidak menemukan istri kita di mana pun."     

Mendengar itu wajah Marco langsung memucat. Istrinya juga tidak ada. Seumur hidup belum pernah Marco merasa setakut ini.     

"Reed, siapkan pesawat jet segera." Daniel memerintah.     

"Sediakan baju ganti dan P3K ke mobil dan siapa driver paling handal diantara kalian, sekarang juga antar kami ke bandara dengan cepat," Lanjut Daniel sambil menarik tubuh Marco yang terlihat kacau karena khawatir dengan keadaan istrinya. Daniel hapal, setiap Marco panik dia akan melakukan semua dengan kacau.     

Dengan cepat anak buah Daniel memberikan baju ganti dan P3K ke mobil lalu salah satu dari mereka menjadi sopir dan melesatkan mobil layaknya pembalap profesional.     

"Ganti bajumu, kita tidak bisa membuat keributan dengan penampilan kita ketika melewati bandara." Daniel melepas seluruh pakaiannya tanpa malu, membersihkan darah di tubuhnya dengan asal lalu mengganti baju. Marco dengan wajah masih panik melakukan hal yang sama.     

Keduanya tidak bicara lagi karena sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka baru sempat mengobati luka akibat ledakan ketika sudah berada di pesawat. Namun setelah itu tidak ada yang membahas apa pun lagi. Mereka hanya ingin segera sampai di Cavendish dan memastikan bahwa apa yang mereka takutkan tidak terjadi.     

Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan jika istri mereka ada dalam bahaya apalagi kalau sampai celaka.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.