One Night Accident

CARI SEPUASMU



CARI SEPUASMU

0Enjoy Reading     
0

***     

Paul mengambil pisau dan menngores pohon agar pelepahnya terkelupas. Benar saja begitu pelepah itu sudah terbuka terlihat bebapa angka dan seperti kamera di sana. Meski kecil Paul sebagi ahli tehnologi akan tetap mengenali sistem keamanan seperti ini.     

Klik ... Tittt Tittt Titttt.     

"Ini kode alarm seperti di pintu masuk yang aku pasang di semua kediaman Cohza. Tapi ini hanya bisa di buka entah dengan scan wajah atau sidik jari, yang jelas bukan dengan inisial dan angka. Tapi ... untuk apa sistem keamanan dipasang ditengah hutan? Apa yang mereka amankan?" Paul bertanya-tanya.     

"Pasti sesuatu yang sangat rahasia karena ini bukan tehnologi yang biasa." Paul kembali bicara.     

"Tapi ... uncle pasti bisa membukanya kan?" Daniel percaya pamannya sangatlah hebat.     

"Tentu saja! Kau pikir aku siapa? Cuma segini doang mah masih jauh di bawah levelku. Beri waktu tiga hari aku pasti akan memecahkan dan memasuki sistem keamanan ini. Dan pasti akan membuka apa pun yang harusnya terbuka."     

"Uncle ...!"     

"Hahaha bercanda Daniel. Ya elah ... serius amat sih? Keyak gini mah beberapa menit juga sudah beres. Kamu tinggal kencing juga sudah kelar." Paul menyombongkan diri.     

"Tapi ngomong-ngomong kamu kok bisa ketemu sama ini pohoh? Udah janjian ya?"     

Daniel mendengus. "Javier yang nemu?" Dan informannya adalah hantu, batin Daniel.     

"Wih ... hebat dong udah ada bakat melacak dia karena sudah memiliki insting tentang pohon spesial ini, " ucap Paul kembali mengeluarkan pisau dan mulai mengupas kulit pohon yang tersisa agar tidak mengganggu pekerjaannya.     

Bakat melacak? Apa bisa disebut seperti itu kalau yang membantu malah makhluk astral.     

"Kakek ... kenapa setiap ada kamu selalu berisik?" keluh Javier masih menutup matanya.     

"Emang kamu nggak berisik?"     

"Nggaklah Javier lagi tidur kakek."     

"Lah ... Tidur kok bisa ngomong?"     

"Ini udah bangun kakek! Kakek sih berisik." Javier duduk dan memandang Paul kesal.     

"Kalau masih ngantuk tidur aja lagi," kata Daniel menepuk pahanya. Tahu pasti anaknya masih mengantuk.     

"Nah ... sono tidur lagi, Bocah, biar dielus sama Daddy."     

"Aku bukan anak kecil, nggak usah dielus." Javier merengut.     

"Hahaha dasar bocah!"     

"Kakek ribet. Udah cepetan buka. Bisa nggak sih? Kalau nggak bisa bilang aja, nanti Javier cari yang lebih hebat dari kakek."     

"What? Sini kamu ... berani meragukan kemampuan dan kehebatan Cohza, tak setrum tahu rasa," ucap Paul mengacungkan alatnya ke arah Javier.     

"Itu bukan buat nyetrum kakek, tapi buat scan."     

"Haaaa ... haaa." Kali ini Daniel tidak bisa menahan tawanya saat Paul di-skakmat oleh anaknya.     

"Sudah diam kalian. Mengganggu." Paul kembali berkonsentrasi dengan alat di tanganya sedang Daniel dan Javier diam tidak mengganggu konsentrasi Paul.     

Beberapa saat kemudian.     

Tzttttt Tittt Bzzttttt     

Zrakkkkkk.     

"Berhasil!" teriak Paul heboh.     

"Berhasil apanya uncle? Tidak ada yang terjadi," ucap Daniel memandang Paul aneh.     

Paul memandang sekeliling. "Benar juga kenapa tidak ada reaksi? Ini pasti rusak," ucap Paul sambil memukul-mukul pohon di depannya.     

"Tentu saja rusak. Kan Uncle merusaknya." Daniel memandang tangan Paul yang masih menggebrak pohon di depannya.     

Zrakkkkkkkk.     

Tiba-tiba suara keras dan tanah yang bergetar membuat mereka menoleh ke arah sumber suara.     

"Apa itu?" Javier menunjuk sebuah lubang tidak jauh dari mereka.     

"Lihat. Berhasilkan?" kata Paul langsung menuju lubang yang memiliki tangga lebr menurun, namun terlihat sangat gelap gulita di sana.     

Daniel dan Javier mengikuti dan mengamati lubang itu.     

"Penerangan dong," teriak Paul pada anak buahnya karena ingin masuk dan melihat apa yang ada di dalam lubang itu hingga membutuhkan keamanan yang canggih.     

"Javier kamu di sini saja ya? Daddy dan kakek akan memeriksanya." Daniel juga penasaran.     

"No no no, kamu Raja dan dia putra mahkota. Keselamatan kalian yg terpenting, jadi biar aku dan yang lain masuk dulu jika memang keadaan di sana aman baru kalian boleh masuk dan melihat-lihat." Paul segera mengkode anak buahnya agar mengikutinya memasuki lubang.     

Beberapa saat kemudian.     

