One Night Accident

LANJUTKAN



LANJUTKAN

0Enjoy reading.     
0

***     

Daniel menatap Ai dan Marco dengan kepala pusing karena sudah hampir 10 menit dan mereka masih betah saling adu bacot.     

"Itu mulut minta dicipok apa dimanyun-manyunin?" Marco menegur Ai.     

Daniel kembali mendesah karena ternyata mereka berdua mengabaikannya.     

"Sorry ya kena cipok lo, gue langsung kena rabies."     

"Eh justru cipokan gue yang bikin otak lo waras."     

"Oh ... jadi sekarang lo ngaku kalau dulu lo sengaja nyipok gue?" Ai semakin kesal.     

"Idih ... sorry ya ... situ yang nempelin bibirnya. Bukan gue yang nyosor." Marco jadi ingat kejadian berapa tahun lalu.     

"Bilang saja lo keenakan, ketahuan banget ambil kesempatan dalam kesempitan. Mentang-mentang gue lagi lengah, Lo modusin."     

"KALIAN PERNAH CIUMAN?!" geram Daniel dengan tatapan tajam.     

Glekkk.     

Seketika rasa dingin menjalar ke seluruh ruangan.     

"Iya, aku sampai nangis di pinggir jalan. Aku pikir Marco selingkuh," jawab Lizz polos seolah itu bukan masalah besar.     

Mendengar itu membuat Daniel semakin berkobar. "JHONATHAN!"     

"Eh ... bukan gue yang cium, tapi Ai. Udah ya Marco ke kamar dulu, kasihan Lizz capek, iya kan, Babe?" ucap Marco kilat dan langsung menarik Lizz pergi tanpa menunggu Daniel menjawab.     

Daniel memandang Ai tajam.     

"Apa?" tanya Ai tanpa takut.     

"Kapan kalian ciuman? Sebelah mana saja?". Daniel enggak rela miliknya disentuh orang lain walau itu adik sendiri.     

"Menurutmu yang sebelah mana?" tanya Ai menantang, seneng banget cowok secool Daniel, kalau cemburu keyak orang nahan muntah.     

Grepp.     

Dalam sekali tarikan Ai sudah terlentang di lantai yang untung dilapisi karpet tebal sehingga tidak membuat memar tapi cukup mengagetkan.     

"Daniel ... sakit tahu!" Ai memprotes saat punggungnya     

mengenai karpet dan Daniel malah mengurung di atasnya.     

"Mana yang dicium Marco?" Daniel mengamati Ai seolah men scan seluruh tubuhnya.     

"Ck ... Itu cerita lama. Zaman kamu ngilang nggak tahu kemana. Lagian juga nggak sengaja kok. Udah sih bangun, dilihatin pengawal noh, nggak malu apa? Raja dan ratu gelimpungan di lantai ruang tamu kerajaan?" Ai berusaha mendorong dada Daniel agar menjauh.     

Daniel masih muram, namun akhirnya dia menegakkan tubuhnya tapi tetap tidak membiarkan Ai kemana mana.     

"Kalian semua keluar, dan jangan ada yang masuk sebelum aku perintahkan," ucap Daniel pada seluruh pengawal dan maid di sana. Sehingga dalam beberapa detik ruangan itu kosong dan hening, meninggalkan Raja dan Ratu yang akan memulai gulatnya.     

"Daniel kamu gila! Ini ruang tamu kerajaan!" Ai melotot saat melihat Daniel yang melepas jas dan kemeja secara bersamaan.     

"Kenapa? Ini istanaku, ini kerajaanku, jadi terserah aku. Aku rajanya, maka aku yang mengatur dan berkuasa," kata Daniel menyeringai.     

Ai hanya melongo dengan wajah khawatir, Daniel masih sangat arogan seperti biasa.     

"Jadi Red, siapkan dirimu," kata Daniel mulai menarik gaun Ai hingga terlepas. Ai terengah, harusnya dia tidak memakai gaun merah. Daniel selalu kalap jika dia memakai gaun merah, warna favoritnya.     

Oh sial ... Ai tidak akan selamat kali ini.     

