One Night Accident

SADAR



SADAR

0Enjoe Reading.     
0

***     

Daniel tersentak kaget saat ada air mata yang turun dari kedua mata Ai.     

"Apa yang kamu rasakan disana, Tweety? Bukalah matamu dan bagilah deritamu denganku," Daniel berbisik sambil menghapus air mata Ai. Lalu mengecup dahi Ai yang masih betah tertidur.     

Sudah satu bulan dan belum ada tanda-tanda Ai akan membuka matanya. Daniel setia menunggui Ai, yang bahkan tak mempedulikan penampilannya lagi. Wajahnya terlihat kusut dengan pipi yang semakin tirus.     

Daniel hanya makan dan mandi ala kadarnya. Itu pun semua ia lakukan di kamarnya yang sudah disulap seperti ruangan pada rumah sakit. Dia bahkan tidak peduli dianggap nista yang dia tahu, ia hanya mau di dekat Ai.     

Memandang wajahnya setiap saat dan tidur di sebelahnya setiap malam.     

Daniel menggenggam tangan Ai lembut dan mendaratkan kecupan penuh kasih sayang. Mengucapkan kata-kata cinta yang tak terhitung banyaknya.     

"Daniel ..." Daniel mengangkat wajahnya lalu memandang Ai tak percaya. Apa Ai barusan memanggil namanya?     

Daniel bisa melihat mata Ai terbuka dan dengan suara lirih dia memanggil-mangil namanya.     

"Tweety aku di sini." Daniel menuduk dan mengusap wajah Ai karena bahagia istrinya akhirnya membuka mata.     

"Daniel ... Daniel ...!"     

"Sayang ... aku di sini, lihat ... ini aku." Daniel bingung ketika Ai terus memanggil namanya tapi tidak menghiraukan perkataan Daniel. Seolah-olah Ai memiliki dunianya tersendiri.     

"Ai ... ini aku Danie ... lihat ke sini tweety."     

Ai tetap tidak menghiraukan Daniel lalu suaranya semakin lirih dan matanya tertutup lagi.     

Daniel panik dan dengan sigap menekan tombol interkom yang terhubung langsung dengan dokter yang menangani Ai. Tak sampai semenit si dokter sudah muncul.     

"Dia membuka mata dan memanggil namaku, tapi ... saat aku ajak bicara dia seperti tidak melihat diriku lalu tertidur kembali." Daniel langsung menjelaskan.     

Dokter mengangguk dan memeriksa keadaan Ai.     

"Apa dia akan segera bangun?" tanya Daniel.     

"Mengenai bangun atau tidak, itu tergantung dari keinginan Nyonya Ayu sendiri. Yang jelas, saat ini Nyonya sedang mengalami pergolakan yang hebat di dalam sana. Ini efek trauma yang ia alami. Mungkin tadi nyonya membuka mata namun masih belum bisa membedakan ilusi dan nyata. Ini hal yang wajar mengingat masih terbawa dengan peristiwa yang sudah menimpa dirinya. Namun ... saya yakin karena nyonya sudah sadar sekali maka kemungkinan beliau sadar lagi akan semakin besar."     

Daniel hanya mengangguk dan kembali memandang sendu kearah Ai. Sedang dokter langsung meninggalkan ruangan setelah memastikan kesehatan Ai tidak menurun.     

Daniel merebahkan diri di samping Ai dan mengelus pipinya pelan. "Bangun, Tweety. Kami merindukanmu," bisik Daniel menggenggam erat tangannya. Daniel ingin memeluk Ai, tapi ia tidak mau pelukannya membuat Ai sesak. Jadi dia hanya tidur di sebelah Ai dan memandanginya sampai akhirnya matanya ikut terpejam.     

Beberapa saat kemudian.     

Ai membuka matanya. Tubuhnya terasa kaku seolah-olah sudah berada di posisi yang sama Dalma waktu lama. Dia memandang sekelilingnya. Dan menyadari kalau dirinya berada di dalam kamarnya di Cavendish.     

Menganggap semua hal ia alami hanyalah mimpi.     

Ai memandang tangannya yang di genggam erat. Lalu memandang laki-laki di sebelahnya.Kenapa Daniel membiarkan jambangnya tumbuh selebat itu, padahal Ai tidak suka. Berapa hari dia tidak bercukur? Wajahnya juga kusut. Tubuhnya agak kurus.     

Ai ingin mengusap Daniel dan membangunkannya.Tapi tangannya merasa sakit. Dilihatnya ada infus menancap di tangannya. Kenapa dia di infus?     

