One Night Accident

KENTUT SANG RATU



KENTUT SANG RATU

0Enjoy Reading.     
0

****     

"Sial ... apa lagi ini?" Marco yang sedang menuju pesawat tiba-tiba dihadang beberapa orang yang sudah jelas adalah musuh. Karena begitu mobil mereka berhenti serentetan tembakan langsung menghujani Marco dan anak buahnya.     

Jika dalam kondisi biasa maka Marco akan dengan senang hati meladeni mereka. Akan tetapi hari ini berbeda. Marco dikejar waktu dan akan membahayakan Javier jika dia terlalu lama tertahan di sana.     

Marco mengeluarkan senjata api di dekat kakinya. Tidak tanggung-tanggung dia langsung mengisi penuh peluru dan melawan mereka dengan tembakan balasan. Seketika musuh berlindung ke balik mobil masing-masing. Namun bebrapa detik kemudian musuh kembali membalas membuat Marco kualahan karena jumlah peluru yang terbatas.     

Seluruh kaca mobil sudah berserakan karena hancur tertembus peluru. Marco hanya bisa mengumpat kesal dan berusaha membuat musuh tidak bisa melewati pertahannanya. Karena di belakang mobilnya masih ada mobil anak buahnya yang membawa Jovan.     

Javier sudah celaka, Marco tidak akan membiarkan orang lain menyentuh keponakannya lagi walau hanya seujung rambut.     

"Bagaimana kondisi di belakang?" tanya Marco lewat alat komunikasi yang dimiliki para anggota Save Security.     

"Kita kekurangan persenjataan."     

Mendengar jawaban para Reed, Marco kembali mengumpat. "Gunakan peluru dengan baik, bidik seakurat mungkin. Dan bawa Jovan mundur ke tempat yang lebih aman," perintah Marco.     

"Baik ... salah satu dari kami akan mengamnakan Pangeran Jovan, selebihnya akan menahan mereka agar anda juga bisa pergi."     

Marco paling tidak suka mengorbankan anak buah. Tapi ini kondisi darurat dan dia harus lari atau Javier dan Jovan akan celaka.     

"Hati-hati, aku akan segera kirim bantuan." Marco kembali mengisi peluru terakhirnya dan bersiap.     

Belum sempat Marco menarik pelatuk tiba-tiba dari arah berlawanan muncul dua mobil yang langsung menerjang ke arah orang-orang yang tadi menembakinya. Marco terdiam mencerna bantuan yang datang tiba-tiba. Dia tadi sudah berniat kabur seperti pengecut dan meninggalkan semuanya. Namun kedatangan dua pria inocent yang langsung menembaki musuh sehingga mereka bahkan tidak punya waktu untuk sekedar membidik. Benar-benar menyelamatkanya.     

Willy menoleh ke arah Marco. "Pergilah ... mereka bagianku," ucapnya dengan wajah berbinar senang.     

Marco tidak menjawab dan langsung mengemudikan mobilnya menuju pesawat yang sudah tersedia. Willy dan Billy mungkin memiliki wajah imut seperti aris korea, kemampuan berkelahi yang standart di Save Security, Namun ... soal menembak. Mereka adalah duo yang paling ditakuti. Karena bahkan dalam keadaan mata tertutup mereka bisa menmbak sasaran dengan akurat.     

Marco sudah bisa membayangkan semua yang ada di sana tidak akan selamat.     

****     

Berkat duo Wibi akhirnya Marco tiba di Cavendish tepat waktu. Ia langsung memasuki pusat laboratorium di kerajaan Cavendish. Tanpa memedulikan penampilan dan pandangan orang-orang yang menatapnya aneh, Marco mengabaikan beberapa penjaga dan langsung menerobos sambil berlari ke arah laboratorium Ratu.     

BRAKKKKK.     

Tanpa memedulikan sopan santun, Marco mendobrak kencang ruangan yang di tempati khusus oleh Ratu.     

