One Night Accident

KEMBALI



KEMBALI

0Enjoy reading.     
0

***     

"Javier!"     

"Javier!"     

"Javier!"     

Javier yang sudah tertidur jadi terbangun karena suara yang memanggil namanya, suara yang sudah hampir setahun tidak didengarnya, suara yang dia rindukan.     

"Javier!" panggil suara itu lagi, suara dari teman kecilnya. Javier tersenyum lebar saat melihat temannya berdiri tidak jauh dari tempatnya, teman yang tidak pernah mau menyebutkan namanya.     

"Teman ...," sapa Javier. Temannya tersenyum lalu melangkah pergi, tanpa disuruh Javier langsung mengikuti. Dia sudah hafal kebiasaan gadis kecil itu, setiap bertemu pasti mengajaknya ke tempat-tempat tertentu.     

"Kita mau ke mana?" tanya Javier, tentu saja tidak akan diberitahukan oleh temannya itu, tapi Javier tidak pernah bosan menanyakan tujuan mereka.     

Javier terus berjalan entah sudah berapa lama? Mungkin 10 menit atau 1 jam, tapi Javier tidak keberatan.     

"Sudah sampai?" tanya Javier saat melihat temannya berhenti.     

Gadis kecil itu tidak menjawab, tapi dia berbalik dan memandang Javier dengan sedih.     

"Ada apa?" Javier mendekati temannya heran, karena biasanya dia selalu ceria tapi ini sudah pertemuan yang keempat dalam bulan ini dan temannya selalu terlihat murung.     

"Kembalilah," bisik temannya.     

"Kembali? Kemana?" tanya Javier semakin bingung.     

"Selamatkan aku, aku ... takut," isak teman Javier membuat Javier semakin resah.     

"Ada apa sebenarnya?" tanya Javier.     

"Aku akan dibawa pergi dan jika dia pergi maka aku takut tidak akan bisa bertemu denganmu lagi," tangis temannya semakin menjadi.     

"Siapa yang mau membawamu pergi? Dan kenapa kita tidak akan bertemu lagi, kamu tidak akan mati kan? Eh ... bukankah kamu memang sudah mati?"     

Gadis itu menggeleng. "Masih ada kesempatan untukku hidup sebelum semua terlambat, dan yang bisa menyelamatkanku hanyalah orang yang penting di hidupmu," bisik gadis kecil itu.     

"Orang paling penting di hidupku? Siapa? Jovan? Mom? Dad? Uncle? Siapa?" tanya Javier semakin bingung, karena temannya menggeleng di setiap nama yang disebutkan.     

"Dia adalah orang yang paling dinantikan keluargamu, tapi keberadaannya tidak ada yang mengetahui, karena itu kembalilah, temukan kami," mohon gadis itu pada Javier.     

"Bagaimana aku bisa menemukan kamu jika tidak ada petunjuk yang kamu berikan?" tanya Javier.     

"Locker gold, Dr Key Pair, lokasi G 60."     

"Apa itu?"     

"Tempatku berada," kata temannya.     

"Javier!"     

"Javier!"     

Javier masih ingin mengobrol dan menanyakan pasti lokasi tempat temannya tinggal, karena seumur hidup belum pernah dia mendengar tempat seperti itu, tapi sesuatu menamparnya keras hingga tubuhnya oleng. Saat dia berbalik temannya sudah pergi dan uncle Marco memandanginya dengan tajam.     

"Alhamdulillah, akhirnya kamu kembali."     

****     

Sebelumnya     

Jovan membalikkan tubuhnya yang terlentang dan bermaksud memeluk kakaknya untuk menjadikan tubuhnya sebagai guling, tapi setelah diraba-raba ranjang sebelah kosong. Jovan menyipitkan mata yang masih terasa menempel, berat. Dilihatnya sekeliling kamar yang remang-remang, kakaknya tidak ada, lalu dilihat di ranjang satunya, Junior masih tidur dengan tenang, Jovan mendengus melihat gaya tidur Junior yang sekaku papan triplek. Heran deh ... sudah muka kaku tidur juga kaku. Benar-benar tanpa ekspresi.     

Entah karena insting atau keterikatan batin. Jovan yang biasanya cuek kali ini merasa resah dan langsung mencari keberadaan Javier di kamar mandi, seperti yang dia duga Javier tidak ada di sana.     

Oke Jovan sekarang panik, baru tadi siang Javier kumat. Jangan sampai sekarang dia kumat lagi.     

Dengan rasa was-was Jovan menyalakan seluruh lampu dari kamar sampai ke seluruh penjuru rumah. Saat sampai di dapur Jovan melihat keluar, dan tepat di sana Javier berjalan semakin menjauh dari rumah. Astaga ... apa yang dilakukan saudaranya itu di luaran sana?     

