One Night Accident

AKU ENGGAK KENAL



AKU ENGGAK KENAL

0Enjoy reading.     
0

***     

"Paman," panggil Javier heran begitu mendapatkan kesadarannya.     

"Alhamdulilah akhirnya kamu sadar juga bocah. Seneng banget bikin orang panik," kata Marco lega.     

"Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Javier heran.     

"Menurutmu?" Marco bersedekap dengan kesal.     

Sebenarnya ada Security dan juga bodyguard di kediaman Marco serta keamanan lengkap di komplek itu. Namun mereka tadi sudah dihentikan Jovan dan karena tidak melihat ada bahaya mengancam mereka hanya mengamati dari jauh. Apalagi begitu melihat Marco juga keluar, mereka tidak jadi nongol karena Marco tidak terlihat butuh bantuan.     

"Javier dengar ya ... kamu boleh temenan sama itu makhluk abstral, tapi please kalau temenan cari yang enggak suka jalan-jalan malam. Bikin susah tahu enggak." Marco berkeluh kesah karena lagi nanggung.     

"Paman apa itu Locker Gold?" tanya Javier tiba-tiba mengabaikan keluhan Marco.     

"What?" Marco menegang sesaat tapi sebentar kemudian dia sudah rileks lagi.     

Walau cuma sekejap namun Javier sempat melihatnya sebelum pamannya kembali memasang wajah tidak mengerti.     

"Kamu itu ngomong apa sih? Nggak usah aneh-aneh, cepet pulang! Ganggu paman lagi seneng aja. Lain kali kalau mau kumat jangan malem-malem. Siang saja ya ... soalnya kalau malam itu jatah paman sama auntymu berduaan. Dasar bocah ganteng-ganteng tapi temennya setan," kata Marco ngedumel lagi dan tanpa memperdulikan kedua ponakan serta anaknya yang masih ada di sana dia segera berlari ke arah rumah.     

"Babe ... jangan tidur dulu!" teriak Marco sambil berlari masuk ke dalam rumah. Membuat bodyguard yang mengawasi pada heran melihat tingkah bosnya yang aneh itu.     

"Aku nggak kenal," ucap Junior malu melihat tingkah papanya sebelum berlalu meninggalkan kedua sepupunya.     

Javier mengedip ke arah Jovan ketika melihat Marco yang masih berlari sampai rumah dan Jovan langsung mengerti kode dari sang kakak.     

****     

Marco melihat Lizz yang baru saja memejamkan mata. Dia menghela napas agar tidak ngos-ngosan karena habis lari-larian sebelum masuk ke dalam selimut dan menggoda istrinya.     

"Babe," bisik Marco di telinga Lizz sambil menjilatinya, tangannya sudah merayap ke dsepanjang lengannya.     

"Em ... ngantuk babe," balas Lizz setengah sadar. Karena memang sudah benar-benar tidak sanggup membuka matanya lagi.     

"Sekali lagi yuk babe ... yang tadi kan tertunda," bujuk Marco tidak mau kalah dan mulai mengelus bagian depan tubuh Lizz membuat Lizz terengah karena memang tubuhnya masih polos setelah percintaan mereka yang entah ke berapa.     

"Tadi katanya yang terakhir," rengek lizz setengah mendesah.     

"Tadinya begitu, tapi kan ada gangguan. Jadi ... belum sempat kelar. Jadi ... boleh dongk sekali lagi ya? Nerusin yang tadi, Anggap saja sebagai menu penutup." bujuk Marco pantang menyerah sambil menciumi tengkuk dan punggung istrinya.     

"Ehm ... Babe ..." Lizz langsung mendesah saat Marco menarik tubuhnya agar menghadap suaminya dan dalam sekejab lidah Marco tiba-tiba sudah ada di putingnya, menjilat dan mulai menari seperti ingin memakan semuanya.     

Lizz mengeliat dan meremas sprai di bawah tubuhnya dan mengeliat karena mulai terangsang. Melihat istrinya yang sudah pasrah dan mulai terpancing Marco langsung membuka paha Lizz lebar-lebar, menyiapkan pistol kesayangannya yang sudah menahan pelurunya dari tadi.     

"Ach ... Babe ... kamu sempit sekali," geram Marco sambil menyatukan tubuh mereka.     

Lizz langsung melenguh dan mencengkram bahu Marco saat Marco memulai gerakannya. "Marco ... Ah ..."     

"Enak Babe!" Marco mencium leher Lizz dan meninggalkan bekas merah di sana.     

"He ... emm ..."     

Brakkk ... Brakkk ... Brakkk.     

"Uncle ... bangun!" Marco yang sedang asik mengabaikan panggilan keponakannya.     

Brakk ... Brakkk ... Brakkk.     

"Uncle, Javier kumat lagi!" teriak Jovan menggebrak kamar Marco.     

"Akh ... sebentar, ah ... bocah!" teriak Marco dan semakin mempercepat gerakannya. Tadi dia sudah diganggu jangan sampai yang sekarang kembali tertunada.     

