One Night Accident

JAVIER



JAVIER

0Enjoy reading.     
0

***     

Marco berguling secepatnya agar tubuh mungil Jovan tidak terkena pecahan kaca. Tembakan yang seharusnya mengenai Jovan telah berhasil Marco hindari. Andai telat sedetik saja, Marco yakin Jovan sudah menghembuskan napas terakhir karena Marco tahu sasaran bidikan itu tepat di jantung dimana hanya butuh beberapa detik untuk membunuh seorang manusia setelah peluru bersarang di sasaran.     

Marco mengembuskan napas lega karna berhasil menyelamatkan Jovan tepat waktu. Dia melihat sudut tembakan dan tak mendapati apa pun di sana. Sepertinya penembak jitu itu langsung pergi begitu selesai menembak.     

Marco berdiri masih dengan waspada. Khawatir ada penembak jitu lain yang masih mengincar. Marco dengan lembut menggendong Jovan yang masih pingsan bermaksud keluar dari kamar itu dan mencari Javier.     

Namun ... kakinya terpaku di tempat.     

Di sana, tepat di sebelah balkon yang dia pijak ada balkon lain di mana jaraknya tak lebih dari lima meter dari balkon yang sekarang dia dan Jovan tempati.     

Bukan balkonnya yang membuatnya langsung pucat pasi atau menegang kaku.     

Tetapi orang yang berada di balkon itulah yang membuat Marco terasa jantungnya terhempas dengan kencang ke dasar jurang.     

Di sana ... ada keponakannya Javier yang masih dalam keadaan terikat. tapi ... Javier diam di sana bukan karena ikatan itu, atau pun karena pingsan.     

Javier diam karna Marco bisa melihat darah yang merembes keluar dari kemeja putih milik ponakannya.     

Tubuh Marco langsung gemetar ketakutan sekaligus panik.     

Tidak! Ini tak mungkin terjadi.     

Marco berlari dan melompat langsung ke balkon sebelah sambil menggendong Jovan.     

Marco menghampiri tempat Javier berada. Setiap langkah yang dia lalui terasa berat dan mencekam.     

Marco langsung terduduk lemas begitu sampai di depan Javier. Dia menurunkan Jovan yang masih pingsan dan mendudukkannya di sebelah Jovan.     

Dengan perasaan takut dan tangan gemetar hebat Marco melepas ikatan di tubuh Javier lalu dia menepuk pipi Javier berusaha membangunkan keponakannya.     

"Javier ... Javier ... bangun sayang ini uncle Marco ... Javier ... bangun ...." Air mata tanpa terasa keluar dari matanya melihat Javier yang tak membuka matanya bahkan tak ada sedikit pun pergerakan dari tubuh kecilnya.     

Dengan dada terasa sesak dan jantung berdebar kencang serta air mata yang tidak berhenti bercucuran Marco memeriksa tubuh mungil yang sudah berlumuran darah itu.     

Marco berusaha memeriksa detak jantung dan denyut nadinya.     

Namun apa yang dia temukan semakin membuat rasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi.     

Detak jantung Javier NIHIL!     

Napas Javier juga NIHIL!     

Jantung keponakannya sudah tak berdetak lagi. Denyut nadinya pun sudah menghilang.     

Marco duduk dengan tubuh lemas. Tidak rela menerima semua ini.     

"Tidak .... ini tidak mungkin ... ini tidak mungkin," gumam Marco menggeleng tak percaya.     

Tapi berapa kalipun Marco memeriksanya Javier tetap diam tak bergerak.     

"TIDAKKKKKK!!!"     

Marco berteriak kencang dengan rasa sakit dan sesak di dadanya. Dipeluknya Javier dan Jovan bersamaan. Dia mengerang seperti binatang yang terluka.     

Marco terus mengumamkan nama Javier di sela tangisnya.     

Dia menyesal dan merasa kalah karena dia sudah gagal, Marco sudah gagal menjaga keponakannya.     

***     

Daniel menatap kepergian Marco dengan perasaan     

aneh. Ia merasa seperti ada yang di sembunyikan     

saudaranya. Tapi sudahlah dia harus segera menemukan     

anaknya dan itulah yang saat ini paling utama.     

Daniel memasuki satu villa dan memeriksa seluruh ruangan di dalamnya. tapi ... tak ada apa pun di     

sana. Lalu dengan cepat dia membawa anak buahnya memasuki villa yang lain, tapi sayangnya villa ke dua pun tidak ada jejak keberadaan manusia sama sekali. Walau semua kamar hingga halaman diperiksa hasilnya tetap nihil.     

Daniel memperhatikan sekitar. Padahal sudah jelas bahwa di semua villa memiliki kamera CCTV. Apakah ini hanya sebuah pengalihan agar perhatian semua orang jadi bercabang.     

