One Night Accident

BUKTI



BUKTI

0Enjoy reading.     
0

****     

Ehem ... Dad, sebenarnya dia adalah Jhonathan," ucap Daniel mantap.     

Mendengar itu tubuh Petter menegang seketika.     

"Daniel ...!" Petter memperingatkan anaknya agar tidak bercanda jika menyangkut adiknya Jhonatan.     

"Dia memang Jojo." Pete menambahkan.     

Petter langsung membuka matanya lebar dengan rasa masih tak percaya. Dipandangi Marco dari atas sampai bawah seolah meneliti. "Bagaimana bisa? Kalian tidak mirip sama sekali padahal Kalian dulu kembar identik," ucap Petter masih curiga.     

"Tapi dia memang Jack, Dad. Ini efek samping hormon yang diberikan Mom saat Jack meninggal dulu." Daniel meyakinkan.     

Petter memandang Marco dengan mata menyipit. "Benarkah? Kalau begitu coba buktikan kalau kamu Jack, bisa saja kamu adalah seseorang yang menyamar dan memperdaya Daniel."     

Marco tak tersinggung akan ucapan Daddy-nya. Dari semua keluarga Cohza memang Petter yang paling waspada dan tidak mudah percaya. Tidak heran, Kakek mereka lebih memilih Daddy-nya menjadi pewaris Cohza di banding kedua Kakaknya, Paul dan Pauline.     

Marco tersenyum senang. "Kamu yakin, Dad? Aku tahu beberapa rahasia memalukanmu, lho," ucap Marco dengan kerlingan jahil di matanya.     

"Kau ingin membuktikan dirimu Jhonatan dengan membuka rahasiaku? Silakan saja, karena aku tak punya rahasia untuk di tutupi. Aku orang jujur yang tidak pernah melakukan kesalahan. Jadi sekarang silahkan buktikan padaku kalau kamu benar-benar Jhonatan," tantang Petter.     

"Yakin?" Marco menatap Daddy-nya dengan nada menggoda, tapi Petter memasang wajah datar. Sama sekali tak terpengaruh.     

"Dad memang tak memiliki banyak rahasia tapi ada satu rahasia yang jika Mom tahu, pasti Dad langsung di depak dari kamarnya atau bahkan dari Cavendish." Marco diam menunggu reaksi Petter.     

Petter hanya menyipitkan matanya.     

Marco mengangguk senang karena sepertinya Petter yakin dia tidak memiliki rahasia kelam. "Saat aku berumur enam tahun, Waktu itu kerajaan Inggris sedang mengadakan pesta ulang tahun pernikahan untuk Mom dan Dad. Kemenakan dari Ratu Inggris, Bianca, juga datang. Dia cantik dan sexy." Marco mulai tersenyum melihat wajah Petter sedikit berubah.     

Petter mulai resah. Ia yakin, saat itu memang hanya Jhonatan yang mengetahui rahasia itu.     

"Pada waktu itu aku membuat kesalahan di pesta . Tapi Daniel yang dihukum karena membelaku. Lalu dia jatuh sakit karena menanggung kesalahanku. Aku sangat menyesal hingga mengurung diri di kamar dan akhirnya tidak tahan untuk mengatakan kebenaran dan memberitahu Da bahwa semua itu salahku."     

"Karena aku terus menyalahkan diriku sendiri, akibat Daniel sakit berhari-hari, Dad jadi resah. Makanya, kau menceritakan satu rahasia padaku. Rahasia tentang kesalahan Dad di masa lalu."     

Peter menegang."Okay, sudah cukup, aku percaya kau Jhonatan. Tidak perlu diteruskan!" Petter panik dan langsung memeluk Marco.     

"Selamat datang kembali, Nak. Aku senang kamu baik-baik saja," lanjut Petter menepuk bahu Marco dengan rasa membuncah bahagia.     

"Lanjutkan ceritamu!" Daniel mengernyitkan dahinya dan melempar sorot mata curiga pada Daddy-nya.     

Marco tertawa senang. "Jadi, Dad bilang, bahwa aku tak perlu bersedih karena aku telah berbuat salah. Yang penting, aku sudah mengakuinya dan tidak akan mengulanginya lagi. Bahkan Dad mengatakan bukan hanya aku yang memiliki kesalahan. Ia pun pernah berbuat salah dan kesalahan terbesarnya adalah-- Mmmpphhh!"     

Petter dengan cepat membungkam mulut Marco dengan tangannya. "Sudah! Tak perlu di teruskan!" ucapnya sambil meringis.     

Ia lalu beralih menatap kearah Pete. "Baiklah Pete, karena memorimu sudah terbuka lebih baik beritahu di mana menantu dan cucuku."     

Pete menyipit curiga dan tiba-tiba saja ia memiting dan memojokkan Petter ke dinding.     

"Shit ... apa yang kamu lakukan?" Petter terkunci dan tidak bisa bergerak.     

Daniel dan Marco sudah hendak maju menyelamatkan Daddy nya ketika Pete berkata. "Lanjutkan ceritamu Jojo, aku tak mau ada yang main rahasia-rahasiaan!" permintaan Pete penuh dengan nada perintah sambil mengunci tangan saudaranya hingga tak bisa bergerak.     

"Please don't--" Petter memohon.     

Sementara Pete menatap Marco semakin tajam.     

"U-Oh! O-oke." Marco gugup di tatap seperti itu.     

