One Night Accident

PERIKSA LAGI



PERIKSA LAGI

0Enjoy reading.     
0

***     

"Stop!" Javier tiba-tiba berteriak menghentikan sopir di depannya sehingga mobil langsung berdecit saat Javier menarik baju sopir dengan cepat.     

"Ada apa Jav?" Daniel bertanya heran.     

"Dad ... itu Jeanice!" teriak Javier menunjuk ke luar mobil. Dengan sekali buka Javier sudah keluar dari mobil dan berlari menghampiri Jean. Mau tidak mau Daniel mengikutinya.     

"Tetap di sini," perintah Daniel pada sopir dan beberapa bodyguard lalu berlari menghampiri anaknya.     

"Jean kenapa kamu di sini?" tanya Javier heran.     

Jean diam dan memandangnya dengan tatapan sedih.     

"Jean ada apa? Apa terjadi sesuatu padamu?" Javier ikut resah ketika melihat Jean semakin muram.     

"Terlambat Javier."     

"Terlambat? Apa yang terlambat?" Javier tidak mengerti.     

"Semuanya sudah terlambat." Jean hanya mengatakan itu lalu berbalik dan berjalan terus. Javier semakin bingung dan tidak paham dengan perkataan Jean dan akhirnya memilih mengikuti Jean. Berharap mendapat jawaban akan tingkah anehnya.     

"Javier?" Daniel berusaha menyadarkan anaknya yang setahu dia suka tidak ingat sekitar saat berinteraksi dengan makhluk halus.     

"Dad ... Jean ingin menunjukkan sesuatu," kata Javier membuat Daniel terkejut.     

"Kamu tahu dan sadar bahwa Daddy di sini?" tanya Daniel memastikan.     

"Iya, Dad, aku sudah bisa mengendalikan kelebihaku," kata Javier senang.     

Daniel tentu saja senang, namun ... kenapa Marco tidak memberitahu dirinya kalau anaknya mengalami kemajuan. Sebelum Daniel bicara lagi, tiba-tiba Javier berlari.     

"Jean, tunggu!" Javier terus berlari mengejar sesuatu yang Daniel sendiri tidak tahu apa yang dikejar anaknya. Karena Daniel hanya mengikuti dan mengawasi agar anaknya tetap aman.     

Hingga entah benar-benar roh Jean atau hanya dedemit penunggu hutan. Daniel tidak tahu berapa lama mereka berlari yang jelas ini sudah terlalu dalam masuk ke hutan dan akan semakin berbahaya kalau di teruskan. Daniel baru akan mengingatkan Javier bahwa ini sudah terlalu jauh, saat tiba-tiba Javier memanggil Jean dengan panik.     

"Jean ... Jean ... apa maksudmu? Kembali ...." Javier berteriak dan melihat ke sekitar seperti kehilangan sesuatu.     

"Javier ... Javier ..." Daniel memeluk dan menepuk pipinya agar melihat Daniel.     

"Tenang. .. ada Dad di sini." Daniel berusah menenangkan.     

"Jean menghilang, Dad."     

"It's ok, apa yang dia katakan?" tanya Daniel walau dalam hati tahu bahwa Jean bisa muncul dan menghilang sesuka hati, dia kan hantu.     

"Dia tidak mengatakan apa pun hanya menunjuk ke bawah dan ...!"     

"Dan?"     

Javier tidak mengatakan apa-apa tapi langsung berjalan menuju tempat terakhir Jean masih terlihat, lalu dia menunjuk sesuatu. Dia juga tidak tahu apa yang ditunjuk tapi dia mengikuti arah jari Jean tadi agar tahu apa yang ingin Jean sampaikan padanya.     

"Dia menunjuk pohon itu, Dad," ucap Javier setelah yakin.     

Daniel antara bingung dan miris dengan kewarasan anaknya tapi dia mendekati pohon itu juga. "Yang ini?" tanya Daniel. Javier mengangguk.     

Daniel menyentuh dan memeriksa pohon di depannya, biasa saja, seperti pohon tua lainnya, apa istimewanya? Lalu dia mendongak ke atas memastikan tidak ada yang mencurigakan di atas sana. Hanya pohon dengan ranting dan daun lebat seperti yang lainnya.     

"Tidak ada apa-apa Javier." Daniel tidak menemukan kejanggalan.     

Javier ikut mengamati pohon itu. "Bolehkah minta tolong kakek Paul untuk memeriksanya?" tanya Javier takut-takut karena dia tahu pasti Daniel sedang menganggapnya konyol karena mengira ada yang istimewa dengan sebuah pohon yang ditunjukkan seoarang hantu.     

