One Night Accident

BULDOG DAN CHI HUA-HUA



BULDOG DAN CHI HUA-HUA

0Happy reading.     
0

****     

Ai mengetuk pintu rumah Pete dengan tidak sabar. Mereka sudah berdiri di sana sekitar la menit dan pintu belum juga di buka.     

"Ai ... mungkin mereka masih tidur." Daniel menjelaskan ketika Ai terlihat tidak sabar.     

"Lagian kamu juga. Bertamu pagi buta. Mereka kan masih pengantin baru. Wajar kalau masih berada di dalam selimut jam segini mah." Marco ikut menjelaskan.     

"Sttt ... ada suara langkah kaki." Ai melirik Marco dan Daniel agar tutup mulut ketika mendengar suara langkah kaki mulai mendekat.     

Benar saja. Tidak berapa lama kemudian pintu di hadapannya terbuka lebar. Ai langsung menganga dengan wajah specless ketika melihat ada gadis kecil mungil imut dengan muka bantal dan masih membawa boneka serigala dalam pelukannya membuka pintu dihadapannya.     

"Siapa?" tanya gadis mungil itu dengan wajah bingung saat melihat 7 orang dewasa     

dan 3 anak kecil di pintu rumahnya.     

Xia mengerjapkan matanya yang masih mengantuk.     

"Kyaaaa ... imutnya!"     

"Lucunya!"     

"Cute sekali!"     

"Cantiknya!"     

"Ih, gemes!"     

"Unyu!"     

Semua orang langsung heboh saat melihat wajah ngantuk     

Xia yang terlihat menggemaskan.     

"Ih, Daniel aku mau punya anak kayak gini." tunjuk Ai pada     

Xia, lalu tanpa aba-aba langsung mencium kedua pipi Xia saking gemasnya. Ai tidak punya anak perempuan jadi ketika dia melihat Xia rasa ingin menculiknya langsung berkobar.     

"He em dia ngegemesin ya beb," tambah Lizz ikut memeluk     

Xia. Mengakui bahwa gadis cilik di hadapannya adalah gadis paling imut yang pernah dia temui.     

"Kyaa! Semoga anakku perempuan dan mirip sepertimu!"     

teriak Tasya menoel-noel pipi Xia lalu mengelus perutnya yang mulai menonjol karena hamil 2 bulan.     

"Kakak imut," kata Javier.     

"Iya lebih imut dari Angel," Jovan menambahkan.     

"Salah, Angel tetap yang paling imut," tolak Javier.     

"Terserahlah ..." kata Jovan lalu menarik tangan Xia.     

"Kakak ... cantik main monopoli sama kita yuk," ajak Jovan.     

Xia bingung, Siapa mereka? Kenapa tiba-tiba rumahnya ... salah rumah si Om Pete, kebanjiran tamu yang ganteng-ganteng dan wanita yang kelihatan super modis.     

"Ya, ampun ... Mamimu di mana sayang, kita ini saudara dari papi tirimu." Ai masih betah memegang Xia dan sekali-kali     

lmencubit pipinya, gemasnya tak tertahankan.     

"Eh ..." Xia semakin bingung. Kenapa mereka menanyakan ibunya?     

"Aku tahu pasti mami sama papimu masih tidur ya, maklum pengantin baru," ucap Tasya terkikik sambil memandang kagum     

wajah Xia.     

"Astaga ... anaknya saja seperti ini bagaimana maminya,"     

balas Lizz ikut memuji Xia.     

Sedangkan Marco jangan ditanya, dia tidak ada     

kesempatan sama sekali bicara, bagaimana mau ngomong kalau     

baru lihat Xia mereka langung menyerbu dan sibuk berceloteh dan mencubitinya.     

"Jadi di mana mami kamu sayang?" tanya Ai mengulangi     

pertanyaanya saat Xia hanya bengong saja.     

"Mamiku?" tanya Xia memastikan.     

Ai dan semuanya     

langsung mengangguk.     

"Mamiku sudah meninggal," ucap Xia sedih.     

Krik ... Krik ... Krik.     

Suasana langsung hening.     

"Astaga ... Uncle Pete melakukannya lagi!" teriak Ai pada     

Daniel.     