Daniel tersenyum miring saat melihat Ai mengenakan bra dan celana dalam berwarna merah.     

"Tweety ... kamu sangat menggoda, kamu sangat Red dan aku suka," bisik Daniel sambil mengelus payudara Ai yang masih terbungkus bra.     

Ai menggigit bibirnya menahan desahan, dia masih ingat ini di ruang tamu dan ruang tamu yang selebar lapangan bola ini pasti akan berdengung jika dia mendesah terlalu keras.     

"Daniel ... bisa kita pindah ke kamar saja?" Ai memohon karena tidak ingin bergumul dilantai dengan CCTV disetiap sudut.     

"Tenang saja, CCTV akan diamankan." Para pengawal dikerajaan sudah hapal dengan tingkah Raja yang suka mesum di sembarang tempat. Jadi ... setiap kali Raja memerintah mereka mengosongkan ruangan secara otomatis CCTV dalam ruangan itu juga akan di non aktifkan.     

"Kalian mau bikin film?" Daniel langsung berbalik saat mendengar suara yang mengintrupsinya. Di sana ... Paul dan kekasihnya Linmey memandang Daniel dan Ai sambil geleng-geleng. Benar-benar Raja dan Ratu yang patut dicontoh. Batin Paul.     

Daniel dengan sigap berbalik menutupi tubuh Ai di belakangnya. "Selamat datang uncle, sudah tahu letak kamarmu kan?" tanya Daniel biasa saja.     

Paul mendengus. "Ayo Lin lin, kita masuk saja," kata Paul langsung mengajak Linmey mencari kamarnya.     

"Mau kemana?" tanya Daniel saat Ai akan beranjak pergi.     

"Masuklah menemui tamu kita."     

Brukkk.     

Daniel kembali menarik Ai dan menindihnya. "Kita belum selesai, Red." Daniel kembali menindih Ai dan mencium lehernya.     

"Astaga ... bagaimana kalau nanti ada ah ... yg masuk lagi?" tanya Ai terkesiap karena Daniel melempar branya dan langsung menghisap payudaranya rakus.     

"Apa di sini tidak ada kamar?" tanya sebuah suara. Daniel mengumpat dalam hati, siapa lagi yang mengganggunya.     

Dengan cepat Daniel berbalik dan Ai langsung bersembunyi di belakangnya karena tubuhnya yang tinggal memakai celana dalam. "Selamat Datang Uncle Pete. Aku rasa kamu tidak memerlukan pengawal untuk menunjukkan kamarmu kan?" tanya Daniel kesal.     

"Wow tante cantik telanjang," seru Alxi, anak Pete yang berusia 5 tahun. Ucapannya membuat Ai terkejut karen tiba-tiba Alxi sudah di dekatnya. Ai tentu saja malu dan langsung mengambil kemeja Daniel untuk menutupi tubuhnya.     

"Alxi!" Xia yang merasa tidak enak langsung menggendong Alxi dan membawanya menjauh dari Ai. Anaknya ini usil sekali.     

"Silakan dilanjutkan," kata Xia langsung mendorong Pete agar menjauh.     

"Tante .. dadamu seksi sekali," teriak Alxi dari jauh.     

Ai terkesiap sedang Daniel geleng geleng. Bagus sekali, Neraka dan anak iblisnya sudah datang.     

"Masih ingin melanjutkan?" tanya Ai kesal karena gara-gara Daniel dia diejek anak kecil. "Tentu saja, bahkan jika gempa pun ini harus dilanjutkan," kata Daniel menarik kemejanya yang menutupi Ai. Ai yang tidak menyangka ini akan benar-benar diteruskan hanya diam pasrah saat Daniel mulai mengerjai tubuhnya lagi.     

"Daniel ... Ah!" Ai sudah melupakan semua saat Daniel kembali memainkan kedua payudaranya dengan remasan dan jilatan yang membuatnya panas dingin dan berdesir.     

"Kamu lulai basah Tweety." Daniel masih menikmati payudara Ai, namun sebelah tangannya sudah merayap diantara pahanya dan mengelus kewanitaannya dari balik celana dalam.     