Daniel tidak mau memikirkan itu dulu, yang penting dia harus mencari sampai ketemu. Bahkan jika harus memeriksa dan menghancurkan villa itu satu persatu akan Daniel lakukan asal anaknya bisa ditemukan.     

Baru saja Daniel akan meninggalkan     

villa ke dua saat tiba-tiba ada sebuah suara menginterupsinya.     

Daniel menoleh di mana ada sebuah televisi layar datar yang menampilkan wajah Marco dengan     

anak buahnya yang saat itu sedang baku tembak dengan musuh di sebuah villa.     

Tidak membutuhkan waktu lama Marco berhasil mengalahkan musuhnya.     

Daniel tersenyum senang karena adiknya sangat berpotensi dan memang bisa di andalkan.     

Namun ... senyum di wajah Daniel tidak berlangsung lama setelah melihat Marco berbincang dengan seseorang di televisi.     

Penghianat itu ternyata bibi Pauline.     

Daniel bisa melihat wajah kecewa Marco karena memang Pauline adalah bibi yang dia sayangi. Apalagi mendengar percakapan mereka, Daniel ikut merasa amarah menggelar di tubuhnya. Dia ingin menghajar wanita itu hingga menyesal telah dilahirkan ke dunia ini.     

Sekejap kemudian Marco tiba-tiba kebingungan     

karena anak buahnya yang sudah di hipnotis dan tinggal dia     

sendiri.     

Daniel juga terkejut melihatnya. Bukankah Pauline tidak bisa hipnotis? Tapi ... sial ... Pauline menipu mereka selama ini dan menyembunyikan bakatnya untuk mengontrol Pete.     

"Cari tahu, letak keberadaan Marco. Cepat!" teriak     

Daniel pada anak buahnya.     

Daniel hendak berlari mencari keberadaan Marco tapi langkahnya terhenti ketika melihat ke arah layar dan terdapat gambar kedua anaknya yang     

terikat di kursi sebuah balkon yang berbeda.     

Darah di tubuh Daniel terasa terpompa dengan kuat. Apalagi melihat keadaan anaknya yang masih pingsan membuat Daniel semakin panik dan tidak tenang.     

"Boss, Reed 01 ada di villa nomor 5." seorang anak buah     

Daniel berujar.     

Daniel ingin langsung menyusul Marco saat hitungan     

mundur kembali menarik perhatiannya.     

Marco terlihat berlari     

panik ke segala arah sementara hitungan semakin habis disetiap langkahnya.     

Di satu sisi terdapat Javier dan di sisi yang lain Jovan yang     

sama-sama pingsan.     

Daniel merasakan firasat yang sangat buruk. Tidak mungkin ... Marco tidak akan bisa menggapai mereka berdua dalam waktu bersamaan.     

Benar saja ... tidak lama kemudian terdengar suara tembakan dengan peredam yang diaktifkan.     

Marco terlihat berhasil menerjang Jovan dan berguling di lantai. sehingga tembakan itu meleset ke kaca di atasnya.     

Sedangkan Javier.     

Daniel bisa melihat tubuh kecil anaknya tersentak kuat ketika peluru itu langsung menembus jantungnya dan darah segar langsung terlihat merembes ke kemeja putih Javier.     

Seluruh peredaran darah di tubuh Daniel serasa     

berhenti seketika.     

Daniel masih terpaku karena shok. Tidak menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini.     

Tidak mungkin. Ini pasti hanya rekayasa. Apa yang dia lihat pasti hanyalah rekaman yang sudah di edit dan di manipulasi.     

Semuanya hanya palsu.     

Pasti ini hanya vidio yang digunakan untuk membuatnya lemah dan putus asa, pikir Daniel masih mencoba menenangkan diri dan tidak mau percaya sebelum melihat dengan kedua matanya.     

Daniel     

berlari menuju villa tempat Marco berada. Jantung     

berdetak kencang hingga terasa ingin keluar dari dadanya.     

Pada saat yang bersamaan Daniel melihat Marco keluar dari Villa dengan tubuh kaku.     

Marco sedang menggendong     

kedua anaknya di masing-masing lengannya.     

Daniel segera berlari mendekati Marco dengan wajah panik.     

Melihat Daniel mendekatinya Marco langsung     

membuang muka tidak ingin melihat kakaknya kecewa karena kegagalannya.     

Marco tidak sanggup     

mengatakan apa pun pada Daniel.     

Marco hanya menuduk dengan wajah tanpa ekspresi.     

Marco hancur, namun dia tahu kakaknya akan lebih hancur mendapat berita menyedihkan ini.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.