"Ternyata yang ditakutkan uncle Paul terbukti, uncle     

Pete tidak boleh tidur seranjang dengan wanita," ucap Daniel membenarkan     

"Sayang kamu pasti sedih ya?" ucap Ai memeluk Xia berusaha menghibur.     

"Pasti berat sekali rasanya," kata Lizz menambahkan.     

"Oh, Sayang, tenang saja masih ada kita semua, kita akan menyayangimu seperti anak kami sendiri," ucap Tasya ikut memeluk Xia.     

Xia jadi semakin bingung saat ketiga wanita yang sangat     

cantik, anggun dna jelas dari kalangan sosialita itu memeluknya dan mengatakan hal yang tidak dia mengerti sama sekali.     

Marco mendesah lemas dan geleng-geleng kepala melihat tingkah para wanita itu. Sepertinya sudah saatnya mengakhiri drama yang enggak ada korea-koreanya ini.     

Dengan santai Marco memisahkan pelukan ketiga wanita pada Xia dan menghadapkan Xia pada merka semua.     

"Kenalin Guys ... ini namanya Lin Xia, istri dari uncle Pete,"     

ucap Marco serius.     

Terjadi keheningan lagi.     

"Bwahhahahhh, Marco lucu," kata David.     

"Iya mau ngelawak dia," timpal Vano.     

"Bener-bener deh ..." Daniel menggeleng-gelengkan     

kepalanya. Menganggap Marco sedang bercanda.     

Marco baru akan menjelaskan kalau si lolipop ini benar-benar istri Pete bertepatan dengan pintu depan yang terbuka.     

Semua orang melihat ke arah pintu. Xia     

yang melihat kedatangan Pete langsung berlari menuju ke arahnya     

tapi malah di cegah oleh Ai.     

"Sayang, kamu di sini aja, tenang ... uncle Pete biar     

cowok-cowok yang nanganin." Ai menasehati.     

"Iya enggak apa-apa, Dek, kita pasti lindungi kamu kok,"     

tambah Tasya.     

Xia semakin terlihat bingung dan ingin menangis saja, kenapa dari tadi orang-orang     

ini bicara aneh, Xia mau uncle Pete. Maka dengan berbelok ke     

samping Xia langsung menghambur ke pelukan Pete.     

Pete yang baru datang tentu saja heran saat istri mungilnya tiba-tiba memeluknya erat.     

"Ada apa?" Tanya Pete memandang     

wajah Xia yang bersembunyi di dadanya.     

Tanpa mengangkat wajahnya Xia menujuk orang-orang di belakangnya.     

Seketika Pete melihat Daniel dan kawan-kawan dengan tatapan tajam.     

"Apa yang kalian lakukan pada istriku?"     

"EH ... ISTRI?!" teriak mereka serentak. Merasa seperti mendapat serangan jantung.     

"Kan tadi aku udah bilang," kata Marco lemas dan tentu saja     

tidak ada yang memperhatikannya.     

"Sayang, perutku minta di istirahatkan," ucap Tasya     

memegang tangan David dan mengajaknya duduk.     

"Daniel, aku butuh napas buatan," kata Ai dan langsung     

dibopong Daniel menuju sofa.     

Lizz memandang Marco melas, tentu Marco langsung sigap     

dan mengambil Junior dari gendongannya, dan menuntun istrinya yang terlihat shock mengetahui bahwa kapur papan tulis itu istri     

dari Uncle Pete.     

Vano hanya bisa terbengong, jadi inikah wanita korban pemerkosaan uncle Pete, dia lebih pantas jadi pacarnya dari pada jadi istri uncle Pete.     

'Kenapa sih cowok-cowok Cohza sangat beruntung?' batin Vano tidak terima.     

Sepuluh menit kemudian semua orang sudah duduk di depan meja yang sama. Semuanya memandang Xia dan Pete seperti tersangka, menuntut penjelasan sedetail-detailnya.     

Bagaimana bisa Bulldog menikahi chi hua-hua.     

Itulah kira-kira yang ada di otak mereka.     

Xia memeluk lengan Pete dengan memandang semua     

takut-takut, dan jangan lupakan boneka serigala yang masih di peluknya dengan erat.     

Dilihat dari segi manapun mereka memang lebih pantas jadi anak sama bapaknya dari pada pasangan suami istri.     

Ai mendekat ke arah Daniel. "Berapa umur paman Pete?" tanya Ai dengan berbisik.     

