One Night Accident

PENCARIAN



PENCARIAN

0Enjoy Reading.     
0

***     

Daniel melempar semua barang di dekatnya. Dia benar-benar marah karena sudah kecolongan. Ketika Daniel dan Marco tiba di Cavendish Ai sudah di bawa Uncle Pete entah ke mana. Dia sudah berusaha melacak dan mengejar secepat mungkin, namun hanya mendapatkan mobil yang membawa Ai kosong dan terparkir di dekat hutan serta semua anak buahnya tak sadarkan diri karena terkena gas tidur.     

Daddy dan Mommy-nya pun langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk membantu melakukan pencarian ke seluruh pelosok Cavendish. Bahkan Daddy-nya ikut terjun langsung ke TKP dan berhasil menemukan Lizz yang meringkuk ketakutan di semak-semak.     

Tak jauh berbeda dengan Daniel, Marco juga sangat marah saat dia mendapati Lizz menangis histeris karena trauma melihat semua pengawalnya babak belur. Marco bahkan langsung mendatangkan Vano lagi ke Cavendish karena Lizz yang masih shok melihat pertumpahan darah di depan kedua mata menjadi tak terkendali dan tak bisa di tinggal pergi sama sekali padahal Marco harus membantu Daniel mencari Ai dan si kembar.     

Setelah akhirnya berhasil menenangkan Lizz, Marco menyusul Daniel yang masih marah karena belum ada petunjuk apa pun mengenai keberadaan Ai dan anak-anaknya.     

"Bagaimana?" tanya Marco pada Daniel.     

"Belum di temukan," jawab Daniel mengacak rambutnya frustasi sambil mondar mandir.     

"Ada yang perlu bantuan?" tanya sebuah suara dari pintu.     

"Uncle Paul?" Daniel dan Marco terkejut memandang Paul. Tubuhnya penuh dengan perban dan sebelah tangannya digips dengan kaki kiri yang pincang, sehingga Pauline berjalan sambil menopang di sebelahnya.     

"Hai para keponakan, ku dengar kalian terlambat dan Ai di bawa kabur oleh Pete." Paul menunjuk Daniel masih sempat meledek keponakannya.     

"Uncle, seriuslah sedikit. Istriku hilang." Daniel sedang tidak ingin bercanda sama sekali.     

"Ok ok. Aku bantu," kata Paul duduk di kursi terdekat dan mengeluarkan ponselnya.     

"Bawa kemari komputer kalian." Daniel langsung menyerahkannya.     

"Seseorang berusaha menghancurkan komputer dan ponselku. Sepertinya mereka berpikir nyawaku ada di dalam dua benda itu, dan tanpa mereka aku akan lumpuh. Benar-benar bodoh, Mereka pikir siapa Paul! Berharap aku tak bisa melacak Pete walau chip di tubuhnya terpasang hanya gara-gara sebuah perangkat lunak." Paul mendengus mengejek siapa pun musuhnya.     

"Aku yakin yang melakukannya adalah orang yang tidak ingin Ai di temukan. Tapi siapa pun dia, kelihatannya dia harus kecewa karena aku bisa mengakses keberadaan chip di tubuh seluruh keluarga Cohza lewat komputer mana pun yang aku suka. Aku yang membuatnya, jadi ... aku yang bisa mengendalikan semuanya." Paul mulai membuka laptop di hadapannya.     

Walau sebelah tangannya di gips namun jari-jemarinya tetap lincah. Dengan suara tuts keyboard yang mengisi keheningan dan layar dengan berbagai angka dan kode yang seperti berlompatan, Paul tersenyum dengan bangga dan memutar hasil kerjanya ke arah Daniel. "Ketemu! Hanya butuh beberapa kode dan jaringan luas, maka semua lancar," tambahnya dengan senyuman lebar.     

"Jadi di mana Ai?" tanya Daniel segera karena hanya melihat sebuah titik di sana tanpa keterangan lokasi yang jelas.     

