One Night Accident

SUNGSANG TURUNAN



SUNGSANG TURUNAN

0Enjoy reading.     
0

***     

"Marco tenanglah Lizz hanya akan melahirkan." Daniel melihat adiknya terlalu panik.     

"Hanya? Melahirkan itu taruhannya nyawa. Dan kamu bilang, hanya? Laki-laki tak berperasaan!" Marco menunjuk Daniel kesal.     

Ai mendesah, Daniel ini saudara kandung tapi masak enggak paham sih kalau Marco lagi panik mau ngomong apa saja juga bakalan percuma. "Baiklah ... sekarang tenangkan dirimu sejenak dan kasih tahu aku di mana Lizz?" tanya Ai pada Marco sambil celingukan mencari keberadaan adik iparnya yang katanya mau melahirkan tapi tidak terlihat batang hidungnya.     

"Lizz? Astaga! Di mana istriku?!" teriak Marco semakin panik karena tidak mendapati Lizz di sebelah.     

Marico menerobos orang-orang di pesta sambil berteriak-teriak mencari Lizz. Dia bahkan mengumpati semua orang yang tak mengetahui keberadaan istrinya.     

Ai menggeleng-geleng melihat kepanikan Marco. "Kamu tenangkan adikmu, aku akan mencari Lizz dan membawanya ke rumah sakit. Okay?" ucap Ai lembut.     

Daniel menggeleng. "Aku ikut denganmu saja. Masalah Marco, biar orang lain yang mengurusnya," ucap Daniel tak mau berpisah sedetikpun dari Ai.     

Memang, sikap Daniel setelah Ai sadar sangat posesif. Jangankan pergi ke luar, bahkan ke kamar mandi sekali pun Daniel lebih sering tak mengizinkan Ai untuk masuk sendirian. Daniel bersikap seperti ekor Ai yang mengikutinya ke manapun Ai melangkah.     

Sungguh parah memang. Tapi tak ada yang berani menegur Daniel. Apalagi dia adalah calon Raja.     

Tidak butuh lama untuk Ai mengetahui keberadaan Lizz dan melihat keadaannya yang memprihatinkan. Marco, entah berada di mana sedangkan Lizz sudah pucat pasi karena kesakitan.     

Akhirnya dengan bantuan Daniel dan beberapa pengawal mereka membawa Lizz ke Rumah Sakit Kerajaan. Di mana mereka memiliki dokter unggulan dan terbaik yang akan membantu kelahiran pangeran Cavendish selanjutnya.     

Baru sepuluh menit Lizz masuk Ruang Bersalin, saat Marco akhirnya datang dengan berlari menyusulnya ke Rumah Sakit. Marco benar-benar berlari mengejar mobil yang membawa istrinya ke Rumah Sakit begitu tahu Lizz di bawa oleh Daniel dan Ai.     

Begitulah Marco setiap berhubungan dengan Lizz, paniknya berlebihan dan sepertinya otak jenius menjadi geser dan tak bisa di pakai dengan normal. Bagaimana tidak, di saat ada ratusan stock mobil yang bisa ia kendarai untuk menyusul istrinya, Marco malah memilih berlari dari Kerajaan menuju rumah sakit. Setelah sampai di Rumah Sakit pun, Marco tak mau duduk diam.     

Dia mondar-mandir tidak jelas dan malah marah dan memaki semua dokter dan perawat yang tak kunjung membantu istrinya melahirkan. Bahkan dia     

sempat memukul seorang dokter, karena mengatakan harus menunggu sebentar lagi. Alasannya, bukaan belum lengkap.     

Sontak Marco mengamuk lagi hingga harus di pegangi tiga orang bodyguard agar tidak membuat keributan. Tapi dasarnya Marco memang mudah panik, dia bahkan menghajar para bodyguard itu. Membuat Daniel turun tangan dan langsung mengikat kedua tangannya.     

Tapi itu juga percuma, karena tak lama Marco berhasil melepasnya ikatannya hingga akhirnya salah seorang dokter menyuntikkannya obat bius ke tubuh Marco. Yang mereka tak tahu adalah tubuh Marco kebal racun, jadi dokter di buat terheran-heran karena sudah tiga kali di suntik bius tak ada satupun yang mempan.     

"Jhonatan!" teriak Ratu merasa risih mendengar keributan yang dibuat Marco di dalam Rumah Sakit. Istrinya mau melahirkan tapi dia malah membuat kerusuhan.     

PLAKKK.     

Ratu Stevanie menampar Marco karena mengabaikan perkataannya dan malah masih berusaha memberontak karena dicekal oleh para bodyguard.     

Mendapat tamparan itu akhirnya bisa mengalihkan perhatian Marco dan memandang ibunya dengan raut wajah yang lega.     

"Jhonatan! Jika kamu masih ribut, aku akan menyuruh Pete untuk membawamu keluar dari sini!" Ratu berseru tegas. Membuat Marco seketika mengangguk dan terdiam. Dia masih ingin menemani istrinya melahirkan kalau dibawa Pete pergi siapa yang akan menenangkan dan menghibur Lizz dari rasa sakit ketika melahirkan.     

