One Night Accident

PINDAH KE CAVENDISH



PINDAH KE CAVENDISH

0Enjoy Reading.     
0

****     

"Di mana Javier?" tanya Daniel saat sarapan bersama dan tidak mendapati salah satu anaknya.     

"Javier masih tidur, Dad," jawab Jovan memberi tahu.     

"Masih tidur? Jam segini? Memangnya dia tidur jam berapa semalam?" tanya Daniel heran. Tidak biasanya Javier suka bangun siang.     

"Anakmu itu sekarang jadi pemalas, kemana saja kamu selama ini. Sudah 5 hari tahu Javier selalu melewatkan sarapan," kata Marco menjawab keheranan Daniel.     

Daniel awalnya tidak terlalu mengamati kegiatan semua orang karena dia masih fokus dengan penyelidikan, namun begitu Marco berbicara, Daniel mengakui bahwa memang sudah 5 hari tidak melihat Javier ikut sarapan bersama. Awalnya Daniel pikir Javier habis begadang main games mumpung liburan makanya setiap bangun terlihat mengantuk dan kelelahan. Tapi Jovan dan Junior mengatakan mereka tidur bersama dan tidak pernah lewat jam 10 malam? Lalu kenapa Javier bisa terlihat kecapekan?     

"Apa Javier sudah diperiksa? Mungkin dia sedang sakit atau apa?" Daniel bertanya.     

"Aku sudah memeriksanya dan dia sehat wal afiat, hanya entah kenapa dia seperti orang kurang tidur," kata Marco menjelaskan.     

"Jangan-jangan Javier suka terbangun tengah malam dan tidak bisa tidur lagi alias insomnia," tebak Ai sedikit risau dengan kondisi Javier.     

Belum sampai yang lain menebak, tiba-tiba Javier sudah menghampiri mereka dan duduk di sebelah Jovan. "Pagi, Mom, Dad. Pagi semua ... maaf atas keterlambatanku," kata Javier memandang semua orang di meja makan.     

"Ada apa?" tanya Javier saat semuanya memandangnya aneh.     

"Sayang apa kamu baik-baik saja?" tanya Ai pada Javier.     

"Aku baik, Mom. Memang kenapa?" tanya Javier semakin bingung.     

"Kamu terlihat kelelahan dan ada kantung mata di sini." Ai mengusap pipi Javier bagian atas.     

"Oh Javier sering tidur malam akhir-akhir ini."     

"Benarkah? Kenapa tidak membangunkanku? Aku kan bisa temani," kata Jovan memandang saudaranya.     

"Apa kamu insomnia?" Javier menggeleng.     

"Apa ada masalah? Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Atau kamu ingin sesuatu? Katakan saja jika kami bisa pasti akan kami lakukan," tanya Ai membuat Javier menunduk tidak enak.     

"Sebenarnya memang ada yang ingin Javier minta."     

"Astaga, kamu ingin apa? Katakanlah, bukankah Dad sudah bilang jangan ragu ketika meminta seuatu." Daniel mengingatkan.     

Javier mengangguk dan malah melihat ke arah Marco. "Paman Marco sebelumnya aku minta maaf jika menyinggung dirimu."     

"Kenapa tiba-tiba minta maaf? Kamu memasukkan sikat gigiku ke toilet lagi?" tanya Marco enteng.     

Brusss.     

"Kalian melakukan itu?" tanya Ai tidak percaya setelah menyemburkan air yang sedang dia minum.     

"Kami hanya bercanda Mom?" ucap Jovan meringis.     

"Apa kamu menggunakan sikat gigi itu?" tanya Ai pada Marco.     

"Tentu saja aku pakai. Mana aku tahu itu habis nyemplung di closet." Marco menjawab tanpa rasa risih sama sekali.     

"Iuch ... kalian semua jorok. Aku tidak mau makan lagi," kata Ai menggeser piring menjauh darinya. Daniel melakukan hal yang sama, diikuti yang lain. Hanya Marco yang santai dan melanjutkan sarapannya.     

"Makanya kalian harus berterima kasih padaku. Untung aku tahan banting dengan kelakuan si kembar. Kalau mereka di sini aku tidak yakin istana ini masih berdiri dalam jangka waktu setahun jika mereka ada di dalamnya," ujar Marco mendramatisir keadaan seolah-olah dua pangeran Cavendish itu adalah mesin penghancur.     

