One Night Accident

ANAK KANDUNG



ANAK KANDUNG

0Enjoy reading.     
0

****     

Setelah digiring masuk, Pete dan Petter langsung di persilakan duduk seolah mereka sedang dalam jamuan minum teh.     

"Di mana Ai?" tanya Pete tajam. Sudah tidak sabar ingin mencabik-cabik tubuh Pauline hingga menjadi 12 bagian.     

"Sabar adik kecil, ada pertunjukan yang lebih menarik," kata kakak pertamanya.     

Tak lama kemudian Pauline menyalakan tv layar datar yang sangat besar layaknya layar di bioskop. Setelah itu terlihat gambar Marco yang kebingungan karena semua anak buahnya yang sudah di hipnotis. Lalu hitungan mundur itu dimulai.     

Petter menahan napasnya saat melihat Marco berlari membabi buta berusaha mencapai keponakannya. Sedang Pete mencengkram ujung sofa hingga sobek karna menahan kemarahan. Lalu ketika tembakan terjadi seketika tubuh Pete dan Petter langsung kaku melihat tubuh Javier yang tidak selamat dan jantungnya tertembus peluru.     

Petter menggeram marah. Sedang Pete dalam gerak kilat menerjang Pauline dan langsung memukulnya dengan kekuatan penuh.     

"Dasar jalang sialan!" teriak Pete langsung membanting tubuh Pauline ke lantai dan memberinya bogem mentah.     

Petter juga mengamuk dalam sekali tendang dia merobohkan dua pengawal yang menodongkan pistol kearah Pete karena berusaha menghentikan amukan Pete pada Pauline.     

"Lepaskan Ibuku, atau Ai akan mati!" kata sebuah suara menghentikan amukan Pete dan Peter. Mata Pete membelalak lebar melihat laki-laki di tangga yang berdiri santai dan memegang pistol di tangannya.     

"Kau ... bukankah kau sudah mati?" tanya Pete tak percaya. Dia sudah membunuh Vicky ketika di istana Cavendish beberapa waktu lalu, bahkan dia sendiri yang mengeluarkan jantungnya. Bagaimana mungkin Vicky masih sehat dan berdiri tegak di hadapannya.     

"Aku membunuhmu dengan tanganku sendiri aku bahkan sudah mengeluarkan jantungmu," lanjut Pete masih tak percaya.     

Pauline tertawa keras sekaligus menahan kemarahan, dengan cepat dia lalu bangun, lalu sebelah tangannya dengan santai mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Pauline berjalan menuju laki-laki tersebut.     

"Adik-adikku perkenalkan, ini Victor saudara kembar dari Vicky anak kandungku," kata Pauline menambah keterkejutan mereka.     

"Kau sudah membunuh Vicky dengan kejam dan aku pastikan kamu akan menerima akibatnya. Namun sebelum aku membuatmu jadi anjingku lagi. Aku akan tunjukkan padamu apa itu kekejaman yang sesungguhnya," lanjut Pauline menunjuk murka pada Pete.     

"Kau memiliki anak?" tanya Peter tak percaya. Sedang Pete masih mencerna semuanya. Selama ini Pauline tidak pernah terlihat dekat apalagi kencan dengan lelaki manapun. Bagaimana mungkin dia bisa punya anak?     

"Kenapa? Kau kaget adik kecil? Kau bukan satu-satunya keturunan Cohza yang memiliki pewaris." Pauline mengejek ke araqh Petter.     

"Kenapa kau tak memberitahu kami?" tanya Petter.     

"Untuk apa? Agar kalian bisa menyingkirkan anakku seperti kalian semua membuat suamiku meninggal?"     

"Kamu punya suami? Siapa? Kapan kalian menikah? Kenapa kami tidak ada yang tahu?" Petter masih mencerna semua itu.     

"Ya, aku menikah dan aku tidak memberitahu karena aku tahu kalian akan melenyapkan anakku kalau sampai kalian tahu siapa ayah dari anakku."     

"Kami ... tidak mungkin melakukan itu," bantah Petter.     