"Tolong segera selamatkan dia!" Marco langsung meletakkan Javier di hadapan Ratu yang tersentak kaget melihat keadaan cucunya yang mengenaskan.     

"Apa yang terjadi?" otomatis Stevanie memeriksa denyut nadi cucunya dan wajahnya langsung pucat pasi karena tidak merasakan apa pun.     

"Tak ada waktu untuk bertanya. Cepat berikan obat. Suntikan atau hormon apa pun yang dulu pernah Mom suntikkan padaku. Bangkitkan Javier seperti Mom membangkitkanku dulu!"     

"Apa maksudmu?!"     

"Mom, aku Jhonatan Cohza Cavendish. Aku masih hidup. Ku mohon, hidupkan Javier seperti Mom menghidupkanku!" jelas Marco kepada Ratu.     

"Jhonatan? Jangan bercanda?" Stevanie paling tidak suka ada orang berani menggunakan nama anaknya.     

"Pengawal ... singkirkan orang ini." Perintah Stevanie mutlak.     

Mendengar teriakan Ratu dari dalam laboratorium para pengawal segera masuk.     

Marco mengerang pelan dia berfikir cepat bagaimana caranya membuat Stevanie percaya dan Javier segera di tangani.     

"Stop." Marco mengangkat tangannya tanda menyerah sebelum pengawal menangkapnya paksa. Namun sedetik kemudian Marco menghirup napas dan mengeluarkan pelan seolah sedang menyiapkan diri untuk menyampaikan sesuatu yang berat.     

"Mom pernah melakukan jamuan kerajaan dan di saat jamuan makan malam Mom tak sengaja kentut, tapi karena malu, Mom mengatakan aku yang buang angin karena waktu itu usiaku baru empat tahun. Jadi semua orang memakluminya, padahal bukan aku pelakunya!" Marco membongkar aib Ratu, agar Beliau percaya ia adalah Jhonatan.     

Ratu ternganga lebar. Seumur hidup itu memang aibnya yang paling memalukan. Waktu itu dia sedang agak kembaung karena cuaca yang sangat dingin. Perutnya terus bergejolak, Stevanie sudah izin ke toilet dua kali dan akan menimbulkan kekhawatiran jika dia terus bolak balik ke toilet. Makanya dia berusah menahannya. Namun malang tak dapat di cegah, perutnya terasa berputar-putar tidak karuan dan akhirnya keluarlah gas laknat dengan suara kencang. Tentu saja hal itu langsung menarik perhatian para pejabat dan tamu kehormatan yang sedang melakukan jamuan. Karena tidak mau mendapat malu Stevanie langsung pura-pura menoleh ke arah anaknya seolah-olah menegur Jhonathan karena melakukan hal yang tidak sopan.     

Stevanie membuka dan menutup mulutnya tidak tahu harus berkata apa. Selain karena malu banyak pengawal yang mendengar perkataan Marco, tapi juga terkejut sekaligus terharu, bahwa Jhonatan masih hidup.     

"Kalian semua keluar," perintah Ratu dan para pengawal itu langsung menyingkir, menyisakan Marco yang menghembuskan napas lega dan Stevanie yang langsung bercata-kaca menahan tangis.     

Sejak Marco muncul Stevanie selalu merasa Marco bukan orang asing dan entah kenapa Stevanie selalu senang melihatnya. Ternyata ....     

"Jhonatan? Kamu benar-benar Jhonatan? Astaga! Mom tak percaya ini ...," ucap Ratu dengan menutup mulutnya dan menangis terharu. Lalu Ratu dengan cepat memeluk Marco erat.     

"Mom selalu yakin kamu masih hidup dan akan kembali. Mom sangat menyayangimu. Mom--" sang Ratu tak mampu menyelesaikan kata-katanya karena tangis haru yang menyelimutinya.     