"Baru segitu aja nakal. Itu tidak seberapa, Alxi pernah menaruh air kencing di wajan, dan aku pakai untuk menggoreng telur," kata Xia nimbrung.     

Semua langsung memandangnya penasaran.     

"Siapa yang makan telurnya?" tanya Marco harap harap cemas sekaligus senang mengetahui ada orang yang lebih sial dari dirinya.     

"Tidak ada. Untung telurnya gosong jadi tidak ada yang memakannya," ucap Xia membuat penonton langsung kecewa.     

"Ehm ... Dad ..." Javier mengembalikan perhatian semua orang kembali padanya.     

"Seperti yang Javier bilang, Javier minta maaf pada paman Marco jika selama ini menyusahkan. Javier juga bukan tidak sayang padanya. Javier senang kok tinggal bersama paman Marco di Indonesia tapi ... mulai sekarang, boleh tidak Javier tinggal di Cavendish saja?" tanya Javier sambil menunduk tidak enak.     

Marco langsung menghentikan sarapannya. "Astaga Javier! Paman bicara seperti tadi hanya bercanda. Senakal-nakalnya kalian justru paman senang karena kalian mau tinggal dengan kami." Marco memandang Javier sendu.     

"Aku tahu paman, Javier juga senang tapi ... Javier hanya merasa rindu dan ingin bersama Mom dan Dad tapi ... itu pun jika Dad mengizinkan."     

Mendengar itu Ai langsung memeluk Javier dengan terharu. "Javier bicara apa? Tentu saja Mom dan Dad sangat senang jika kamu mau tinggal di sini. Mom sayang kamu tahu nggak sih?" Ai memeluk Javier semakin erat.     

"Mom, sayang aku juga tidak?" tanya Jovan sambil tersenyum.     

"Tentu saja. Sini." Ai langsung memeluk Jovan juga.     

"Ehem ... sudah ah ngedramanya, nggak seru!" ucap Marco risih melihat Ai yang mewek bersama duo J diikuti Xia dan istrinya Lizz yang memang cengeng. Marco kan juga cengeng kalau adegan ini diteruskan dia tidak bisa menjamin akan tetap diam dan tidak bergabung dengan pelukan haru itu.     

"Udah ah, Babe," bujuk Marco mengelus lengan istrinya.     

"Mereka manis banget, Babe." Lizz menghapus air matanya terharu.     

"Btw, kita serius tinggal di sini?" tanya Jovan pada Javier.     

"Aku yang tinggal di sini. Kalau kamu mau tinggal dengan paman Marco tidak apa-apa," ucap Javier.     

"Kalau kamu di sini ya tentu saja aku di sini juga." Jovan sedari bayi belum pernah berpisah dengan Javier dan entah kenapa membayangkan tinggal jauh dari saudara kembarnya membuatnya tidak suka. Jadi ... kenapa dia tidak ikut saja.     

"Kamu yakin?" tanya Javier.     

"Yakinlah ...." Jovan menjawab mantap.     

"Enggak bakal kangen Angel dan merengek minta balik ke Indonesia kan?" tanya Javier memastikan.     

"Nggaklah ... eh Angel?" Jovan langsung mengerjapkan matanya seolah menyadari sesuatu. "Dad... permintaan Javier kan sudah dikabulkan. Sekarang boleh tidak Jovan meminta sesuatu?" tanya Jovan dengan wajah penuh permohonan.     

Daniel mengangkat sebelah alisnya bertanya.     

"Angel boleh dibawa tinggal di sini saja nggak?" Jovan tersenyum dengan wajah unyu-unyu.     

"TIDAK BOLEH!" ucap Junior tegas.     

"Ya elah Junior, kamu kan udah mau punya adik cewek sendiri. Jangan egois dong ... Angel buat kita saja," bujuk Jovan.     

"TIDAK BOLEH!" Junior merengut tidak suka.     

"Mom ... Dad ... Ya ... Angel bawa ke sini ya ...." Jovan merengek, ingin adik kecilnya ikut serta.     

Daniel mengusap tengkuknya bingung. "Itu tergantung Angel dan orang tuanya. Kalau mereka bilang boleh, Angel akan tinggal di sini kalau tidak kalian tidak boleh memaksa. Mengerti?"     

"Yeay!" seru Javier dan Jovan serentak, sedang Junior langsung meninggalkan meja makan karena kesal.     

Sementara itu Dr Key tersenyum memandang keberhasilan Javier kembali tinggal di Cavendish.     

"Good job, Boy!"     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.