One Night Accident

MATA DIBALAS DENGAN MATA



MATA DIBALAS DENGAN MATA

0Enjoy Reading.     
0

***     

Daniel tidak punya waktu membantu Pete atau Petter yang sedang melakukan pertarungan antar pikiran dengan Pauline.     

Daniel segera berhadapan dengan Victor agar tidak mendekati mereka. Jadi ... ruangan di rumah itu sekarang benar-benar sudah tidak berbentuk karena hancur lebur akibat perkelahian yang terjadi.     

Daniel melawan Victor tanpa basa basi. Walau awalnya Daniel tidak menyangka bahwa ternyata Victor juga jago bela diri tapi Daniel tahu dia masih selangkah lebih baik. Walau beberapa kali Daniel terkena pukulan dan tendangan darinya, namun Daniel selalu bisa membalasnya kembali.     

Ternyata memiliki Ibu seorang mantan anggota CIA memang sangat berpengaruh. Terbukti Victor memiliki beberapa teknik beladiri yang berbeda-beda dan cenderung aneh. Tapi jangan remehkan Daniel. Kemampuan seperti Victor yang bagi orang lain sangat hebat, baginya hanya biasa saja.     

Karena Daniel sedang tidak ingin main-main dia segera mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Terbukti Daniel berhasil menang telak dari Victor hanya dalam kurun waktu lima menit.     

Victor sudah babak belur dan terkapar tak berdaya di lantai. Lalu dengan santai Daniel mengambil sebuah pisau. Pauline sudah mengeluarkan janin Ai dengan paksa maka tanpa berkedip Daniel menusuk perut Victor hingga membuat matanya terbelalak lebar lalu menyayat hingga menimbulkan garis panjang dan tidak lama kemudian ususnya terburai keluar dengan aroma menjijikan.     

Lalu Daniel meraih sebuah pistol dari salah satu anak buah Pauline yang tergeletak tak bergerak. Dan dengan wajah dingin ia menginjak     

dada Victor yang sudah megap-megap semakin kesulitan bernapas karena meregang nyawa.     

Daniel menatap Victor sinis denagan ujung pistol yang ia arahkan di kepala Victor.     

"PAULINE!" suara Daniel membahana dan memecah konsentrasi Pauline yang masih berusaha menghipnotis Pete.     

Pauline melihat ke arah Daniel dan langsung terasa shok setelah melihat kondisi Victor. Perutnya terbelah dan kini matanya menatap pistol di tangan Daniel yang diarahkan ke kepala anaknya.     

"Jangan berani melakukan itu atau kau akan menyesal!" jerit Pauline mencoba mengancam.     

Pauline sudah kehilangan Smith, dia juga sudah kehilangan Vicky, mana mungkin dia sanggup kalau harus kehilangan Victor. Anaknya dan peninggalan berharga dari suaminya.     

Daniel mengangkat sebelah alisnya dan menyeringai senang lantaran melihat kepanikan yang sedang melanda Pauline.     

"Kamu ingin aku mengampuninya?"     

"Mimpi saja sana." Daniel mulai menarik pelatuk. Pauline dihinggapi rasa panik tak terkira.     

Daniel menatap Pauline dengan wajah kejam tanpa ampunan. "Mata dibalas dengan mata. Kau sudah beranj membunuh anakku, jadi sekarang giliran ku menghabisi anakmu."     

Seringai kemenangan Daniel terasa mencabut napas dari Pauline.     

DORRRRRR...!     

Dengan wajah puas, Daniel memecahkan tengkorak Victor di hadapan Pauline.     

"Apakah menurutmu itu sudah cukup? Tentu tidak! Kita belum impas!" Daniel menghampiri Pauline yang masih shok melihat anaknya benar-benar mati.     

"Sekarang giliranku membalaskan dendam istriku!" Daniel langsung menyerang Pauline dengan sangat brutal.     

Sementara Pete masih berusaha menyadarkan dirinya sendiri dari pengaruh hipnotis Pauline tentu saja dengan bantuan Petter.     

Daniel mengamuk seperti kerasukan Iblis, Pete dan Petter membiarkannya saja. Bagi mereka, itu adalah hak Daniel, karena Pauline sudah membuat keluarganya menderita.     

Pauline yang harusnya bisa mengimbangi serangan Daniel, kini benar-benar kewalahan dan kehilangan banyak konsentrasi.     

Pertama, karena dia shock melihat Victor tewas sama mengenaskan seperti Vicky di depan matanya. Dan kedua, karena saat itu Daniel tak mengurangi sedikit pun kemampuannya dalam bertarung, seperti saat mereka biasa latihan. Apalagi ditambah kemarahan besar karena Pauline sudah membuat celaka istri dan anaknya.     

Satu pukulan kembali mendarat di wajah Pauline hingga terlempar ke samping. Belum seimbang Daniel menarik tubuhnya dan membantingnya keras ke atas meja.     