Jovan langsung berlari ke kamarnya lagi dan membangunkan Junior. "Junior, bangun!"     

Junior membuka matanya dan memandang Jovan heran karena Jovan yang terengh-engah.     

"Bangunkan uncle, Javier kumat lagi, sedang aku akan mengejarnya sebelum jauh" kata Jovan singkat dan langsung berlari ke bawah mencari keberadaan Javier.     

"Javier!" teriak Jovan memanggil kakaknya yang sudah lumayan jauh. Jovan berhenti sejenak untuk mengambil napas sebelum kembali berlari mengejar kakaknya itu.     

"Javier!" teriak Jovan setelah berhasil sampai di sebelah kakaknya.     

"Kamu ini mau kemana? Temanmu mau ngajak kemana? Jangan jauh-jauh, aku sudah capek. Lagian besok kita sekolah, ayo pulang saja!" kata Jovan nerocos di sebelah Javier. Walau Jovan tahu setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak akan didengar oleh kakaknya, setidaknya dia berusaha. Siapa tahu kali ini berhasil menyadarkan Javier tanpa harus menunggu Paman Marco.     

Jovan sebenarnya sudah merinding sedari tadi, karena biasanya Jovan mengatasi keistimewaan kakaknya ini dengan orang lain, sedang kali ini dia hanya berdua dan entah dengan kunti atau dedemit apa yang menarik kakaknya sampai di sini.     

Kemampuan Javier melihat makhluk tak kasat mata inilah yang mendatangkan kesulitan baginya, jika anak indigo lain saat melihat hantu masih bisa berinteraksi dengan manusia di sekitarnya, maka Javier tidak. Saat dia sedang memandang, berbicara atau berinteraksi dengan makhluk halus maka keberadaan manusia di sekitarnya seperti tertutup kabut, dan inilah yang disebut Jovan dengan kumat.     

Jadi ... bagi Javier hantu adalah temannya sedang manusia adalah makhluk halus yang tidak terlihat oleh matanya.     

Jovan terus berbicara sambil tetap mengikuti kakaknya dengan sekali-kali melirik sekitarnya takut jika dedemit yang diikuti kakaknya tiba-tiba menampakkan diri di hadapanya. Dengan senang hati Jovan akan langsung mengibarkan bendera putih tanda menyerah jika hal itu terjadi.     

Jovan hampir menabrak Javier saat tiba-tiba Javier berhenti dan mengobrol dengan temanya. Tentu saja Jovan tidak terlalu tahu apa yang dibicarakan karena dia hanya mendengar percakapan dari pihak Javier, tapi sepertinya dedemit itu memberi Javier sebuah alamat.     

Bagus setelah ini apa mereka akan saling berkunjung dan belajar bersama? Dengus Jovan.     

Tetapi semua segera terlupakan saat Jovan melihat wajah kakaknya yang terlihat sedih.     

Dengan cepat Jovan memegang tangan kakaknya saat akan kembali berjalan. Ini sudah cukup, dia sudah capek, apalagi di depan mereka adalah danau yang sengaja dibuat uncle Marco untuk Junior belajar berenang.     

Pamannya itu memang aneh, jika orang tua lain akan membangunkan kolam renang, dia malah bikin danau. Masa iya Javier mau nyemplung ke situ? Jangan bilang kalau teman Javier adalah hantu penunggu danau itu.     

"Javier!" teriak Jovan tepat di telinga Javier, berharap teriakannya berhasil menyadarkannya.     

"Astaga! Ini setan kecil nyusahin aja sih," protes suara di belakang Jovan yang ternyata uncle Marco dan Junior di belakangnya.     

"Sukurlah ... paman cepetan, keburu Javier mau nyemplung nih," kata Jovan saat melihat pamanya yang hanya berdiri di tempat.     

Marco terlihat kesal, dengan rambut acak-acakan dan hanya menggunakan celana kolor, Marco mendekati Javier yang ada di depannya. Dengan cepat Marco memandang ke arah Javier melihat dan menemukan titik fokusnya.     

"Pergi!" bentak Marco entah pada siapa.     

Marco memang tidak bisa melihat setan, tetapi ... Marco bisa melihat Aura dan dia bisa merasakan ada aura lain di depan Javier yang setelah mendapat bentakan darinya seperti memudar.     

Lalu Marco menatap tajam mata Javier dan memanggilnya pelan. Hampir 10 menit Marco terus memanggil Javier tapi tetap belum menyadarkanya, akhirnya karena tidak sabar Marco menamparnya hingga membuat Javier sedikit oleng.     

"Paman," panggil Javier heran begitu mendapatkan kesadarannya.     

"Alhamdulilah akhirnya kamu sadar juga," kata Marco lega.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.