"Jadi kesalahan terbesar Dad adalah ... Dia making love dengan Bianca saat malam di pesta ulang tahun pernikahannya dengan Mom di Kerajaan Inggris."     

Mendengar itu wajah Pete kembali memerah karena marah bahkna seperti ada asap mengepul dari kedua telinganya karena saking kesalnya. Tanpa peringatan Pete menendang Petter dengan keras, hingga membuatnya memaki karena merasakan sakit di bagian belakang tubuhnya.     

"Fuck! Kenapa kamu menendangku?!" tanya Petter.     

"Kenapa? Berani sekali kamu menghianati Stevanie?!" Pete balas dengan meninggikan suaranya lalu mencengkram kerah baju Petter dan memukul wajahnya berulang kali. Petter tidak melawan karena memang waktu itu dia yang salah.     

"Waktu itu aku mabuk aku bahkan tak ingat apa-apa. Yang aku tahu ... tiba-tiba aku terbangun dengan Bianca di sebelahku."     

Mendengar itu, Pete kembali melayangkan pukulan bertubi-tubi hingga membuat Petter roboh ke lantai. "Jika bukan saudaraku, sudah ku cincang kau!" Pete berseru terengah-engah.     

"Sudahlah Uncle ... itu sudah lama. Dad juga sudah menyesal." Marco berusaha menenangkan Pete.     

"Kalian rela, Stevanie di khianati?" Pete bertanya dengan ekspresi wajah tak percaya. Daniel dan Marco hanya mengangkat bahu.     

"Semua sudah terjadi. Lagi pula, Mom juga sudah tahu dan memaafkan Dad. Jadi ku rasa, kami tak berhak ikut campur." Daniel menyahut santai.     

"Apa maksudmu Mom sudah tahu?" tanya Petter hingga membuatnya langsung terduduk. Jelas saja dia terkejut mendengar penjelasan dari Daniel.     

"Sebenarnya, malam ketika Dad tidur dengan Bianca, Mom sudah tahu dan menangis di pesta malam itu. Aku memergokinya. Tapi ... Mom hanya bilang, aku tak boleh menjadi bajingan seperti Dad dan menduakan wanita saat sudah menikah. Sekarang aku baru paham dengan maksud ucapan Mom waktu itu. Dad ... kamu sudah menghianati dan membohongi Mom dalam waktu bersamaan." jawab Daniel menjelaskan kekecewaannya.     

"Astaga! Aku harus minta maaf dan menjelaskan pada Stevanie," ucap Petter mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tak pernah menyangka kalau istrinya sudah tahu. Bahkan tak pernah mengungkitnya sama sekali. Namun ... Petter memang agak merasa sikap Stevanie berubah setelah itu. Tetapi hanya sebentar. Petter pikir itu akibat kelelahan dan stress dengan beban pekerjaan yang menumpuk. Petter tidak pernah menyangka bahwa itu akibat perbuatannya. Apalagi beberapa hari kemudian Stevanie sudah bersiap biasa saja dan tidak memarahinya sama sekali.     

"Ku rasa sudah terlambat dua puluh lima tahun, Dad." Marco yang menyahut.     

"Lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali." Daniel menimpali membuat Petter mengangguk setuju karena salah satu anaknya tidak terlalu memojokkan dirinya. Malam itu memang hanya kecelakaan tidak sengaja.     

"Pengkhianat tetap saja pengkhianat. Aku benci dengan pengkhianat! Aku tak menyangka, dua saudaraku     

adalah seorang pengkhianat. Kamu tanpa malu menghianati Stevanie, sementara seorang lagi, menghianati keluarganya bahkan memanfaatkan aku sebagai perisai."     

"Apa maksudmu dua?"     

Pete menatap Petter. "Menurutmu? Siapa yang memiliki kemampuan hipnotis sehebat dirimu selain saudarmu sendri?"     

"Pete ... itu tidak mungkin! Diantar 4 saudaraku. Aku, Paul, Pauline dan kamu sendiri. Hanya aku satu-satunya yang mewarisi bakat hipnotis."     

"Berarti kamu salah dan lengah. Karena pada kenyataannya kakak kita memang bisa hipnotis dan dialah penghianat sesungguhnya."     

"Siap?" Tanya Petter.     

"Nanti kamu juga tahu. Sudahlah, kalian akan tetap di sini membahas tingkah penghianat ini atau mencari pengkhianat yang lain?!" Pete melirik tajam ke arah Petter. Ia terlihat masih kesal. Hal tersebut langsung membuat Daniel teringat dengan tujuan utamanya.     

"Jadi ... di mana sebenarnya Ai berada?" Selorohnya.     

"Tidak jauh dari sini." Pete seger aberjalan keluar dari gedung Save Security diikuti Daniel Marco dan Petter yang masih menerka-nerka siapa dari kedua kakaknya yang tega menghianati dirinya?     

Petter selalu berhubungan baik dengan Paul ataupun Pauline.     

Mereka juga selalu terlihat baik dan tidak pernah ada masalah?     

Jangan-jangan ini semua karena ayahnya yang menyerahkan Save Security padanya? Padahal seharusnya kakak-kakaknya yang berkuasa.     

Kalau memang soal kekuasaan. Petter benar-benar merasa kecewa karena hanya demi sebuah kedudukan kakaknya rela menghabisi kelurga sendiri.     

*****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.