Pauline terbatuk dan memuntahkan darah segar, dia berguling menghindar ketika Dnaiel hendak menginajaknya. Namun ... baru Pauline berdir sebuah tendangan sudah membuatnya limbung kembali.m dan sebelum dia berdiri tegak satu pukulan mendarat tepat di ulu hati Pauline.     

Pauline kembali memuntahkan darah, lalu satu tendangan keras berhasil membuatnya tergeletak tak berdaya di lantai.     

Daniel kembali mengambil pistolnya lagi dan kali ini mengarahkan moncongnya tepat ke kepala Pauline.     

"Pergilah ke neraka!" ucap Daniel inging langsung menghancurkan kepalanya.     

Tapi sebelum itu terjadi dengan cepat, Pete merebut pistol yang ada di tangan Daniel.     

"Apa-apaan?!" Daniel membentak tidak terima karena dihentikan saat terakhir.     

"Dnaiel sebaiknya kamu cari Ai dan selamatkan dia." Petter memerintahkan.     

"Benar, cari Ai. Soal pengkhianat ini. Biar aku yang mengurusnya!" Pete berujar meyakinkan.     

Matanya melirik lekat kearah Pauline yang sudah tergeletak dengan wajah dan tubuh babak belur.     

Sesaat Daniel ragu, khawatir mereka akan membebaskan Pauline dari hukuman mati. Tetapi ketika Petter mengangguk lagi dan meyakinkan akhirnya Daniel mengalah dan mulai berlari menaiki anak tangga mencari keberadaan Ai.     

Selepas kepergian Daniel, Pete tak bisa menahan seringai senang di wajahnya. Ekspresi wajahnya sekilas terlihat seperti bocah yang mendapatkan hadiah yang paling ia impi-impikan seumur hidup.     

Dengan wajah cetah bahagia Pete mengeluarkan kembai pisau lipat kesayangannya. "Permainan kita belum berakhir Pauline."     

Pete bersuara seperti desisian ular berbisa. Ujung pisau sangatlah tajam dan pisau kesayangannga itu paling suka menggores daging penghianat. Walau bibir Pete tersenyum namun kedua matanya kini memancarkan ekspresi yang bisa membuat siapa pun melihatnya pasti akan bergidik ngeri. Tidak terkecuali kakaknya Pauline yang sebentar lagi akan dieksekusi.     

"Mari kita bersenang-senang!" Pete mencengkram rambut Pauline, lalu menyeretnya dengan santai menuju sebuah kamar dengan tawa bahagia.     

Pada akhirnya ... kemarahan yang ia tahan selama dua puluh dua tahun, akan segera terlampiaskan.     

Ketika Pete asik dengan mainanya. Daniel berlari cepat menuju setiap ruangan di rumah itu. Dia membuka semua pintu kamar berharap menemukan tempat Ai di kurung.     

Setelah mengobrak-abrik setiap kamar akhirnya Daniel menemukan Istrinya.     

Wajah Daniel memucat dengan hati hancur lebur ketika Ia melihat Ai yang berada di atas ranjang Dalma keadaan menyedihkan.     

Kedua mata cantii terpejam, tangannya terikat, bajunya sobek tak berbentuk dan yang paling parah adalah warna merah yang berasald Ari darah Aj yang di biarkan melumuri seluruh kaki dan seprai di bawahnya.     

"Aku mohon jangan lagi," bisik Daniel dengan jantung yang seperti akan lepas.     

Daniel berlari menghampiri dan langsung mengecek denyut nadi istrinya. Walau lemah, tapi Daniel bisa merasakan kalau nadinya masih berdenyut.     

Dengan cepat Daniel melepas ikatan yang memenjarakan kedua tangan istrinya. Lalu menyelimuti Ai dengan sprai dan menggendongnya.     

Ketika hendak pergi Daniel melihat tabung di atas meja. Dadanya semakin sesak melihatnya. Itu adalah janin yang seharusnya menjadi anaknya.     

Dengan kesedihan teramat dalam Daniel mengambil tabung itu dan mendekap Ai di dadanya lalu membawanya turun dengan berlari secepat mungkin mencari pertolongan.     

"Dad, kita ke rumah sakit! Sekarang!" teriak Daniel pada Petter saat mulai menuruni anak tangga dengan setiap rasa takut menghapirinya.     

Petter mengangguk dan mengikuti Daniel berlari ke luar. Mencari mobil terdekat untuk segera membawa Ai ke rumah sakit terdekat.     

Petter masuk mobil dan memegang kemudi begitu Daniel sudah membawa Ai masuk di bangju belakang. Dengan kecepatan maksimum Petter melajukan kendaraan itu seperti sedang dikejar setan.     

Mereka sudah tak memedulikan apa yang dilakukan Pete pada Pauline. yang jelas jeritan kesakitan Pauline memenuhi seluruh rumah.     

Setiap teriakan terdengar bersahutan dengan suara tawa Pete yang sangat senang.     

Psycopath sedang bermain.     

*****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.