"I love you too, Mom." Marco balas memeluk Ratu sama eratnya. Rasa rindu di dadanya perlahan keluar. Tapi, bukan ini yang terpenting sekarang. Dengan perlahan Marco melepas pelukan Ratu dan mengusap air matanya.     

"Aku sangat menyayangimu, Mom. Tapi sekarang bukan itu yang utama. Kita harus segera menyelamatkan Javier," ucap Marco mengingatkan.     

Ratu mengangguk dan mengusap air matanya lagi, dengan sayang Ratu mencium kedua pipi Marco lalu berbalik menghadap Javier. Ratu akan berbicara banyak dan menanyakan semuanya kepada Jhonathan tentang kehidupannya selama ini. Namun ... itu bisa menunggu. Saat ini keselamatanm cucunya yang utama.     

"Siapkan serum 1873C24 dan 658w6 sekarang!" Ratu berseru lantang kepada para asistennya.     

Semua orang bergerak cepat mengejar waktu, namun proses itu sendiri memakan waktu yang tidak sebantar.     

Marco yang penasaran tentang zat berhasil menghidupkan dirinya tentu saja mengikuti semua prosesnya, karena ingin tahu apa saja yang dulu disuntikkan ke dalam tubuhnya hingga dia jadi seperti ini.     

Selama 12 jam mereka habiskan waktu di ruang operasi. Menunggu hasil nyata yang dulu pernah terjadi pada Marco. Tetapi hormon itu tak bekerja seperti yang diharapkan. Kedua mata Javier tetap terpejam. Marco frustasi mengingat apa saja yang dilakukan untuk membangkitkan Javier. Bahkan ia sempat merendam Javier di air mineral murni, sama seperti saat dia menyembuhkan lukanya.     

Sayangnya semua usaha mereka tetap saja gagal. Javier tetap tidak terselamatkan.     

Marco melihat tubuh pucat keponakannya yang dia sayangi dan manjakan selama ini. Marco menunduk merasa sudah gagal.     

Sepertinya Jhonathan memang hanyalah percobaan yang kebetulan berhasil.     

***     

3 HARI KEMUDIAN     

Marco memandang gundukan tanah di depannya dengan perasaan campur aduk. Semua keluarganya sudah meninggalkan area pemakaman pribadi tersebut. Daniel tak datang karena tak sanggup melihat wajah Javier yang akan di masukkan ke liang lahat. Kakaknya kembali menjadi pribadi yang tertutup dan lebih dingin dari sebelumnya. Yang dilakukannya setiap hari, hanyalah duduk di ruang rawat dan menunggu Ai tersadar dari koma.     

Marco menatap kembali makam kecil itu dengan pilu. Ia masih berharap keajaiban terjadi. Tapi hingga sore hari kembali merayap, makam itu tetaplah utuh. Sebuah makam tanpa ada tanda-tanda bocah kecil yang berusaha keluar dari dalamnya.     

"Marco." LiZz mengulurkan tangannya mengajak suaminya kembali ke Kerajaan.     

Marco menyambutnya perlahan dan tersenyum tipis. Ia tak mau kesedihan di dalam dadanya membuat istrinya khawatir. Mereka berjalan dalam diam menuju Kerajaan, tapi langkah Marco terhenti saat melihat seorang Maid sedang bekerja di kebun. Matanya memandang apa yang di kerjakan Maid itu dengan seksama.     

"Mungkinkah? Mungkinkah itu jawabannya?" Marco membatin seolah dia baru menemukan kunci yang selama ini hilang.     

"Beb, kamu masuk dulu. Aku akan segera kembali. Ada yang harus aku urus sebentar," kata Marco. Begitu Lizz terlihat melangkah menuju lorong Kerajaan. Lizz hanya mengangguk dan menyaksikan Marco berlari keluar lagi.     

Dada Marco berdebar dengan harapan baru. Dia berharap memang inilah rahasia kecil yang bisa membangkitkan Javier.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.