One Night Accident

ENTAH APA YG MERASUKIMU



ENTAH APA YG MERASUKIMU

0Enjoy Reading.     
0

****     

Keadaan kerajaan Cavendish masih seperti biasanya. Ramai dengan para pengawal dan beberapa maid yang berseliweran melakukan tugas bahkan sejak masih petang.     

Javier terbangun pertama kali ketika masih pukul 2 malam. Melihat ke arah saudara kembarnya yang masih pulas dan tidak terganggu sama sekali.     

Javier menoleh dan dia segera menutup matanya lagi karena apa yang dia lihat membuat jantungnya langsung berdebar kencang.     

Javier takut tapi ... dia bahkan tidak berani berteriak karena melihat makhluk itu berada tepat di atas langit-langit. Berdiri dengan cara terbalik dengan rambut panjang dan tubuh hitam legam tak bisa dikenali.     

Javier meringkuk memeluk Jovan, melirik sekali lagi ke atas. Lalu dia mengeryit heran karena makhluk itu berubah wujud menjadi seperti manusia. Hanya saja posisinya masih sama yaitu terbalik dan menempel di langit-langit layaknya cicak.     

"Yuhu ... pangeran ... kamu takut padaku?" Makhluk itu tiba-tiba bicara dengan nada arogan dan mengejek.     

Javier tidak menjawab namun dia bisa merasakan bagian belakang tubuhnya terasa sangat dingin dan seketika bulu kudunya berdiri.     

"Javier ... sini main denganku? Aku tidak jahat kok. Kamu tidak akan kabur dariku kan?"     

"Kenapa diam? Apa kamu ingin mengusir ku?"     

"Lebih tepatnya, apa kamu bisa mengusir diriku?"     

"Oh ... jangan melotot ... aku tidak akan kemana-mana. Hahaaaa ...."     

"Kelihatannya kamu tidak takut padaku. Haruskah aku kembali ke wujudku yang tadi?"     

"Apakah kamu akan pingsan kalau melihat wujud asliku? Ayolah ... lihat ke sini jangan jadi pengecut begitu. Aku saja tidak takut padamu. Masa ... seorang pangeran takut pada hantu."     

Javier menggeretakkan giginya karena mulai kesal. Rasa takut yang tadi melingkupi dirinya musnah sudah. Mahluk di atasnya berisik dan terus menerus mengejeknya tanpa henti.     

Javier yang tadi hanya sekedar melirik makhluk itu sekarang benar-benar sudah menatapnya dengan tajam. Memperingatkan agar makhluk itu tidak menggangu dirinya.     

"Sudah aku bilang aku tidak akan pergi." Makhluk itu masih bicara dengan nada mengejek sambil tertawa-tawa melihat ketidakberdayaan Javier.     

Javier ingin melemparkan pisau ke arah makhluk itu namun dia ingat apa yang sekarang berada langit-langit kamarnya adalah makhluk tak kasat mata. Pisau jelas tidak berguna.     

Javier lalu teringat sesuatu, pamannya Marco pernah mengajarinya doa-doa. Javier langsung berusaha mengingat-ingat doa apa yang bisa mengusir setan?     

Doa makan, doa tidur, doa ke toilet, doa masuk masjid. Bukan. Ah ... Javier akan mencoba dengan Al-fatihah saja. Kata paman Marco surat Al-fatihah bisa digunakan untuk doa apa pun.     

Javier berniat melafalkan Al-fatihah di mulutnya. Namun jangankan membaca doa. Bahkan bibirnya seolah-olah susah terbuka dan begitu terbuka tidak ada suara yang keluar dari sana.     

"Sudah aku bilang aku tidak akan pergi. Aku tidak takut dengan doa-doamu."     

Javier semakin kesal dia ingin bangun tapi tubuhnya seperti tertekan ke ranjang tanpa bisa digerakkan. Jantungnya berdegup semakin kencang karena antisipasi.     

Javier terus berkomat-kamit berusaha melafalkan doa. Si makhluk itu terus mengejek bahwa dia tidak takut. Hal yang membuat semangat Javier semakin membara untuk bisa keluar dari situasi ini.     

Javier kembali berusaha berdoa dan akhirnya walau hanya lirih dan terputus-putus suaranya bisa di keluarkan.     

"Tidak takut, tidak takut wle ...."     

"Tidak mempan hahaha ...."     