Daniel memadang Javier tidak suka. Bukan karena permintaannya tapi rasa takutnya. Dia seorang Cohza tidak boleh ragu dan takut. "Tentu. Bahkan jika obama yang kamu suruh, Dad pastikan dia akan melakukannya. Ingat kamu seorang Cohza sekaligus Cavendish. Jangan takut dan ragu saat menginginkan sesuatu, mengerti?"     

Javier seketika mendongak dengan rasa percaya diri yang tumbuh. "Iya, Dad."     

"Good. Kamu adalah calon penguasa, harus percaya pada kemampuan dan bakatmu. Jangan biarkan orang lain meragukan perkataanmu, dan ... jangan biarkan orang lain mengabaikan perintahmu. Kamu harus selalu ingat kamu adalah pemegang kendali, jangan takut melakukan apa saja yang menurutmu benar. Oke."     

"Aku akan mengingat perkataan Dad dan melakukannya."     

Daniel mengacak rambut Javier dan langsung memberi tanda darurat pada Uncle Paul agar menyusul ke lokasi tempatnya berada.     

"Duduklah dulu sambil kita tunggu uncle paul dan pasukannya datang," kata Daniel setengah bercanda agar Javier tidak terlalu tegang, dia menepuk tanah di sebelahnya. Dia tahu, pasti Javier kelelahan setelah berlari tadi.     

Javier tersenyum dan langsung selonjoran lalu merebahkan kepalanya di pangkuan Daniel. Hingga tidak berapa lama kemudian dia benar-benar tertidur karena kelelahan.     

"Shit, apa yg terjadi pada Javier?" tanya Paul terkejut melihat Daniel yang duduk di tanah dan Javier yang terpejam matanya.     

"Stttt, dia hanya tidur, Uncle," bisik Daniel sambil menaruh jari ke bibirnya.     

"Oh ... syukurlah." Paul mengusap dadanya merasa lega. Dia tadi hampir seperti terkena serangan sepuluh janda ketika melihat posisi Javier dan Daniel yang membuat orang pasti menyangka yang iya-iya sudah terjadi pada mereka.     

"Kalau begitu, kenapa kamu mengirim pesan darurat? Aku pikir kalian kenapa-napa?" ungkap Paul sudah panik duluan.     

Paul dengan kode sudah menyuruh anak buahnya agar menjauh dan tidak mengganggu tidur Javier.     

"Tolong periksa pohon itu." Tunjuk Daniel pada pohon di depannya.     

Paul bersedekap. "Aku ini ahli senjata dan teknologi, bukan pecinta tanaman. Ngapain meriksa pohon keyak gini? Mau kamu cangkok?" tanya Paul malas.     

"Periksa saja." Daniel memerintah.     

"Ck ... iya yang mulia Raja." Paul mengelilingi pohon sambil mengamati seperti akan melakukan ritual.     

"Aku sudah mengelilinginya dan dinyatakan pohon ini sehat dan bugar seperti pada pohon-pohon yang lain? Jadi ... sekarang apa yang ingin kamu lakukan pada pohon ini? Menebangnya untuk dijadikan pohon natal? aku rasa itu terlalu dini, bahkan sebelum natal tiba pohon ini pasti sudah mati duluan." Paul berbicara sambil menyindir karena disuruh memeriksa pohon yang biasa saja.     

"Periksa paman, bukan di amati. Mau dipandangi sejuta tahun juga itu hanya pohon tidak akan berubah jadi emas." Daniel tidak mau mengalah.     

"Iya ... iya ... aku periksa. Nih ... lihat aku periksa." Paul berbalik dan kembali mulai menyetuh pohon itu seolah sedang membelai wanita.     

"Lihat ... masih tidak ada apa-apa." Paul menunjuk pohon di hadapannya.     

"Coba lagi." daniel tidak mengalah.     

"Iya ... aku periksa, aku periksa." Paul emosi dan langsung memukul pohon yang di maksud dengan kasar.     

Tittttttttttttttttttt.     

"Eh monyet!" seru Paul langsung terlonjak kaget saat ada suara yang muncul akibat gebrakannya.     

Daniel mengangkat alisnya seolah berkata. Apa aku bilang ada yang aneh dengan pohon itu. Walau Daniel sendiri sebenarnya juga terkejut dengan penemuan ini namun dia tidak mengatakannya.     

Dengan cekatan Paul mengeluarkan alat pendeteksi dan kali ini memeriksa pohon itu dengan teliti dan bersungguh-sungguh. Paul tidak menyangka bahwa dia akan menemukan hal semenarik ini di tengah hutan.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.