One Night Accident

PEMEGANG KENDALI



PEMEGANG KENDALI

0Enjoy Reading.     
0

***     

Daniel terlambat dan saja ketika dirinya memasuki istana Cavendish dan menuju meja makan Ai sudah tidak di tempat. Sial, ini tidak bagus untuk jatah malamnya. Sebaiknya Daniel segera mencari tahu di mana istrinya.     

Inilah yang tidak disukai Daniel jika rapat, dia tidak bisa mengajak Ai karena memang Ai paling malas melakukan pertemuan formal. Karena memang Ai bukan anak bangsawan yang melakukan kegiatan dengan jadwal dan peraturan ketat, jadi menyesuaikan diri menjadi Ratu Cavendish masih sangatlah berat baginya.     

Ai akan memilih melakukan beberapa kegian informal dan menghindari kegiatan yang terlalu kaku apalagi jika kegiatan itu membahas hal yang tidak dia tahu. Ai akan belajar tapi bukan berarti Ai menjadi orang sok tahu hingga membuat dirinya sendiri malu.     

Kesenjangan inilah yang membuat Daniel mau tidak mau sering bepergian sendiri tanpa sang istri padahal dia paling tidak tahan berjauhan dengan Ai. Jangankan satu jam, 5 menit saja Daniel sudah rindu.     

Dulu pernah pernah sekali Daniel mengajak Ai mengikuti rapat dewan yang membahas tentang senjata dan keamanan negara, belum ada 5 menit rapat berlangsung Ai sudah tertidur karena bosan. Akhirnya Daniel menutup rapat saat itu juga, bukan karena malu Ai sebagai ratu tertidur di ruang rapat, tapi khawatir Ai akan menglami sakit leher jika tidur dalam posisi yang tidak nyaman.     

Daniel memang Raja yang harus menjaga wibawa, namun demi Ai, wibawa akan dia buang asal Ai nyaman dan senang.     

Daniel memasuki kamarnya dan mendapati Ai sedang asik video call dengan kedua anak kembarnya di Indonesia.     

"Tweety ... sorry telat. Rapat tadi benar-benar mendesak, tidak bisa ditinggalkan," jelas Daniel sambil mencium kedua pipi Ai, lalu ke bibirnya yang tentu saja tidak mendapat balasan karena Sang Ratu Cavendish sedang kesal. Tapi untung Ai sedang Video Call jadi Ai tetap tersenyum karena kedua anaknya melihatnya.     

"Hai kidos kalian belum tidur?" tanya Daniel pada kedua anaknya.     

"Sebentar lagi, daddy," kata Javier.     

"Daddy, tadi Javier mmppp—" Terlihat Jovan ingin mengatakan sesuatu tapi langsung dibekap oleh Javier, membuat Daniel tertawa melihat tingkah anaknya.     

"Javier, jangan membekap adikmu kencang-kencang!" teriak Ai seolah kedua anaknya sedang berada di hadapannya. Terlihat Javier langsung melepas bekapannya dan Jovan meledek Javier.     

'Hey, Anak setan! Sudah malam, cepat tidur! Kalau kalian berisik terus, Junior tidak bisa tidur!' teriak suara di belakang duo J yang sangat familar.     

"Yes, Uncle!" balas Javier dan Jova bersamaan.     

"Wah ... Si Marco kurang ajar, ngatain anak kita anak setan," protes Ai waktu mendengar suara marco di seberang sana.     

"Sayang, kalian tidur ya? Berikan hpnya pada uncle Marco," kata Ai pada si kembar. Ingin segera menegur Marco karena kurang ajar.     

"Ok mom. I love you, Mom, Dad," ujar keduanya lalu terlihat layar yang bergoyang-goyang kemudian terlihat Marco yang dengan wajah malas menerima ponsel dari Javier.     

"Hai, Bos, kakak ipar," sapa Marco santai.     