Makhluk itu masih saja mengejek Javier walau Javier sudah berdoa. Javier takut kalau doanya benar-benar tidak berpengaruh. Namun hanya itu yang Javier tahu. Jadi ... Javier tetap membaca Al-fatihah hingga berulang kali.     

Entah berapa lama Javier terus ber doa, namun ... lama kelamaan dia bisa merasakan beban di tubuhnya yang tadi terasa menekan dan menghimpitnya ke atas ranjang kini mulai menjauh.     

Javier menoleh ke belakang, dia melihat tiga bayangan samar di belakang pintu. dua kecil dan satunya sangatlah besar seperti raksasa hingga menembus langit-langit. Namun ... mereka hanya berdiri diam. Tidak jelas wajah dan tubuhnya seperti apa. Dan setelah beberapa kedipan mata mereka semakin jauh dan hilang dari pandangan matanya.     

Javier lalu melihat ke atas. Makhluk yang tadi mengejek dirinya juga sudah tidak ada lagi. Walau begitu Javier masih tetap merapalkan Al-fatihah berjaga-jaga kalau makhluk itu kembali.     

Setelah yakin di kamar ini hanya ada dirinya dan Jovan. Javier akhirnya bernapas lega. Dia duduk dan menyalakan lampu hingga kamarnya yang tadi remang-remang jadi terang-benderang.     

Javier sudah tidak mengantuk lagi dan dia memilih turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya.     

Javier berjalan di lorong-lorong kerajaan. Sesekali bertemu dengan pengawal yang bertugas berjaga dan beberapa Maid yang sepertinya baru akan memulai aktivitas.     

"Pangeran anda sudah bangun? Apa anda menginginkan sesuatu?" tanya seorang maid terkejut karena melihat pangeran kecil sudah terbangun di jam tiga pagi.     

Javier menggeleng. "Aku hanya berkeliling karena bosan," jawabnya.     

"Pangeran, walau ini di istana tapi ... pangeran masih kecil. Sebaiknya jika ingin ke mana-mana biarkan pengawal menemani anda." Maid itu khawatir takut pangeran Javier tersesat atau salah memilih ruangan.     

Javier berpikir sejenak lalu mengangguk setuju. Berjalan-jalan sendiri memang menenangkan tapi alangkah baik jika memang ada yang menjaganya.     

Melihat pangeran Javier setuju maid itu berbicara pada seorang pengawal agar menemani Javier berkeliling.     

Baru beberapa meter mereka berjalan Javier tiba-tiba terhuyung karena ada yang menabraknya dengan kencang. Untung pengawalnya sigap dan memegang Javier yang hampir jatuh.     

"Pangeran tidak apa-apa? Apakah lantainya licin hingga pangeran terpleset?"     

Javier tidak menjawab tapi langsung mengarahkan pandangannya pada orang yang menabraknya tadi.     

"Hey ... kau. Berhenti di tempatmu!" Teriak Javier ketika melihat orang itu hendak kabur.     

Javier mengamati panabraknya. Tubuhnya sedikit lebih pendek darinya. Rambutnya panjang dan membuat Javier yakin dia adalah seorang anak perempuan. Mungkin usianya sama dengan Javier.     

Javier melangkah mendekat ke arah punggung yang membelakangi dirinya. "Siapa kamu? Kenapa berlari-lari di istana?" Javier ingat neneknya suka kesal kalau ada yang berlari-larian di istananya walaupun itu cucunya sendiri.     

"Berbalik dan minta maaf padaku karena sudah menabrak," tuntut Javier dengan suara kesal.     

Gadis kecil itu berbalik dengan mata berkaca-kaca karena Javier memarahi dirinya.     

Javier tertegun sejenak. Wajah itu ... kenapa terasa tidak asing?     

"Kamu marah padaku?" gadis kecil itu menetes air matanya karena takut.     

"Eh ...!" Javier tidak menyangka akan membuat seorang anak kecil menangis karena bentakan darinya.     

"Kamu menabrak-ku jadi ... kamu harus minta maaf bukan malah pergi." Kali ini Javier berbicara dengan suara halus.     

"Aku ... minta maaf. Jangan marah." Gadis kecil itu terlihat semakin sedih.     