"Saat ini dia berada di Indonesia. Tepatnya di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Kelihatannya ini sebuah pulau pribadi karena hanya ada beberapa rumah di sana," Paul memberikan jawaban panjang.     

"Tunggu bukankah kata paman Chip kalian hanya bisa diakses dalam satu negara?" tanya Marco karena dulu ketika tinggal di indonesia Paul tidak bisa mendeteksi keberadaannya. Kenapa sekarang Pete bisa?     

Daniel sudah berusaha menghack chip di tubuh Pete dan tidak berhasil. Kenapa sekarang dengan mudahnya Paul menemukannya? Apa karena dia yang menciptakan chip itu makanya lebih tahu kelebihan dan kelemahannya.     

Paul kembali tersenyum dengan bangga. "Aku adalah kakaknya Pete, aku tahu adikku berbahaya dan memang selalu senang mendekati kerusuhan. Aku harus bisa memastikan keberadaannya setiap waktu. Jadi ... bukan hanya chip. Aku juga memasang pelacak pada pisau kesayangannya yang akan selalu dia bawa setiap waktu. Pelacak pada benda mati memiliki resolusi lebih baik dan aku bisa mengaksesnya dari mana saja dan berapa pun jauh jaraknya, asal ada satelit. Aku akan selalu bisa menemukannya."     

"Paman kerennnn." Marco benar-benar kagum.     

"Yeah ... aku memang selalu keren." Paul tidak menyangkalnya sama sekali.     

"Cukup dengan penjelasannya, Kita berangkat sekarang," ucap Daniel pada Marco.     

"Aku ikut," Paul berdiri dengan segera.     

Daniel memandang Paul sambil meringis, jika tidak dalam keadaan genting pasti dia sudah tertawa terbahak-bahak melihat keadaan pamannya ini.     

"Tidak usah bercanda. Uncle mending bobo gih, sembuhin kakinya yang pincang dulu," Marco yang menjawabnya dengan nada meremehkan.     

"Keponakan sialan! Sudah dibantu, malah ngatain."     

"Lah? Faktanya begitu. Udah deh, nggak usah lebay. Nggak ada Paman yang bersama kami, pasti Ai juga ketemu kok. Yakinlah ... ponakanmu ini pintar baca peta. Bye ... Kita berangkat dulu, jaga baik-baik rumah jangan sampe kemalingan," lanjut Marco menepuk keras bahu Paul yang terdapat luka hingga membuatnya meringis sakit.     

"Jojo sialan, sakit bego!"     

"Nah, gitu aja sakit. Masih mau ikut menyelamatkan Ai? Emang paman mau jadi dendengnya Uncle Pete?" ejek Marco langsung berlari keluar sebelum mendengar teriakan marah uncle Paul.     

Daniel memukul kepala Marco kesal. "Masih bisa bercanda ya, saat istri aku hilang."     

"Maaf," ucap Marco menunduk saat Daniel menatapnya tajam. Dia tahu tak seharusnya bercanda ketika kakaknya dalam keadaan resah seperti ini.     

"Aku ikut!" sebuah suara menginterupsi.     

'Siapa lagi sih ikut-ikut aja ribet banget sih.' batin Marco.     

"Bibi Pauline? Kalau Bibi ikut, siapa yang menjaga Uncle Paul?" tanya Daniel.     

"Harus ada yang mengendalikan Pete dan itu hanya saudaranya. Yaitu Aku, Paul atau Petter. Petter sedang mengamankan Cavendish dan berusaha menyelidiki siapa saja yang bekerja sama dengan Pete. Paul tahu sendiri keadaannya seperti apa. Jadi ... satu-satunya yang bisa mengendalikan Pete saat ini hanya aku," Pauline menjelaskan.     

"Oke," Daniel langsung masuk mobil tidak mau semakin membuang waktu dengan berdebat tidak penting. Marco mengikuti dan bibi Pauline tak mau ketinggalan. Mereka tak membawa anak buah dari Cavendish atau Cohza karna di Indonesia sendiri mereka sudah punya banyak.     

