One Night Accident

AI DAN MARCO



AI DAN MARCO

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Curut, bisa anteng tidak sih?" teriak Marco pada dua keponakannya yang ribut di dalam pesawat.     

Marco kesal sekali gara-gara duo anak setan itu tidur Lizz yang nyaman jadi terganggu, padahal istrinya itu sedang kelelahan akibat 4 ronde yang dia minta semalam. Tidak bisakah anak-anak ini membiarkan istrinya rebahan dengan tenang.     

Mereka sekeluarga saat ini sedang dalam perjalanan menuju Cavendish karena sekarang sedang liburan sekolah dan jadwal rutin Marco mengantarkan kedua keponakannya agar bertemu orang tua mereka.     

"Apaan sih Paman?" protes Javier.     

"Ganggu orang lagi main saja," tambah Jovan.     

"Eh ... di sini itu kalian yang berisik." Marco melotot ke arah Javier dan Jovan.     

"Kalau paman nggak mau keganggu kenapa PS ini tidak ditaruh di kamar kita saja?" protes Javier.     

"Betul, kalau paman mau kita enggak ribut mendingan PS nya kita yang bawa." Jovan merayu.     

"Enggak usah ngimpi bocah. Enggak sadar apa sudah berapa puluh PS hancur ditangan kalian?"     

"Itu kecelakaan paman."     

"Enggak sengaja juga."     

Keduanya langsung membuat pembelaan.     

"Heleh ... enggak usah ngibul. Paman tahu kalian emang pengrusak karena kalian selalu membanting atau menghancurkan PS saat ada yang kalah," ucap Marco kesal.     

"Kami tidak sengaja Paman," bela Jovan masih berusaha ngeles.     

"Tidak sengaja kok hampir tiap hari, sudah sana kembali ke habitat kalian," kata Marco cemberut.     

"Babe ... biarin aja sih, mereka itu masih kecil, lagi pula ini kan hari libur mereka, biarkanlah mereka bersenang-senang," bela Lizz pada dua ponakannya tersebut.     

Marco mengelus rambut Lizz sayang dan tatapan lembut berbeda 180° ketika menatap keponakannya yang terlihat ingin menggiling mereka jadi adonan kue cubit.     

"Sudah ... bebeb kalau masih ngantuk mendingan tidur saja. Tenang saja mereka biar junior yang urus," kata Marco menyuruh Lizz rebahan sambil menyelimutinya.     

"Junior, tolong itu kakak-kakakmu dikandangin dulu. Kasihan bunda dan dedek bayi, mau istirahat dari tadi jadi nggak bisa," perintah Marco pada anaknya.     

Junior mengembuskan napas kesal karena keasikannya membalas chat dari Angel terganggu.     

"Javier, Junior main di kamar!" perintah Junior dengan wajah dingin andalannya.     

"Bentar lagi Junior ya!" bujuk Jovan.     

"Iya, aku hampir menang ini," kata Javier memohon.     

"TIDAK! Mamaku butuh istirahat jadi kembali ke kamar masing-masing," perintah Junior lagi, kali ini dengan tatapan tajam.     

Javier dan Jovan langsung lemas dan menaruh stik PS yang berada di tangan mereka lalu keluar dari kamar khusus milik Marco di pesawat jet pribadi keluarganya itu.     

Javier dan Jovan kadang merasa ini tidak adil, kenapa mereka yang 8 tahun harus kalah dan menurut sama Junior yang baru berusia 6 tahun? Tapi mau bagaimana lagi setiap Junior menatap mereka dengan tajam, duo J serasa merinding seketika.     

Apalagi mereka berdua menyukai Angel dan parahnya Angel hanya mau menuruti perintah Junior. Jika junior mengatakan Angel tidak boleh menemui duo J, maka Angel benar-benar tidak akan menemui mereka, dan seketika hidup double j akan terasa hampa.     