"Benarkah? Apakah kamu yakin? Bagimana kalau orang yang ku nikahi ternyata adalah seorang Smith."     

"Smith? Pemilik aliansi pembunuh bayaran?" Petter terkejut. Smith adalah musuh bebuyutan keluarga Cohza sejak dari nenek moyang mereka. Bagaimana mungkin Pauline bisa menikah dengan seorang Smith?     

"SMITH ...!" teriak Pete semakin marah. "Kau menikahi keturunan penghianat? Pantas sekarang kau jadi penghianat!" cerca Pete miris.     

"Apa yang kau tahu soal penghianat adik kecil? Selama ini hidupmu hanya terpusat pada keluarga Cavendish dan melakukan pembunuhan dan pembunuhan!" Pauline tersulut emosi.     

"Itu karena kau menghipnotisku, bangsat!" teriak Pete marah. Teringat lagi dua puluh dua tahun hidupnya berada di bawah kendali seorang wanita iblis. Dia hanya boneka berjalan yang mengikuti setiap perintah tuannya.     

"Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Kenapa kamu ingin menghancurkan keluarga sendiri?" tanya Petter masih belum tahu apa keinginan Pauline hingga tega menghabisi keluarganya.     

"Kenapa tidak kamu tanyakan pada istrimu? Dia tahu apa yang aku inginkan, namun ... dia tidak mau memberikannya. Jadi ... salahkan saja dia karena tidak menuruti keinginanku."     

"Apa? Aku tidak mengerti yang kamu bicarakan?" Petter semakin bingung karena Pauline membawa-bawa istrinya dalam permasalahan ini. Adakah yang disembunyikan Stevanie darinya?     

"Suamiku Smith menderita kangker otak. Kamu tahu ... dia adalah lelaki yang sangat tampan, gagah dan berkharisma serta memiliki kemampuan tinggi. Siapa yang menyangka dia akan terkena penyakit seperti itu?" Pauline menerawang, membayangkan suaminya yang begitu dia cintai.     

"Ketika aku jatuh cinta padanya aku tidak tahu dia seorang Smith, dan ketika aku mengetahuinya hatiku sudah tidak bisa berpaling. Ayah menentang keras ... bahkan mengirimku ke kamp militer untuk mendisiplinkan diriku dan agar aku tidak lagi berhubungan dengannya. Paul tahu ... tapi dia bahkan hanya menonton."     

"Karena kejadian itu, kepercayaan ayah padaku turun drastis. Aku dipaksa masuk CIA, lalu menetapkan dirimulah yang akan menjadi pemilik Save Security. Kamu tahu ... kamu sama sekali tidak pantas, karena seharusnya akulah yang memegang kendali penuh atas SS."     

"Kamu tahu aku tidak menginginkan SS sama sekali." Petter menjawab.     

"Yeah ... mirisnya apa yang kamu dapatkan tidak 100% kamu inginkan. Sedangkan aku menginginkan tapi tidak bisa mendapatkan. Tidak apa-apa. Aku mengalah karena bagiku keluarga adalah segalanya."     

"Sayangnya kebaikanku sepertinya tidak membuat kalian menganggapku berharga. Aku bertemu lagi dengan Smith dan menikah secara diam-diam. Aku sangat bahagia, apalagi setelah kedua anakku lahir. Aku tidak peduli siapa yang memilik SS atau siapa yang akan berkuasa atas suatu negara. Aku bahagia dengan keluarga kecilku."     

"Tapi aku lupa satu hal. Smith dan Cohza bermusuhan sejak lama. Hubunganku dengan Smith diketahui oleh Paul. Awalnya aku tidak khawatir karena aku tahu Paul menyayangiku lebih dari siapa pun. Aku pikir asal aku bahagia dia juga akan bahagia. Tapi, Aku salah ... Paul membocorkan itu pada ayah dan tentu saja ayah segera mengirim orang untuk melenyapkan Smith. Untung suamiku berhasil menghilang membawa serta kedua anakku."     

"Aku tidak bisa mencari mereka karena aku dikurung dan diawasi full 24 jam."     