Setelah perjalanan beberapa jam menggunakan pesawat tempur tercepat yang bisa mereka kendarai sendiri. Mereka bertiga sampai di Indonesia dan langsung menuju arah yang sebelumya sudah ditandai Paul sebagai lokasi tempat Ai dan duo-j di sekap oleh Pete.     

Sedang anak buah Daniel sudah dihubungi sebelum berangkat dan sudah menyebar terlebih dahulu.     

"Jadi di mana posisi pastinya?" tanya Daniel pada salah seorang Reed-nya yang bertugas mengawasi seluruh rumah yang ada di sana.     

Daniel mengendap-endap sambil memandang rumah di depannya yang kata Paul hanya beberapa buah, namun pada kenyataanya hampir ada dua puluh rumah semi permanen yang berjejer seperti sebuah penginapan berada di hadapannya.     

"Kami masih mencari dengan setenang mungkin karena kami tidak mau menimbulkan kecurigaan dan menyebabkan keselamatan nyonya Cohza terancam."     

Daniel mengangguk memahami.     

"Kita menyebar saja agar cepat ketemu." ucap Pauline memberi usul.     

"Aku setuju, yang penting semuanya bawa alat komunikasi dan segera melapor jika menemukan Ai atau duo-J terlebih dahulu. Ingat jangan bertindak gegabah karena yang sedang kita hadapi adalah orang tersadis di keluarga Cohza." Daniel memberi intruksi dan peringatan.     

Marco mengangguk dan semua anak buah Daniel setuju. dengan cepat mereka semua menyebar menyusup ke masing-masing rumah yang sudah ditentukan sebelumnya.     

Daniel menerobos tanpa bersembunyi karna tak sabar. Dia sudah mendobrak tiga rumah dan memeriksa setiap kamar di dalamnya namun tak mendapatkan apa-apa.     

Sementara Marco, sama tak sabaran. Dia juga sudah mulai memasuki rumah ketika lagi-lagi mendapati rumah itu kosong melompong tanpa ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.     

Marco hendak berbalik dan menuju rumah ke empat ketika tanpa sengaja pandangannya tertuju ke jendela di sana. Diluar, dia melihat atap rumah yang menyembul sedikit di antara pohon dan semak yang tinggi.     

Rumah itu terlihat tersembunyi. Dan jika dilihat dari luar rumah di sudut mana pun, maka rumah itu pasti tak akan terlihat. Karena rumah itu hanya terlihat dari jendela yang saat ini ada dihadapan Marco.     

Pantas semua rumah kosong, karena pada kenyataanya seluruh rumah yang berjejer ini hanyalah kamunflase. Marco yakin, Pete ada di rumah yang tersembunyi itu.     

Marco melihat anak buah Daniel yang lain sepertinya masih di rumah berbeda. Tidak mau membuang waktu terlalu lama, maka Marco langsung keluar dan berlari ke arah rumah itu dan mengirim pesan pada Daniel tentang keberadaannya.     

Begitu berhasil melewati semak-semak yang ternyata tidak terlalu lebat itu, Marco mendekati rumah dengan langkah sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara mencurigakan. Seperti dugaan Marco di sana bahkan terlihat ada kamera CCTV. Hal itu makin menguatkan keyakinan Marco bahwa Ai berada di rumah ini.     

Marco memindai sekitar mencari tempat yang aman. Dia berjalan berputar dan mencari area yang tak bisa di sorot oleh kamera CCTV. Begitu yakin dengan posisinya, Marco langsung masuk ke dalam rumah.     

Marco berhasil melompat ke area dapur dan mengendap-endap berusaha mencari kamar yang mungkin berisi Ai dan si kembar.     

"Mencari sesuatu, Jojo?" ucap sebuah suara yang langsung membuat bulu kudunya berdiri. Marco bisa merasakan luapan atmosfir berbahaya dan merasa dadanya sesak seketika. Dia sudah ketahuan. Maka dengan berusaha setenang mungkin Marco berbalik.     

Pete duduk santai dan memegang cutternya dengan seringai tajam.     

'Matilah dia ... Marco bukan tandingannya sama sekali'     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.