Dia adalah ayah yang bertanggung jawab jadi dia harus hadir dalam proses kelahiran putra atau putri pertamanya. Apalagi sekarang ada Mommynya yang menangani Lizz. Marco semakin yakin istri dan anaknya akan selamat.     

Seorang dokter menghampiri Ratu. " Mohon maaf yang mulia Ratu ... ada sedikit masalah dengan putri Lizz," ucap dokter itu berhati-hati.     

"Ada masalah apa?" tanya Ratu. Tentu saja beliau langsung khawatir sekaligus mencemaskan menantu dan calon cucunya.     

"Maaf yang mulia, sayangnya bayi dari putri Lizz memiliki posisi sungsang, saya rasa akan lebih baik jika proses kelahirannya dilakukan dengan cara di operasi," lanjut sang Dokter.     

"Operasi?!" Marco berseru kaget dengan wajah memucat. Lizz akan dioperasi. Astaga mendengar kata operasi saja Marco langsung terasa terkena serangan jantung level 7. Marco kembali panik.     

"Astaga, Jhonatan! Mom yang akan mengoperasi istrimu. Sebaiknya kamu tenang saja, oke?!"     

"Boleh aku menemani istriku, Mom?" tanya Marco memelas. Ratu mengembuskan napasnya perlahan.     

"Baiklah, tapi jangan membuat keributan." Marco mengangguk cepat, apa pun yang penting dia ada di samping Lizz pada saat seperti ini.     

Lizz segera di masukkan ke ruang oprasi dengan beberapa dokter dan perawat yang sudah bersiap. Stevanie ikut memakai baju oprasi begitu juga dengan Marco. Karena bagaimana juga yang masuk ke ruangan itu harus dalam keadaan steril.     

Marco melihat Lizz yang sudah di baringkan di meja operasi. Wajahnya terihat pucat dan masih meringis kesakitan. Oh ... Marco tidak tega melihat keadaan istrinya. Dia terlihat menderita.     

Marco mendekat dan langsung menggenggam tangan Lizz dan malah menangis keras. Marco tidak masalah jika dia terluka, Marco tidak akan mengeluh apalagi menangis. Tetapi melihat wajah Lizz yang terlihat menahan sakit sudah mampu membuat bendungan air matanya langsung tumpah seketika. "Beb ... sakit ya? Sebelah mana yang sakit? Di sini? Atau di sini? Maafkan aku karena membuatmu kesakitan," Marco sedari tadi terus saja ribut sendiri.     

Lizz tidak menanggapi karena dia mulai di suntik bius sebelum di operasi.     

"Sabar ya beb. Setelah ini aku janji enggak akan pernah bikin kamu kesakitan lagi. Hu ... hu ... apakah kamu benar-benar tidak nyaman." Air mata Marco malah tumpah semakin deras seperti banjir bandang.     

Ratu yang akan memulai operasi benar-benar terganggu. Dia tahu anaknya memang paling sensitif jika menyangkut dengan orang-orang yang dia sayangi. Namun ... enggak usah over dosis juga kali. Tidak malukah dia dengan semua tato di tubuhnya?     

Ratu yang sedari tadi memperhatikan menjadi jengah dan risih sendiri. "Jhonatan, waktu aku melahirkan kamu dulu. Apakah kamu tahu bahwa posisi kamu juga sungsang? Tapi ... Daddy-mu menghadapi semuanya dengan tenang. Tidak seperti kamu sekarang ini." Ratu berujar sebal.     

"Benarkah? Apakah Mom juga di operasi waktu itu?"     

"Tentu saja di operasi! Kamu pikir, dulu kamu bisa keluar sendiri dengan posisi terbalik seperti itu? Dasar! Sungsang saja kok turunan!" gumam Ratu makin kesal dan menelototi Marco agar segera diam.     

Begitu Marco tidak terlalu berisik dan obat bius mulai bekerja Stevanie segera memulai operasinya. Mengabaikan Marco yang terus     

menggumamkan kata maaf dan menyesal karena menghamili Lizz sambil menangis sesenggukan.     

"Maafkan aku. Apakah sakit? Jika tahu seperti ini, aku janji tak akan menghamilimu lagi. Maafkan aku ya, beb?" ucap Marco dengan air mata bercucuran saat melihat Lizz mendesis. Padahal Lizz bahkan sudah tidak terlalu sadar. Namun setiap kali melihat dahi Lizz mengernyit Marco akan menyalakan dirinya sendiri.     

Beberapa dokter dan perawat yang menyaksikan itu antara terganggu, kasihan, canggung tapi juga ingin tersenyum geli.     

Bagaimana tidak, sang istri yang mau melahirkan saja terlihat tenang dan anteng sedari datang, pemeriksaan hingga berangkat di oprasi. Sementara Marco yang notabenenya adalah sang suami malah ribut dan menangis kencang tidak malu dengan tubuhnya yang berotot dan tatoan.     

Penampilan dan perbuatannya benar-benar tidak singkron sama sekali.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.