"Lalu ... kamu menikah dengan Stevanie. Aku berusaha menerima semua takdirku. Aku bahkan menyayangi Daniel dan Jhonathan layaknya anakku sendiri. Asal kamu tahu ... awalnya aku memang benar-benar menyayangi mereka dengan sepenuh hati. Hingga 3 tahun berlalu dan aku mendengar kabar itu."     

"Suamiku kembali datang. Kali ini bukan untuk mengajakku tinggal bersamanya, tapi untuk menyerahkan Vicky dan Victor agar aku menjaga mereka. Suamiku ... menderita sakit parah dan diperkirakan tidak akan tertolong lagi."     

"Hari itu, aku datang pada Stevanie dan memohon padanya agar mengobati Suamiku. Dia bilang akan membantuku. Tapi ... istrimu itu pembohong ulung. Bukan mengobati suamiku justru dia malah MEMBUNUHNYA." Stevanie berteriak dengan air mata meleleh di pipinya.     

"Tidak mungkin! Stevanie bukan orang seperti itu."     

Pauline tertawa terbahak-bahak. "Kalau bukan Stevanie yang membunuh suamiku lalu siapa? Satu jam setelah Stevanie menyuntiknya, suamiku tidak sembuh. Tetapi langsung meninggal dunia. Stevanie ... memberikan suntik mati padanya." Pauline menendang meja karena kesal hingga berguling.     

"Istrimu ... membunuh orang yang aku cintai di depan kedua mataku. Maka aku, akan membuatnya kehilangan orang yang dia sayangi satu persatu."     

"Aku masih tidak percaya, pasti ada kesalahan di sini." Petter mengenal istrinya dengan baik, dia tidak bermain-main dengan pasien.     

Pauline berbalik dan kembali memegang remote. "Aku tidak peduli, yang jelas suami dan anakku sudah mati, dan sebaiknya kalian siapkan diri untuk menonton pertunjukanku selanjutnya," ungkap Pauline senang.     

"Tapi sebelumnya kita sedang menunggu satu orang lagi untuk bergabung dengan kita." Baru saja Pauline selesai bicara tiba-tiba pintu villa terlempar masuk karna di tendang Daniel dengan sangat kencang.     

Semua mata langsung tertuju ke arah suara. Tapi baru kakinya masuk beberapa langkah matanya terbelalak lebar karena terkejut. Bukan karena Daddy-nya dan Uncle Pete yang sedang duduk dan di todong pistol dari berbagai arah tapi seseorang yang berdiri di tangga dan orang di sebelahnya yang mirip pengawal Mommy-nya.     

"Bi ... bi ... Pauline ...?! Vicky ?" tanya Daniel tak percaya.     

"Ah ... pemeran utama kita sudah datang kau tepat waktu Daniel!" teriak bibi Pauline senang.     

"Ba ... bagaimana bisa?" tanya Daniel masih tak percaya dia bahkan menurut saat di giring duduk ke sebelah Daddy-nya dan Uncle Pete.     

Mengabaikan keterkejutan Daniel, Pauline berkata. "Yap ... karena semua sudah lengkap sekarang kita bisa memulai pertunjukan kedua tapi sebelum itu ..!" Pauline mengkode anak buahnya mengikat mereka bertiga.     

"Well, aku tak mau mengambil resiko kamu menerjangku lagi adik kecil," kata Pauline pada Pete.     

Pete hanya menatap Datar sedang Daniel masih mencerna keberadaan Vicky di sana.     

"Kalian siap menghadapi penderitaan yang sesungguhnya?" tanya Paulin basa basi pada ketiga orang di depanya.     

Mereka semua bungkam dengan wajah tegang dan menahan marah. Ketiganya berusaha mengontrol emosi agar tidak meledak sebelum Ai di temukan.     

"Yah. Siap tidak siap kalian akan tetap melihat ini." kata Pauline tersenyum lebar. Klik TV di depan ketiga orang itu menyala dan gambar di dalamnya membuat ketiga pria itu langsung tegang karena menanti apa yang akan terjadi.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.