One Night Accident

MIMPI



MIMPI

0Enjoy Reading.     
0

***     

Entah kenapa Daniel merasa seperti melihat kilasan kehidupannya semasa kecil. Di sana ada Jhonatan dan dirinya bermain bersama dan Pete yang menjaga mereka. Sesekali terlihat kedua orang tuanya menemani dan juga para paman dan bibi yang selalu rutin datang berkunjung. Saat itu seperti tiada beban menghampiri, semua terasa menyenangkan dan semua orang bahagia.     

Lalu tiba-tiba dia berada di tempat lain dan terbangun dalam keadaan sendirian. Jhonathan meninggalkannya dan pada saat itulah jiwanya juga terasa hilang setengah. Tidak cukup sampai di situ orangtuanya malah mengasingkannya ke negara yang bahkan belum pernah dia dengar sebelumnya.     

Lalu setahun kemudian, Daniel baru mendengar kabar bahwa Pete diculik bersamaan dengan kematian Jhonatahn. Daniel semakin merasa sendirian. Saat Pete ditemukan dia bukan Pete yang sama, yang selalu sayang dan setia menjaganya. Pete berubah menjadi psycopath gila yang bahkan tidak mau didekati oleh siapa pun.     

Daniel bertanya-tanya, kenapa Tuhan sangat tidak adil padanya? Hidupnya yang sempurna berubah dalam semalam. Dari sempurna menjadi penuh rintangan. Apalagi Daniel merasa terabaikan dan dianggap sebagai penyebab kematian sang adik. Daniel menjadi pribadi yang tertutup dan enggan percaya pada orang lain.     

Lalu Marco muncul. Pertama melihatnya, Daniel langsung merasa Marco adalah orang yang tepat untuk menjadi tangan kanannya. Namun ... Jantungnya langsung serasa diremas saat tahu bahwa Marco ternyta adalah adiknya. Adik yang selalu dia manja dan lindungi malah dia hajar dan gembleng dengan keras di Save Security. Daniel terus menyesal setiap mengingat pukulan dan tendangan yang dia berikan pada adiknya. Bahkan itu akan menjadi pengalaman terburuk sepanjang hidup yang tidak akan pernah Daniel lupakan.     

Daniel sampai sekarang masih terus merasa bersalah karena seharusnya Marco tidak mengalami semua itu.     

Semua terlihat silih berganti di hadapannya. Penculikan Javier dan Ai, hingga hidup Daniel yang serasa mati rasa saat Ai koma. Lalu Javier dengan segala kelebihannya yang membuatnya kewalahan dan terpaksa mengharuskan dia tinggal dengan Marco. Dan sekarang entah bagaimana dia berada di sini.     

Daniel berdiri di sebuah laboratorium yang sudah terbengkalai. Tapi hanya sesaat. Tidak berapa lama kemudian Daniel melihat aktifitas di dalam laboratorium, awalnya hanya satu orang yang terlihat hilir mudik melakukan percobaan. Bahkan Daniel bisa menebak ekspresi sang dokter yang terlihat frustasi saat percobaannya berkali kali gagal. Lalu entah bagaimana tiba-tiba banyak yang berdatangan. Satu orang, dua orang lalu laboratorium ini penuh dengan dokter dan semua percobaan yang terlihat aneh baginya. Lebih Aneh lagi saat dia melihat Javier di sana, berkeliling seolah bertamasya.     

Sesaat kiemudian Daniel melihat Javier di masukkan ke dalam tabung dengan suka rela.     

Tidak! Tidak mungkin ... apa yang akan orang-orang itu lakukan pada anaknya? Javier adalah manusia hidup dan bernyawa bukan bahan percobaan.     

"Stop! Lepaskan Javier!" Teriak Daniel tanpa ada yang mempedulikan.     

Daniel berusaha menarik Javier keluar tapi Javier malah terlihat senang berada di sana. Lalu Daniel melihat satu tabung lagi, ada anak perempuan yang sangat cantik dan entah kenapa Daniel merasa anak perempuan itu mirip sekali dengan Ai. Apalagi Daniel mendengar Javier selalu memanggilnya Jean.     

Jean ... Jean ... Jean ... apakah Javier sedang memanggil Jeanice anak perempuannya?     

"Dad ... mulai sekarang aku akan bersama Jean. Selamat tinggal, Dad," ucap Javier melambaikan tangannya.     