Lalu Ai mengeryit ketika semua ingatan itu kembali. Penculikan. Penganiayaan. Hingga dia masih bisa merasakan sakit, saat janinnya di keluarkan secara paksa.     

"Tidak! Ini pasti tidak nyata." Tubuh Si langsung bergetar hebat mengingat apa yang dia alami.     

Ai Ingin menjerit dan menangis sekencang mungkin tapi entah kenapa tidak bisa dia hanya bisa megap-megap seperti orang sesak napas.     

Ai masih bisa merasakan sakit yang sunguh luar biasa ketika perutnya diaduk-aduk dan janinnya dikeluarkan dengan paksa.     

Bagaimana mungkin ada orang sekejam itu. Ai ingin melupakan semua. Dia tidak mau mengingatnya lagi. Keringat dingin sudha membasahinya karena mengingat dan masih dikejar-kejar rasa yang sangat     

menakutkan baginya. Ai tak mengingkan semua itu!     

Lalu semua selolah mati rasa. Ai hanya diam memandang langit-langit kamar, sedang semua memori menakutkan itu berusaha di hapus dari ingatannya. Ai tidak mau mengingat apa pun yang menyakiti hatinya.     

Daniel merasa genggaman tangannya mengetat. Dilihatnya jemari mungil milik Ai yang meremasnya. Lalu Daniel mengalikan tatapannya ke wajah Ai. Perasaan Daniel campur aduk saat melihat Ai membuka matanya.     

"Tweety ..." panggil Daniel.     

Tapi Ai sama sekali tak merespon. Daniel panik dia berkali-kali memanggil Ai, tapi sepertinya Ai sama seperti sebelumnya yaitu seperti memiliki dunianya sendiri. Namun kali ini disertai tubuh yang bergetar dan keringat dingin bercucuran di dahinya.     

"Tweety tenanglah ad saku di sini ... kmau sudah aman." Daniel memiringkan tubuh Ai dan memeluknya. Dia tahu istrinya pasti mengingat peristiwa penculikan itu makanya sekarang ketakutan.     

"Tidak apa-apa sweetheart aku akan melindungimu." Daniel terus mengelus dan menepuk punggung Ai agar tenang. Hingga tidak lama kemudian Ai kembali tertidur.     

Daniel kembali menekan tombol interkom dan muncullah si dokter. Daniel langsung bangun dari ranjang agar dokter bisa memeriksanya setelah Daniel menceritakan apa yang baru saja terjadi.     

Dokter menghela napas berat.     

"Kondisi fisik Nyonya Ayu sudah sangat stabil dan bisa di katakan beliau sudah melewati masa kritis. Hanya perlu makan teratur dan istirahat cukup. Juga beberapa terapi untuk melemaskan tubuhnya agar tidak kaku paska koma selama satu bulan ini."     

"Hanya saja, sepertinya kondisi psikisnya tidak terlalu bagus. Nyonya Ai mengalami trauma yang berat, jadi saya sarankan anda untuk menghubungi psikolog agar menangani keadaan mentalnya, tentu saja jika ada dukungan keluarga dekat akan lebih bagus lagi," ucap sang dokter setelah selesai memeriksa Ai.     

Daniel memandang Ai sendu. Ada rasa bahagia karena kondisi kesehatan Ai sudah membaik. Tapi ... melihat Ai yang hanya diam membuat Daniel mengingat akan kegagalannya. Istrinya ketakutan dan trauma karena dia yang gagal menjaganya.     

Daniel mengangguk dan dokter itu pun keluar dari kamarnya.     

Daniel kembali duduk di sebelah Ai.     

"Terima kasih. Karena kamu bersedia kembali," bisik Daniel dan memeluk Ai yang masih terdiam.     

Hari-hari yang dijalani Daniel penuh dengan kesabaran. Dia bahkan tidak memperbolehkan orang lain merawat istrinya. Semua kebutuhan Ai, dia sendiri yang melakukannya. Mulai dari menyuapinya saat makan. Memberinya obat. Bahkan memandikan Ai pun, Daniel lakukan sendiri. Sedangkan Ai kadang masih suka tiba-tiba menjerit ketakutan atau melamun dan bengong sendiri.     

Daniel bukanlah orang yang suka berbicara tapi saat ini dia seperti orang paling cerewet di dunia. Daniel membicarakan apa pun yang ada di otaknya berharap Ai akan merespon ucapannya. Satu kata dua kata lama-lama Ai mau merespon ucapannya walau masih terlihat melamun.     