"36 tahun," jawab Daniel berbisik pula.     

Ai lalu bergeser. "Berapa usia istri paman Pete?" tanya Ai kini pada Marco.     

"17 tahun seminggu yang lalu." Marco menjawab berbisik juga.     

Wow ... itu terlalu jauh. Ai masih terasa tidak percaya bahwa Pete yang seram itu menikah dengan gadis semuda dan seimut ini.     

Apa jangan-jangan cabe-cabean? Tetapi ... Pete bukanlah orang yang gampang ditipu oleh cewek ingusan.     

Kalau begitu apa alasannya Xia yang cantik, imut dan ngegemesin mau menikah dengan orang yang sudah jelas usianya jauh di atasnya. Mana nyeremin lagi.     

1. Karena uang.     

2. Karena memang cinta.     

3. Xia itu goblok.     

4. Diculik.     

Ai lebih percaya dengan pilihan ke empat. Sepertinya Xia adalah korban penculikan dan tentu saja siapa yang berani menentang keinginan Pete. Pasti tidak ada.     

Huh ... melihat itu, Ai semakin kasihan dengan nasib Xia untuk selanjutnya.     

Pete mengelus rambut Xia menenangkan, seperti mengelus kucing kesayangannya. Membuat semua yang melihatnya iri.     

"Uh ... aku juga pengen," batin Ai.     

"Astaga ... makin pengen cubit deh," batin Tasya.     

"Kapan punya anak seimut ini?" batin Lizz.     

"Cute," batin Daniel.     

"Mungil sekali," batin David.     

"Besok pacarku aku dandani gitu ah biar kelihatan imut," batin vano.     

"Astaga ... ini remote Ac kenapa nempel-nempel? Aku kan jadi pengen nempelin Lizz juga," batin Marco.     

"Xia tidak apa-apa, mereka keponakanku semua," bisik Pete     

di telinganya.     

Xia mendongak pada Pete. "Tapi mereka menyeramkan,"     

adu Xia pada suaminya.     

"SUAMIMU LEBIH MENYERAMKAN!" Batin mereka semua.     

"Memang kamu diapain sama mereka?" tanya Pete lembut,     

membuat semuanya melongo seketika. Sejak kapan Pete bisa     

ngomong halus?     

"Tadi aku dicubitin, diciumin, terus dipeluk-peluk, aku kan     

jadi Takut," adu Xia lagi.     

"SUAMIMU LEBIH MENAKUTKAN!" Teriak mereka     

bersamaan, tapi lagi-lagi hanya berani di dalam hati.     

"Yang Cowok juga?" tanya Pete dengan mata berkilat.     

Xia menggeleng, dan tentu saja semua cowok di sana     

langsung menyilangkan tangannya tanda mereka tidak melakukan apa-apa pada istri pamannya itu.     

"Sudah jangan takut ... kan ada aku," ujar Pete masih dengan suara     

selembut sutra yang masih tidak bisa dipercaya akan didengar oleh     

telinga.     

"Ehem ... maaf ya Xia, kita nggak bermaksud nakutin kamu kok ... habisnya kamu cantik dan imut sih, kita kan jadi gemes," jelas Ai memulai     

pembicaraan. Berusaha menghilangkan rasa canggung diantara mereka semua.     

"Kenalkan aku Ai, ini Daniel suamiku, ini Javier dan ini Jovan     

anak kami, kami keponakan uncle Pete," lanjut Ai dengan wajah     

masih setengah percaya pamannya menikah dengan boneka panda.     

"Udah tahu siapa aku kan? Aku Marco, ini istriku Lizz dan ini Junior kesayangan kami, kami juga keponakan uncle Pete," kata Marco mewakili Lizz memperkenalkan diri pada penghapus pensil     

itu.     

"Aku Tasya, istri David kakaknya Ai," ucap Tasya semangat.     

"Hai ... aku Vano, adik ipar Marco," Kata Vano singkat. Tidak berani melakukan perkenalkan berlebihan.     

Akhirnya Xia menyalami mereka satu persatu terutama double J yang terlihat paling antusias.     

"Hai, semua ... Saya Lin Xia Istrinya Om ... Pete."     

"EH ... OMMMMM?!" Teriak mereka serentak.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.