"Apa yang kalian lakukan di ruang tamu kerajaan?!" teriakan shock Stevanie saat melihat Raja dan Ratu yang seharusnya menjadi panutan saat ini malah sedang asik bergelimpungan di lantai.     

Hell ada sofa yang lebih empuk kenapa malah memilih lantai yang jelas-jelas lebih keras?     

Ai yang mendengar suara mantan ratu terdahulu langsung gelagapan. Sedang Daniel lagi-lagi mengumpat. Mau berapa orang lagi yang mengganggunya?     

Daniel menghirup napas dalam sebelum berbalik dan tersenyum memandang ibunya yang terlihat berwajah merah antara malu dan kesal.     

"Ini bahkan masih pagi Daniel," kata Stevanie menatap tajam putra sulungnya itu.     

"Yang enak kan emang di pagi hari Mom?" jawab Daniel anteng.     

Stevanie menganga shock. Kenapa semakin hari anaknya semakin tak tahu malu.     

Sedang Ai mengerang malu di belakang Daniel yang terlihat tidak merasa risih sama sekali. Padahal Ai sudah tinggal memakai celana Dalam sedang Daniel sendiri juga hanya memakai celana.     

"Mom dan Dad mau menonton kami?" tanya Daniel tidak sabar. Daniel tidak suka karena sedari tadi aktifitasnya terus diganggu.     

Stevanie semakin shock sedang Peter terkekeh melihat tingkah anaknya yang mirip dirinya saat masih muda. "Terimakasih, Son, tapi kami memiliki kegiatan pagi yang lebih menarik," ucap Peter dan langsung membopong Stevanie, tidak menghiraukan teriakan marahnya.     

Ai memandang Daniel dan ayah mertuanya bergantian, sekarang dia tahu dari mana tingkah mesumnya berasal.     

"So ... Bisa dilanjutkan?" tanya Daniel dengan tersenyum lebar.     

"What? Maksudmu setelah semua ini ... kita masih ...?"     

"Tentu saja dan kali ini aku jamin tidak ada yang mengganggu lagi," ucap Daniel langsung mencium Ai.     

"Maaf yang mulia pangeran kecil menangis minta disusuin."     

Daniel berbalik dan memandang tajam seorang perawat yang menghampirinya. "Apa kamu mau mati? Siapa yang mengizinkanmu masuk?" bentak Daniel membuat perawat itu gemetar seketika.     

"Tidak apa-apa bawa pangeran ke sini," kata Ai.     

"Tidak boleh, kalau kamu masih mau hidup pergi dan tenangkan pangeran SEKARANG banyak susu lain tidak harus susu dari Ai," kata Daniel membuat perawat yang menjaga sang pangeran ngibrit seketika.     

"Daniel kamu keterlaluan," ucap Ai kesal.     

"Dia yang keterlaluan karena berani menggangguku." Daniel memandang Ai tepat di manik matanya.     

Ai langsung menutup matanya. "Jangan coba-coba menghipnotisku, dan pergi dari atas tubuhku!" bentak Ai.     

"Aku akan pergi setelah selesai," kata Daniel langsung menerjang Ai.     

"Daniel!" protes Ai yang tidak dihiraukan oleh suaminya.     

"Ini milikku," kata Daniel sambil meremas dan memelintir puting Ai lembut, membuat Ai akhirnya mendesah.     

"Pangeran akan mendapatkan susu terbaik dari mana pun, tapi yang ini hanya milikku, hanya aku yang boleh menikmatinya," geram Daniel sambil menjilat dan mengisap payudara Ai dengan rakus.     

"Daniel!" Ai mencengkram bahu Daniel saat akhirnya tubuhnya menyerah dengan semua rangsangan yang diberikan.     

"Yes, Tweety. Apakah kamu ingin ini diteruskan?" Daniel melempar celana dalam Ai hingga mendarat di meja.     

"Uchhh ... lanjutkan!" erang Ai sambil melengkungkan tubuhnya menyambut usapan lembut Daniel pada kewanitaannya.     

"Dengan senang hati," bisik Daniel dan dalam satu hentakan tubuh mereka menyatu sepenuhnya.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.