"Oke ... semua aman, kalian boleh masuk," teriak Paul dari dalam.     

Daniel dan Javier ikut turun dan melihat Paul berada di depan sebuah pintu yang terbuka.     

"Di sini ada kemanan lagi jadi aku butuh waktu untuk membukanya." Paul menjelaskan kenapa dia tidak segera menyuruh Daniel masuk tadi.     

Mereka lalu masuk bersama dan mendapati sebuah lorong dengan bebrapa ruang di kanan kiri. Daniel mengikuti lorong yang lumayan jauh hingga akhirnya bertemu Paul yang berjalan di depan sedang berhenti lagi.     

"Sebentar," ucap Paul sambil mengotak-atik sebuah pintu yang lagi-lagi memiliki pengaman.     

Klik Tuttttt.     

Zrakkkkkk.     

"Selamat datang di Locker Gold." Mesin otomatis terdengar memenuhi ruangan saat pintu terbuka.     

Paul masuk dengan hati-hati, khawatir ada jebakan atau sesutu yang berbahaya. Tapi saat semua aman terkendali dia langsung mengembuskan napas lega.     

"Ini seperti bekas laboratorium," gumam Daniel dalam sekali pandang.     

"Yah ... tapi sepertinya sudah lama ditinggalkan," kata Paul menimpali mengamati isi dalam ruangan yang terlihat sudah kusam dan tidak dipakai puluhan tahun     

"Tidak mungkin," ucap Javier keras membuat Paul dan Daniel menoleh seketika.     

"Beberapa jam yang lalu Jean masih di sini, Dad," kata Javier memandang sebuah tabung yang terlihat berlumut.     

"Javier itu tidak mungkin. Lihatlah bahkan ini sudah berlumut dan menghitam, laboratorium ini jelas sudah lama terbengkalai," ucap Daniel memperlihatkan fakta yang membuat Javier menggeleng tidak percaya.     

"Ini tidak mungkin! Tidak mungkin! Dad percaya padaku, beberapa jam yang lalu aku masuk ke sini bersama Dr Key dan jelas-jelas aku melihat berbagai organ dalam dan tubuh-tubuh yang menjadi bahan penelitian. Javier benar-benar melihat Jean di sana, Dad. Javier tidak bohong. Pasti seseorang sudah memindahkannya," ucap Javier menggebu-gebu.     

"Oke ... tenangkan dirimu. Daddy percaya padamu tapi biar uncle Paul yang menyelidikinya karena dia lebih profesional, oke?"     

"Tapi Dad percaya padaku kan? AKu tidak akan berbohong dengan hal sepenting ini." Javier memastikan dengan wajah memohon.     

"Tentu saja aku percaya. Kalau aku tidak percaya kita tidak mungkin di sini tapi berada di istana dan melupakan perkataanmu."     

Javier mengangguk agak tenang. Setidaknya Daniel tidak terlihat meragukan dirinya.     

"Uncle, apa kamu bisa mengatasi ini?" tanya Daniel.     

"Tenang saja semua beres kalau berada di tanganku."     

Daniel mengangguk lalu memandang Javier. "Dan kamu pangeran. Kita harus kembali ke kerajaan sebelum Mommymu heboh mencarimu lagi. Yang di sini sudah diatasi kakekmu dan sebentar lagi akan ada bantuan yang datang memeriksa tempat ini. Jadi jika memang Jean ada di sini kakekmu Paul pasti menemukannya. Dan ... bila ada kejanggalan kakekmu juga pasti akan menyelidikinya lebih lanjut."     

"Baiklah ... tapi boleh tidak Javier minta gendong? Javier capek," ucap Javier manja.     

Daniel terkekeh lalu duduk berjongkok. Mempersilakan Javier menaikinya.     

"Apa aku berat, Dad?"     

"Sangat berat."     

"Benarkah? Kalau begitu Javier turun saja."     

"Daddy hanya bercanda, seberat apa pun kamu ... Daddy masih kuat kok menggendongmu sampai ke bulan."     

"Daddy gombal."     

"Dari mana kamu tahu istilah itu?"     

"Dari paman David dan paman Joe. Mereka kan suka gombalin istrinya."     

Dasar dua playboy itu.Tidak bisakah mengajari anaknya hal yang lebih baik selain gombalin cewek.     

"Dad ...."     

"Hm...?"     

"Terimakasih sudah percaya pada Javier," ucap Javier sebelum tertidur di punggungnya. Daniel tersenyum memandang anaknya yang sudah terbuai mimpi.     

"Daddy sayang padamu," ungkap Daniel sambil terus berjalan menuju mobilnya.     

****     

Di tempat lain     

Dr Key memperhatikan Paul yang sibuk meneliti setiap bagian dalam laboratorium miliknya.     

"Tetap pada posisi kalian, dan pastikan semuanya berada di tempat yang tepat." Dr Key mematikan sambungan ponselnya dan langsung membuang kartu simnya ke luar mobil.     

"Aku tahu, kamu tidak bisa dipercaya pangeran. Untung aku sudah memindahkan semuanya sebelum kamu datang. Sekarang carilah sepuasnya karena kalian hanya akan mendapatkan alat yang sudah rusak dan karatan," gumam Dr Key sambil tersenyum miring lalu merusak CCTV di dalam laboratoriumnya agar rusak seperti yg lainnya.     

"Carilah sepuasmu."     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.