Siapa yang bakal menangis karena keisengan mereka? Siapa yang akan merona karena malu atas tingkah mereka? Siapa yang akan memberi hadiah ciuman dan pelukan manis kalau mereka berbuat baik?     

Tidak ada.     

Javier dan Jovan sudah pernah merasakan membully semua anak di sekolahnya.     

Hasilnya?     

Tidak ada yang lebih manis, imut dan menggemaskan selain Angeline saat menangis. Dan mereka berdua tidak tahan jika harus menjauh dari adik kecil, cantik nan unyu-unyu itu dari mereka.     

Maka dari itulah Javier dan Jovan selalu takluk pada Junior, karena kunci kebahagiaan mereka ada pada Angeline dan Angeline berada di genggaman junior.     

Oh ... sial!     

*****     

"Daddy!"     

"Mom!" Javier dan Jovan langsung menubruk Daniel dan Ai setelah memasuki Istana Cavendish.     

"Uh ... sayangku kangen mom ya? Mom juga kangen banget," kata Ai sambil mengelus kepala Jovan dan memeluk Javier. Sedang Marco sekeluarga mengikuti duo J yang sudah berlari duluan.     

"Brotha!" teriak Marco lebay begitu melihat Daniel menurunkan Jovan dari gendongannya dan bermaksud menerjangnya. Tapi sebelum itu terjadi Ai sudah lebih dulu menarik baju Marco dan menghentikannya.     

"Apaan sih Ai?" protes Marco saat gagal memeluk kakaknya.     

"Enggak usah peluk-peluk, berasa lihat pasangan homo gue."     

"Suka-suka guelah kakak-kakak gue, lo siapa ngelarang?"     

"Gue istrinya lo mau apa?" tantang Ai dengan senyum kemenangan.     

Daniel berjalan mendekati istri dan adiknya yang sudah memasang tatapan tajam masing-masing. Dengan pelan dia memeluk Marco dan langsung melepasnya dalam sepersekian detik.     

"Sudah aku peluk kan? Jangan ribut lagi, mendingan masuk sana istirahat dulu, kasihan istrimu lagi hamil," ujar Daniel menengahi.     

Ai seketika langsung cemberut karena Daniel menuruti adiknya. Tapi sebelum protesnya keluar dia melihat Junior di depan Lizz.     

"Lizz!" Ai bercipika cipiki dengan sayang.     

"Hai, Junior ganteng!" sapa Ai senang.     

"Selamat siang yang mulia," balas Junior sambil membungkukkan tubuhnya tanda hormat.     

Seketika Ai terpana dengan tindakan Junior "Ya ampun sayang .... kamu sesuatu banget sih." Ai memeluk Junior dan menciumi pipinya gemas.     

"Maaf yang mulia, banyak yang memperhatikan," kata Junior mengingatkan Ai. Merasa risih karena diperlakukan seperti bayi yang bebas dicium di sembarang tempat.     

"Kenapa? Kamu kan keponakanku," ucap Ai menciumi pipi Junior lagi bahkan mengacak rambut dan mencubitinya karena benar-benar geregetan dengan muka lempengnya.     

"Tapi Anda Ratu, tidak pantas berlaku seperti itu," kata Junior tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang selalu anteng. Padahal di dalam hati dia ingin segera menjauh karena melihat Ratu yang bersikap begitu alay.     

Ai mendesah kecewa dan melepaskan Junior lalu memandang Marco yang tersenyum geli karena Ai dicuekin anaknya.     

"Mom, Dad, kita masuk dulu yaaa capek," ucap Javier berpamitan mewakili Jovan sekalian.     

Daniel mengangguk lalu memanggil maid dan beberapa pengawal agar mengantar ke tiga pangeran ke kamar masing-masing.     

"Permisi yang mulia," ucap Junior sambil membungkuk sebelum mengikuti kedua kakak sepupunya.     

"Anak lo dikasih makan apa sih? Bisa cool gitu?" tanya Ai masih heran karena Marco bisa menghasilkan bibit seunggul itu.     