"Sudahlah ... jangan menangis lagi. Aku tidak apa-apa. Maafkan aku karena membuatmu takut." Javier mendekat dan menepuk pelan bahu gadis cilik itu. Hell kenapa jadi dia yang minta maaf? Tapi ... sudahlah. Javier tidak tega melihat gadis kecil itu menangis.     

"Pangeran ... apa yang sedang anda lakukan?" Pengawal yang bersama Javier melihat tingkah Javier yang sangat aneh karena bicara sendiri.     

"Pangeran ... Anda bicara dengan siapa?" Pengawal itu mulai khawatir ketika Javier tidak menjawab dan mengabaikan dirinya namun terus mengobrol entah dengan siapa.     

Pengawal di istana Cavendish adalah pengawal terbaik. Mereka tidak takut dengan musuh sekuat apa pun. Namun ... melihat keadaan pangeran Javier. Pengawal itu mulai curiga bahwa pangeran ciliknya berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata.     

Pengawal itu menelan ludah terasa seret. Jika manusia dia bisa memukul dan menembaknya. Tapi setan? Apa yang harus dia lakukan?     

"Pangeran anda mau ke mana?" pengawal itu mengikuti Javier yang tiba-tiba berjalan namun masih terus berbicara bahkan tersenyum seperti sangat senang dengan pembicaraan yang dia lakukan.     

"Pangeran ...." sang pengawal akhirnya memegang tubuh Javier agar berhenti. Tapi Javier memberontak seolah-olah ada yang mengikat dirinya.     

Javier sudah terlarut dan asik dengan gadis kecil itu hingga tidak memperhatikan sekitarnya. Bagi manusia normal. Javier seperti orang gila karena berbicara sendiri. Namun ... bagi Javier justru saat ini satu-satunya manusia adalah si gadis kecil. Sedang pengawalnya justru tidak terlihat oleh kedua matanya. Makanya begitu tubuhnya di tahan Javier langsung memberontak dan berusaha lepas karena dia seperti dililit benda tak terlihat.     

Pengawal itu berusaha tenang dan memanggil bantuan.     

Tidak lama kemudian salah satu pengawal datang dan untungnya itu adalah Billy. Salah satu bodyguard sekaligus baby sisiter duo J.     

"Apa yang kamu lakukan pada Javier?" tanya Billy langsung berlari menghampiri ketika melihat Javier memberontak seperti orang panik.     

"Syukurlah ... pangeran berbicara sendiri sedari tadi," lapor pengawal itu.     

"Javier ... tenanglah ... ini uncle Billy." Billy mengambil alih tubuh Javier. Namun bukannya tenang Javier malah semakin memberontak.     

"Javier ... kamu kenapa?" Billy semakin kaget melihat reaksi Javier yang mengamuk dirinya.     

"Ada apa dengan Javier?" tanya Billy pada pengawal yang ikut membantu menenangkan pangeran kecil.     

"Aku tidak tahu! tadi kami berjalan-jalan dan dia hampir jatuh. Aku menolongnya lalu tiba-tiba saja dia berbicara sendiri. Aku terus memanggil dirinya tapi tidak dihiraukan. Lalu pangeran kecil mulai pergi makanya aku mencegahnya."     

"Sial ... jangan bilang kalau dia kerasukan?" Billy tidak percaya dengan setan. Tapi ... melihat Javier seperti ini kenapa Billy jadi ketakutan.     

"Panggil pangeran Jhonatan," perintah Billy.     

"Kenapa bukan pangeran Daniel. Pangeran Javier kan anaknya pangeran Daniel?" tanya pengawal itu heran.     

"Lakukan saja." Billy masih memegangi Javier yang mengeliat berusaha lepas. Namun sepertinya tenaganya mulai habis.     

Dia memilih memanggil Marco bukan tanpa alasan. Billy sudah hapal dengan Daniel yang mesum enggak ketulungan. Jangan harap bisa diganggu ketika sedang bersama Ai.     

Sedangkan Marco istrinya baru beberapa waktu lalu melahirkan. Pasti Marco belum mendapatkan jatah malam dan maish bisa dipanggil saat darurat seperti ini.     

Billy berjalan ke salah satu ruangan yang memiliki tempat duduk sambil membawa Javier yang sudah tidak memberontak lagi. Sepertinya Javier tertidur setelah capek mengamuk.     

"Ada apa? Javier kenapa?" Marco langsung khawatir begitu pengawal mengetuk pintu kamarnya pagi buta. Apalagi begitu mendengar nama Javier di sebutkan pikiran Marco langsung kemana-mana.     