Kadang Javier dan Jovan juga menemaninya membujuk Ai agar segera sehat dan bisa bermain bersama. Sedangkan orang selain dokter dan keluarga inti dilarang masuk karena saat ini kepercayaan Daniel pada orang sangatlah tipis.     

Seminggu berlalu, saat akhirnya Ai mulai merespon sekitarnya. Walau hanya berupa anggukan atau pun gelengan setidaknya Ai benar-benar sudah bisa diajak berkomunikasi. Melihat kemajuan itu saja Daniel sudah sangat bahagia.     

Hari terus berganti dan semakin lama kondisi Ai semakin bagus hingga membuat Daniel mulai sering membiarkan Javier dan Jovan menemani Mommynya. Biasanya hanya seminggu sekali, sekarang Daniel mengizinkan anaknya berkunjung setiap hari. Karena dengan adanya Duo J Ai terihat lebih responsif.     

Seperti hari ini. Daniel menggendong Ai dan mendudukkannya di kursi balkon bertepatan dengan Javier dan Jovan yang masuk ke dalam kamar.     

"Mom ... Dad ...," teriak mereka bersamaan.     

Ai menoleh dan tersenyum melihat kedua anaknya. Daniel terhenyak kaget. Karena setelah bangun dari koma ini adalah senyum pertama yang ditunjukkan oleh Ai.     

"Mom ... bagaimana kesehatanmu hari ini? Apakah sudah lebih baik?" Javier bertanya dan langsung duduk di sebelah Mommynya.     

"Mom pasti akan lebih baik setelah menerima ini." Jovan memberikan setangkai bunga anggrek padanya.     

"Terima kasih." Ai menatap anggrek itu dengan hati menghangat.     

"Mom ... kata paman Marco. Mom sakit karena sedih, apakah itu benar?"     

"Mom baik-baik saja." Ai menjawab.     

"Mom ... tidak usah sedih. Jovan tahu mom sakit karena kehilangan dedek perempuan. Mom tenang saja jika Jovan nanti sudah besar Jovan akan bawakan mom banyak dedek perempuan. Aku akan mencarikan anak perempuan yang cantik untuk Mom. Mom tinggal bilang sama Jovan mau punya berapa anak perempuan nanti Jovan bawakan sebanyak yang Mom mau."     

"Iya Mom ... nanti Javier juga bantu carikan. Bahkan Javier juga sudah bilang sama bibi Sandra. Katanya Mom boleh ambil Angel jadi anak perempuan. Jadi ... mom jangan sedih dan sakit lagi ya. Mom sudah punya Angel, Mom juga memiliki aku dan Jovan." Javier mengelus lengan Ai seperti orang dewasa yang menghibur temannya.     

Ai memandang ke dua anaknya dengan terharu dan kembali tersenyum.     

"Mom ... cepat sembuh ya. Javier sayang sama Mom."     

"Jovan apalagi. Sayang ... banget sama Mom." Jovan berdiri dan mencium pipi Ai secara bergantian. Melihat itu Javier melakukan hal yang sama.     

Ai berkaca-kaca lalu merengkuh kedua buah hatinya dengan hati yang menghangat. "Mom juga menyangi kalian," ucap Ai dan memeluk anaknya semakin erat.     

Ai sudah kehilangan anak di dalam kandungan nya. Tapi dia masih punya dua anak yang membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya.     

Ai sedih tapi Ai mulai sadar bahwa dia tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan dan ketakutan. Demi Javier dan Jovan Ai akan mulai berjuang melawan traumanya.     

***     

Sebulan kemudian.     

Ai perlahan tapi pasti sudah mulai bersikap seperti Ai yang dulu. Walau rasa sakit dan trauma sesekali masih menghampiri. Namun Ai sudah mulai bisa mengatasi semuanya. Ai mulai pulih dan semu orang mulai bisa bernapas lega.     

Pagi ini Ai membuka matanya saat merasakan geraman tertahan di atasnya. Ai mendongak dan melihat wajah Daniel yang memandangnya dengan sangat intense.     

"Selamat pagi," ucap Daniel dan tersenyum.     

Ai berkedip beberapa kali sambil memandangi wajah suaminya yang sekarang terlihat kembali tampan setelah beberapa waktu lalu kusut karena kurang tidur dan sedih melihat keadaannya.     

Ai lalu beringsut ke atas dan mengecup bibir Daniel. "Selamat pagi," ucapnya sambil tersipu.     

Mata Daniel terbelalak lebar karena terkejut. Ai menciumnya?     

Apakah itu tandanya Istrinya sudah ....!     

Oh ... Daniel sampai terpaku tak berani bergerak saking terkejutnya.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.