Daniel mengerang mendengar panggilan Marco padanya yang tidak berubah, selalu kata itu yang berhasil menyindirnya telak.     

"Eh, bangke ... berani banget lo ngatain anak gue anak setan," kata Ai langsung dengan galak.     

"Kapan?" tanya Marco pura-pura bingung.     

"Dasar bekicot! Gue nggak budeg ya. Tadi lo teriak-teriak manggil anak gue anak setan," protes Ai.     

"Oh ... yang tadi? Kan emang anak lo anak setan. Bukan ding lebih tinggi malah, anak lo itu rajanya setan," kata Marco tertawa terbahak-bahak padahal menurut Ai dan Daniel tidak ada yang lucu sama sekali.     

"Marco! Eh ... monyet!" panggil Ai kesal saat Marco terus tertawa.     

"Apa sih Ai? Ya Allah kamu ratu lho Ai, jangan mengumpat mulu ntar imagemu sebagai ratu tereksis tercemar. Eh, bos bininya belum dikasih jatah ya? Galak bener..." tanya Marco pada Daniel di sebelah Ai.     

Daniel malas menanggapi Marco, karena sekali ditanggapi malah semakin menjadi. "Sebentar ya, Tweety ... ada yang mau aku bahas sengan Marco, biasa obrolan laki-laki," bisik Daniel lalu merebut ponsel yang dipegang Ai dan keluar dari kamar, mengabaikan Ai yang cemberut karena belum puas mengatai Marco.     

"Bagaimana?" tanya Daniel langsung.     

"Bagaimana apanya?" tanya Marco balik.     

"Marco, nggak usah pura-pura, wajahmu terlihat menyembunyikan sesuatu," tegur Daniel.     

"Buset dah ... emang mukaku keyak lemari apa bos? Bisa ngumpetin sesuatu," balas Marco.     

"Marco, stop memanggilku bos."     

"Baik yang mulia!" Daniel menatap tajam Marco.     

"Yaelah ... tajem amat bang pandanganya, ampe setajam silet," ucap Marco berusaha bercanda tapi melihat Daniel yang tidak bergeming, Marco hanya bisa mengembuskan napasnya seolah menyerah.     

"Baiklah ... aku akan bilang. Sebenarnya ... dia datang lagi," gumam Marco pelan.     

"Maksudmu?"     

"Javier," ucap Marco.     

"Dia menemui Javier lagi?"     

Marco mengangguk. "Siklusnya semakin cepat, dan aku rasa aku semkin sulit mengendalikannya," kata Marco.     

"Apa kamu akan mengembalikan Javier ke Cavendish?" tanya Daniel.     

"Entahlah ... dulu alasan sebenarnya kamu mengirim Javier ke sini dan membiarkan tinggal bersamaku karena hanya aku yang bisa menangani keistimewaan dirinya, tapi sekarang aku merasa kewalahan dan sepertinya obat Javier memang hanya ada di Cavendish," ujar Marco lesu.     

"Kamu tahu kan kalau di sini hampir setiap malam Javier kumat? Sedang saat denganmu tidak," ucap Daniel mengingat situasi Javier yang sangat tidak bagus ketika berada di Cavendish.     

"Aku tahu tapi itu setahun lalu, sudah sebulan ini keadaan Javier tidak jauh berbeda dengan saat dia di Cavendish. Ini Sudah ke tiga kalinya Javier mengalami itu dalam sebulan," kata Marco.     

"Tiga kali dalam sebulan masih mending daripada setiap hari, Marco," ucap Daniel.     

"Tapi selama ini dia selalu kumat saat malam hari tidak pernah siang hari. Dan hari ini dia kumat bukan hanya siang hari tapi ... dia kumat saat berada di sekolah, untung mereka sedang berada di tempat sepi, coba kalau pas di keramaian, kan bahaya," kata Marco mengkhawatirkan keponakannya. Bukan hanya khawatir akan keselamatannya tapi jug khawatir anak-anak di sekolah tahu dan Javier akan menjadi anak yang terabaikan oleh sekitar. Atau lebih parah jika ada yang membullynya.     