"Makan nasilah, masak menyan," kata Marco, yang saat ditinggal Ai menciumi Junior, dia sudah nemplok merangkul Daniel dan minta peluk lagi. Membuat Daniel risih dan berusaha melepaskannya.     

Lizz menarik Marco agar melepas pelukannya pada Daniel. Dan Ai langsung membantu dengan bergelayut manja setelah Marco melepas pelukannya.     

"Daniel, berasa nggak sih?" tanya Ai tiba-tiba.     

"Berasa kok, Tweety," kata Daniel memandang dada Ai yang nempel di lengannya.     

Plakk.     

Ai memukul lengannya.     

"Bukan itu ... ish ... dasar otak mesum!"     

Daniel mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum, sedang Marco meringis, ternyata kakaknya masih semesum biasanya.     

"Yang aku tanyakan itu, kamu berasa enggak kalau Junior itu lebih mirip sama kamu, sedang Javier dan Jovan malah mirip Marco?"     

Daniel mengangguk membenarkan. Memang dia juga agak heran karena anak Marco bisa seanteng itu. Padahal polah bapaknya kayak SPG yang nawarin barang dagangan. Berisik.     

"Jadi ... lo nggak nuker anak gue sama anak lo kan?" tanya Ai memandang Marco curiga.     

"Bos ... istrimu ini sebenarnya genap enggak sih otaknya?" tanya Marco mengabaikan pertanyaan Ai.     

"Marco!" Daniel memperingatkan saat Ai sudah hampir menerjang dan melempar Marco dengan sepatunya. Kurang ajar sekali mengatai istrinya otaknya kurang?     

"Iya ... iya astaga ... sensi amat Bang!" Marco menghindar cari aman.     

"Maksudnya itu ya Bos. Emang Ai gak sadar pas brojolin duo J itu dia ngeden berapa kali? Udah jelas brojol 2. Lagian nggak bisa ngitungin umur anak sendiri apa? Pake nanya ketuker segala." Marco geleng-geleng seolah-olah Ai terlalu bloon hingga tidak mengenali anak sendiri.     

"Marco!" Ai bertambah kesal.     

"Sudahlah Tweety, kamu ngeladenin Marco sama kayak ngeladenin nyamuk, diusir balik lagi," kata Daniel enteng.     

Ai langsung tertawa terbahak.     

Marco cemberut mendapati kakaknya malah mengejek dirinya. "Babe ... aku dikatain nyamuk," adu Marco pada Lizz.     

"Kamu kan emang berisik, Babe," jawab Lizz membenarkan.     

Ai makin tertawa senang.     

"Ketawa aja terus kek kunti aja demen ketawa. Kamu juga, kenapa jadi bos jahat banget pakai ngatai aku yg ganteng ini kek nyamuk lagi. Nanti tak bilangin uncle Pete tahu rasa," kata Marco mengajukan eksekutor andalan keluarga Cohza.     

"Bilangin aja, nanti aku bilangin Xia, biar kamu diklepon lagi." Ai menantang. Pete boleh ditakuti tapi ... Pete juga pinta kelemahan. Siapa lagi kalau bukan istri kecilnya Lin Xia. Asala Xia ada dipihaknya maka semua aman sejahtera.     

"Kamu ...." Marco menunjuk Ai semakin kesal.     

"Jojo!" Daniel memperingatkan. Dia capek setiap Ai bertemu Marco selalu saja berdebat, apalagi kalau ketambahan Joe. Serasa meledak kepalanya.     

Nyadar nggak sih mereka bertiga itu sifatnya sama? Sama-sama manja, sama sama suka ngatur, sama-sama egois dan yang pasti sama-sama nyinyir plus alay.     

Kenapa Daniel harus ditakdirkan dekat dengan orang-orang yang sama-sama berisik tapi malah bersaing satu sama lain dan tidak bisa akur.     

Uh ... pusing pala Daniel.     

****     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.