Bersama Jean? Tapi ... Jean sudah meninggal.     

"Tidak boleh!! Javier ... Javier ... JAVIERRRRRRR!"     

Hosh ... hosh ... hosh ... Daniel bangun dengan terengah-engah.     

Ternyata itu cuma mimpi.     

Daniel mengusap wajahnya yang berkeringat. Daniel sudah tidak pernah bermimpi buruk setelah Jhonathan ditemukan. Tapi kenapa mimpi buruk datang lagi? Apakah ini firasat? Tidak! Ini hanya mimpi. Lagi pula tidak akan ada siapa pun yang bisa mencelakai keluargannya. Daniel berjanji akan hal itu.     

Lalu seolah baru sadar. Daniel langsung Panik saat Ai tidak ada di sebelahnya. Daniel segera bangun dan mencari di kamar mandi? Tidak ada!     

Dengan jantung berdebar Daniel keluar dari kamarnya lalu menuju kamar anak-anak sayangnya Ai tidak ada juga di sana. Daniel semakin was-was. Dia berkeliling ke semua tempat.     

Setelah sekitar sepuluh menit Daniel akhirnya menemukannya. Di sana Ai sedang berduaan dengan Pete. Apa yang mereka lakukan berduaan tengah malam begini? Darah Daniel langsung mendidih dengan rasa cemburu karena melihat Ai terlihat asik mengobrol bersama unclenya itu.     

"Ai ...," panggil Daniel berusaha menahan emosi namun semua juga tahu ada aura tidak menyenangkan menguar dari tubuhnya, seolah siap menerkam siapa saja yang berani menggoda istrinya.     

"Daniel?" Ai langsung berdiri dan menghampirinya. "Ada apa? Kamu terlihat berkeringat." Ai mengusap kening Daniel dengan dahi mengernyit heran.     

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Daniel mengabaikan pertanyaan Ai dan memandang tajam Pete.     

Sementara itu, Pete hanya diam seolah tidak ada apa-apa.     

"Aku tadi sedang mengecek anak-anak lalu melihat uncle sendirian di sini, makanya aku temani." Ai menjelaskan agar Daniel tidak cemburu buta.     

"Untuk apa kamu temani? Dia kan punya istri."     

Ai berjinjit lalu berbisik di telinga Daniel. "Tante menguncinya di luar gara-gara kemarin malam dia nggak pulang."     

Daniel yang tadi kesal jadi mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan Ai. Sedetik kemudian Daniel berusaha menahan senyum yang hampir terbit di wajahnya. Ternyata muka doang yang sangar aslinya kalah sama bininya yang cuma sebiji kacang. Batin Daniel menertawakan ke apesan pamannya.     

Pete memandang Daniel tajam seolah tahu apa yang sedang dipikirkannya. Dengan wajah kaku Pete berdiri lalu berjalan menuju kamarnya.     

Klik.     

"Katanya kekunci kenapa uncle bisa masuk?" tanya Ai yang berkedip tidak percaya saat Pete memasuki kamarnya dengan sangat mudah.     

"Kamu meragukan kemampuan pria Cohza dalam membobol pintu?" tanya Daniel sambil menyeringai.     

"Kalau bisa membobol pintunya ngapain bengong di sini dari tadi? Bikin orang kasihan saja," kata Ai sambil memandang kesal pintu kamar Xia.     

Seolah menjawab pertanyaan Ai. Pete keluar dengan menggendong Alxi yang terlihat tertidur pulas. Tanpa perasaan bersalah Pete menaruh Alxi di lantai di depan pintu kamar dan meninggalkannya begitu saja sementara Pete masuk ke dalam kamar Xia dan menguncinya kembali.     

Ai dan Daniel melongo melihatnya. Apa apaan itu? Kenapa gantian Alxi yang tidur di luar? Ditaruh lantai lagi. Batin Ai takjub.     

Daniel yang tersadar lebih dahulu langsung menghampiri Alxi dan menggendongnya. "Kembalilah ke kamar, aku akan membawa Alxi ke kamar anak-anak," kata Daniel memerintah Ai.     

Ai yang masih percaya tidak percaya atas kelakuan Pete hanya mengangguk patuh dan masuk ke kamarnya. Baru kali ini dia ketemu bapak yang tega melempar anaknya keluar dari kamar begitu saja. Ai jadi bertanya-tanya apakah kalau di rumah Alxi mengalami nasib yang sama.     

Ditelantarkan.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.