"Apa aku perlu ke sana?" tanya Daniel.     

"Untuk saat ini sepertinya tidak perlu, aku masih berusaha menyelidikinya. Shit ... aku harus pergi sekarang, nanti aku hubungi. Yes, Baby!" teriak Marco langsung mematikan sambungan.     

Daniel memandang ponselnya sambil geleng-geleng, apa yang terjadi dengan Marco? Dia itu pemilik Save Security, pemegang kendali semua keamanan dan persenjataan Dunia. Tapi dia kalah dan dikendalikan satu wanita yang bahkan sampai sekarang tidak lancar berbahasa Inggris. Siapa lagi kalau bukan Lizz sang istri tercinta? Daniel sampai heran, bahwa cinta itu selain indah bisa jadi mengerikan juga.     

Daniel kembali ke kamarnya, tapi memang sial dengan kejam Ai mengunci kamarnya. Dia baru memikirkan Marco yang dikendalikan Lizz, tapi lihatlah sekarang dia sendiri tidak jauh berbeda, hidupnya hanya terpusat pada Ai.     

Daniel dan Marco sama-sama memuja istrinya, tapi Daniel tidak akan membiarkan Ai tahu bahwa dialah pemegang kendali hidupnya. Karena Daniel punya 1001 cara agar bisa balik mengendalikan sang istri.     

Cklek ...!     

Dengan sekali coba Daniel berhasil membuka pintu yang dikunci oleh Ai. Dilihat Istrinya yang duduk memberengut ke arahnya. "Sebenarnya apa sih gunanya kunci pintu jika kamu selalu bisa membukanya walau sudah kukunci?" protes Ai.     

Daniel terkekeh pelan menghampiri Ai dan duduk di hadapannya.     

"Nggak usah deket-deket, aku lagi marah," kata Ai melengos.     

Cup ...     

Daniel mencium pipi Ai membuat Ai semakin cemberut.     

"Jangan ngambek. Aku minta maaf udah telat, rapatnya benar-benar tidak bisa dipercepat," bisik Daniel merengkuh Ai dalam dekapannya.     

Ai kesal bukan karena Daniel telat ikut makan malam, tapi Ai kesal karena Daniel melewatkan acara ngobrol dengan double J di Indonesia. Ai merasa Daniel hanya mencintainya, sedang anak-anak hanya seperti bonus yang didapatkan karena mereka bagian dari dirinya.     

Buktinya Daniel seperti tanpa baban saat merelakan si kembar tinggal dengan Marco, padahal kondisi Javier berbeda dari anak lain. Tapi lagi-lagi hanya karena alasan Marco yang bisa menangani Javier Ai akhirnya juga harus merelakan kedua anaknya tinggal terpisah darinya.     

"Ya sudah ... aku mau tidur," kata Ai berusaha melepaskan pelukan Daniel, tapi Daniel malah semakin merapatkan tubuhnya.     

"Daniel ... mmmmpppp," protes Ai langsung dibungkam Daniel dengan ciuman panjang hingga terengah-engah.     

"Tidurlah kalau bisa," bisik Daniel sambil menjilat telinga Ai, membuatnya terkesiap seketika. Puas dengan respon istrinya Daniel langung menghempaskan tubuh Ai di bawah kungkungannya.     

"I want you," ucap Daniel sebelum mencium Ai semakin Dalam.     

Ai boleh saja memegang kendali pada kehidupannya, tapi soal ranjang Daniel yang berkuasa dan mengendalikan istrinya agar menikmati semua perlakuannya.     

Daniel melepas semua pakaian yang melekat pada tubuhnya, lalu dalam sekejab dia sudah berhasil membuat Ai menjerit dan melayang karena kepuasan.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.