"Uncle!" Jovan tidak menyerah dan terus menggedor pintu kamarnya.     

Brakkk.     

"Marco ... Ah ... Javier ... Uh ...." Lizz mulai memprotes karena terganggu dengan panggilan Jovan.     

"Iya bentar, Babe ..." geram Marco. "Bentar ... lagi ... uh ...." Marco benar-benar lagi nanggung.     

Brakkk ... Brakkk ... Brakkk.     

"Uncle, Javier mau lompat dari balkon!" teriak Jovan.     

Duakh ...!     

Gedebug.     

"Aw.... shit, Babe!" protes Marco saat tiba-tiba Marco terjatuh dari ranjang karena didorong sang istri dengan tendangan kaki.     

"Javier ... Babe!" Lizz tidak peduli dengan keadaan Marco, dia justru khawatir mendengar perkataan Jovan barusan.     

"Uch .... dasar bocah!" teriak Marco frustasi karena menahan gejolak yang tidak tersalurkan.     

Sudah dua kali, bayangkan itu ... dua kali dalam semalam, cuma bisa nyodok tanpa dapat pelepasan. Nyeri ow ... nyeri.     

Dengan sumpah serapah bertubi-tubi Marco mengenakan celananya lagi dan langsung membuka kamarnya dengan wajah tidak enak dilihat sama sekali.     

Mendengar pamannya mengumpat-umpat Jovan langsung melesat pergi masuk ke dalam kamarnya lalu menguncinya.     

"Bagaimana?" tanya Javier.     

"Beres," ucap Jovan.     

"Tarik meja ke depan pintu." Javier memberikan ide. Lalu dia dan Jovan menarik meja dan kursi untuk menghalangi pintu.     

"Beres," ucapnya bersamaan dan bertos ria. Senang membayangkan ekspresi jengkel pamannya.     

"Kalian ngapain?" tanya Junior memandang curiga dua saudara kembar itu.     

"Sstt ... anak kecil diam, udah tidur aja. Kalau ada suara-suara aneh abaikan," ucap Javier.     

Junior mengedikkan bahu lalu kembali tidur. Malas menanggapi keusilan Javier dan Jovan yang tidak pernah habis itu.     

"Jovan!" panggil Marco dan langsung menuju kamar mereka.     

Cklek.     

"Jovan ... Junior.! Buka pintunya ... di mana Javier?" Javier dan Jovan meringkuk di dalam selimut dan menutup mulut dengan tangan menahan tawa.     

Junior yang mendengar panggilan papanya kembali terbangun dan memandang pintu lalu melihat ke arah sepupunya secara bergantian. Tidak perlu berpikir lama Junior langsung tahu bahwa papanya sudah kena tipu.     

"Mereka sudah tidur, Pa!" teriak Junior malas mendengar teriakan papanya yang mengganggu tidurnya.     

"Tapi ... katanya tadi Javier kumat. Anak papa yang paling ganteng, buka pintunya gih!" rayu Marco pada Junior.     

"Pintunya terhalang meja kursi dan Javier serta Jovan sudah tidur." Junior kembali menjawab.     

Pada saat itulah Marco baru menyadari kalau dia dikerjai para iblis kecil itu Marco langsung mendobrak pintu mereka. Brakkk ... Brakkk Marco bisa melihat meja dan kursi yang menghalangi pintu.     

"Javier ... Jovan ... Dasar bocah kampret! Awas besok paman hukum kalian!" teriak Marco kesal lalu kembali menendang pintu sebelum kembali ke kamarnya.     

Klek.     

Kenapa kamarnya dikunci juga?     

Tok Tok Tok     

"Babeeb ... bebe ... kok pintunya dikunci?" panggil Marco kepada Lizz dengan nada merayu.     

"Kamu kebanyakan ngumpat didekat anak-anak. Aku nggak suka, jadi sebagai hukuman, malam ini kamu tidur di luar," ucap Lizz kesal karena mendengar Marco mengumpat dari tadi.     

Perkataan Lizz membuat Marco lemas seketika. Ini tidak bisa dibiarkan, dia harus bisa masuk dan Marco tidak kehabisan akal. Sayangnya ... baru Marco akan mendobrak pintu kamarnya Lizz berkata.     

"Jangan didobrak, kalau didobrak aku bakalan nginap di rumah emak Rina selama seminggu."     

Menginap di rumah emak? Oh tidak! Jangan lakukan ini padanya. Menginap di rumah emak sama dengan siksaan baginya.     

Jangankan seminggu, sehari saja dia sudah merasa merana, karena emak selalu menerapkan peraturan tidur bersama, Marco, Lizz dan Junior. Mana bisa naena kalau Junior tidur di tengah-tengah mereka?     

Marco menurunkan kakinya kembali, memandang pintu kamarnya dengan lesu, lalu memandang pintu kamar keponakannya dengan api membara.     

"Dasar anak setan!" Teriak Marco menggelegar di seluruh penjuru rumah.     

Sedang Javier dan Jovan langsung tertawa mendengar teriakan frustasi pamannya.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.