Takut obat yang menginjeksi Javier tidak berfungsi semestinya.     

"Ceritakan pada Pangeran Jhonatan apa yang tadi terjadi." Billy mengelus punggung Javier agar semakin lelap.     

Pengawal itu lalu menceritakan apa yang baru saja dia alami bersama pangeran kecilnya.     

"Saat aku memegangnya dia juga mengamuk. Entah apa yang merasuki dirinya. Javier seperti punya dunianya sendiri." Billy menambahkan penjelasan kepada Marco.     

Mendengar itu Marco duduk sambil berpikir. Berusaha mengingat dan memprediksi hal yang menimpa keponakannya.     

Lalu Marco ingat. Dulu ... Marco tidak bisa melihat aura. Namun ... setelah dia bangkit dari kubur. Tiba-tiba dia bisa melihat aura semua orang. Apakah Javier juga bisa melihat aura?     

Tapi ... kalau hanya sekedar aura kenapa kata pengawal Javier seperti mengobrol dengan seseorang?     

Hem ... Marco berpikir lagi. Dia bisa melihat aura makhluk tak kasat mata. Namun ... dia tidak bisa melihat berbicara atau berinteraksi dengan mereka. Apa Javier bisa melakukannya?     

Marco menatap keponakannya yang tertidur lelap. "Berikan dia padaku."     

Billy menyerahkan Javier ke dalam gendongannya Marco dan Marco langsung membawanya kembali ke kamar Javier.     

Marco penasaran makanya dia tetap berada di kamar keponakannya hingga dia terbangun.     

"Paman ... kenapa pagi-pagi sudah di sini?" Jovan bangun terlebih dahulu.     

"Cuci wajahmu dan gosok gigi dulu sana." Perintah Marco.     

Jovan cemberut dia menoleh ke arah Javier. "Javier ... bangun ... sudah pagi."     

Javier mengeliat. "Aku masih mengantuk, biarkan aku tidur sebentar lagi." Javier menarik selimutnya hingga menutupi kepala.     

"Javier ...!" Jovan tidak mau mengalah dan menarik selimut itu hingga mau tidak mau Javier bangun juga.     

"Paman Marco? Kenapa pagi-pagi sudah di kamarku?" Javier menanyakan pertanyaan sama dengan Jovan.     

"Sudahlah ayo gosok gigi dulu." Jovan menarik Javier menuju kamar mandi.     

"Javier ... sini duduk dengan paman. Ada yang mau paman tanyakan. Jovan ... kamu madu sana."     

Javier dan Jovan baru keluar dari kamar mandi ketika Marco langsung menyuruh Javier duduk di pinggir ranjang. Sedang Jovan kembali masuk ke kamar mandi dengan wajah ditekuk.     

"Ada apa paman?" tanya Javier sambil duduk.     

"Apa kamu bisa melihat setan?" tanya Marco langsung.     

"Eh ...." Javier terkejut. "Dari mana Paman tahu?"     

"Jadi ... kamu benar-benar bisa melihat setan? Apakah kamu sering melihatnya atau hanya sesekali? Dan ... seperti apa mereka?" Marco memastikan.     

"Em ... aku ... hanya melihatnya sesekali dan wajahnya tidak selalu sama. Ada yang cantik, ganteng. Ada yang tinggi, menjijikkan bahkan menyeramkan."     

Marco mengangguk mulai curiga kalau Javier sudah bertemu banyak setan. "Kapan pertama kali kamu bisa melihat setan?"     

"Entahlah ... tapi sejak mom sakit. Aku memang lebih sering melihat mereka." Awalnya Javier tidak paham dan mengira mereka adalah manusia. Namun ... anehnya hanya dia yang bisa melihat. Makanya akhirnya dia tahu bahwa itu mungkin setan seperti yang dikatakan beberapa orang.     

Apakah Javier takut? Tentu saja takut. Tapi ... Javier diam karena Jovan lebih penakut dari pada dirinya.     

Marco kembali mengangguk. Waktunya sesuai dengan kebangkitan Javier. Tapi ... Marco tidak berani mengambil kesimpulan tergesa-gesa.     

Akhirnya hari itu Marco membawa Javier ke beberapa orang ahli ilmu spiritual.     

Semua memberikan jawaban yang sama.     

Javier telah menjadi indigo.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.