One Night Accident

PAMITAN



PAMITAN

0enjoy Reading.     
0

***     

"Kalian benar-benar akan tinggal di sini?" tanya Marco memandang Javier dan Jovan dengan wajah sedih. Hari ini memang Marco akan kembali ke Indonesia. Pete dan Xia sudah berangkat duluan beberapa menit lalu. Sedang Lin Mey dan Paul masih di Cavendish karena Paul yang masih harus menyelidiki laboratorium yang ditemukan beberapa hari lalu.     

"Iya, Paman," jawab mereka serentak.     

"Yakin? Enggak mau ikut paman kembali ke Indonesia?" tanya Marco sekali lagi, berharap kedua keponakannya berubah pikiran. Marco sudah bisa meraskan betapa sepi rumahnya jika kedua keponakan usilnya tidak ada. Junior anaknya sama sekali tidak asik diajak bermain dan bersenang-senang.     

Ah ... Marco merasa sebentar lagi hidupnya akan menjadi kaku atau bahkan membeku karena sikap dingin Junior yang tidak ada manis-manisnya sama sekali.     

"Tidak paman." Duo J menjawab yakin.     

"Beneran? Aku berangkat nih? Nanti kalian nangis aku tinggal?" Marco masih berharap.     

"Justru kami senang kalau paman segera berangkat." Javier menjawab.     

"Kalian seneng aku pergi?" Marco semakin sedih.     

"Senang banget, Paman." Jovan semakin suka melihat wajah pamannya yang merana.     

"Babe ... Mereka sudah tidak sayang lagi padaku," ucap Marco memeluk Lizz lebay.     

"Paman ... kami sayang padamu kok."     

"Iya, Paman. Saking sayangnya kita sampai nggak sabar nunggu kapan paman segera berangkat."     

"Batul sekali, karena kalau di sini ada paman tempat yang damai ini jadi seperti pasar malam, ramai plus berisik banget ... dan itu sangat mengganggu."     

"Iyes. Apalagi paman kan tidak ada kegiatan di sini, jadi mending langsung pulang saja karena keberadaan paman di sini tidak ada manfaatnya"     

"Setuju. Paman ... saat ini keahlian dan tenaga paman sedang tidak dibutuhkan, jadi silakan berangkat kami ikhlas kok."     

"Bukan cuma ikhlas. Kami lega banget malah akhirnya biang rusuh pergi dari istana Cavendish."     

"Betul betul betul."     

Ucap Javier dan Jovan bergantian, membuat yang lain langsung tertawa dan Marco cemberut kesal karena semakin ternista.     

"Babe! Aku diusir!" Marco mendusel manja ke arah Lizz.     

"Nggak usah lebay deh. Ini emang waktunya pulang, Babe. Nanti ketinggalan pesawat," kata Lizz menggandeng tangan Marco.     

"Kan kita naik jet pribadi, Babe. Mau berangkat jam berapa juga enggak masalah, mereka enggak akan ninggalin kita kok."     

"Maka dari itu, jangan diundur-undur lagi. Inget besok Junior kan harus sekolah. Jangan sampai waktu sekolah nanti Junior masih capek dan jetlag." Lizz mengingatkan.     

" Ah ... bebeb memang benar. Ya sudah deh. Brother aku pulang ya!" ucap Marco langsung memeluk Daniel erat.     

"Kalau kangen main ke Indonesia atau video call saja atau kirimin tiket nanti aku kesini lagi," kata Marco yang masih betah memeluk Daniel.     

Daniel yang risih tentu saja langsung melepas pelukan Marco begitu adiknya itu selesai bicara.     

"Ai ...."     

Greppp.     

"Nggak usah peluk-peluk." Daniel langsung menarik kerah kemeja Marco saat dia akan berpamitan pada Ai dengan cara memeluknya.     

"Cemburu banget sih, Bang. Dulu juga dia yang sering minta peluk sama aku." Marco mengingatkan.     

"Lo ngigo ya?" bantah Ai tidak mau mengenang masa-masa Marco masih jadi pengawalnya dan Ai suka nempel padanya.     

"Lah ... berlagak lupa. Dulu yang suka minta peluk pas nonton drama korea atau film india yang alay itu siapa? Mana pake mewek segala bikin baju basah karena ingusmu." Marco mencela.     

"Itu sudah lama banget ya! Ngapain kamu masih inget-inget? Kamu nggak bisa move on dari pelukan aku? Aku tahu ya ... kalau aku menarik tapi please deh coba pikir, aku ini kakak iparmu. Kamu juga sudah punya istri, jaga dong perasaan mereka," kata Ai dengan sangat PDnya.     

"Babe ada kantong kresek nggak?" Marco menoleh ke arah Lizz.     

"Buat apa?"     

"Aku belum naik pesawat tapi mendengar kata-kata Ai entah kenapa aku jadi pengen muntah."     

Wusssttt     

Prangkkkk.     

Marco langsung mengelak dan berhasil membawa Lizz bersamanya saat Ai dengan cepat melempar sepatunya dan Alhamdulilah mengenai kaca mobil di belakangnya.     

Marco sudah hafal dengan tingkah Ai yang satu ini jadi dia sudah sangat reflek menghadapinya. Untung cuma sepatu coba dadanya yang dilempar, pasti kakaknya siap nangkep duluan. Batin Marco geli sendiri mebayangkan dada Ai bisa di lempar ke sana kesini layaknya bola volly.     

"Babe ... Sang Ratu sudah ngamuk kita pulang aja yuk sebelum dapat titah penangkapan dan kita berdua dipenjara karena membuat Ratu iri padamu karena tidak bisa peluk aku lagi." Marco masih percaya diri.     

"Marco ...." Ai semakin kesal mendengar perkataannya.     

Marco langsung menggandeng Lizz dan Junior memasuki mobil yang lain. "Abang ... Anak setan sama emak setan! Marco ganteng pulang dulu ya? Kalau kangen chat aja." Marco mengedipkan sebelah matanya sebelum menutup kaca mobil.     

Untung mobil cepat berjalan, kalau tidak Ai sudah melempar sepatunya yang sebelah biar kaca mobilnya pecah dan loncat ke muka songong Marco.     

Ai menyesal dulu sangat suka meminta Marco menemaninya. Sekarang itu jadi bahan Bully baginya.     

Marco menoleh ke belakang sebelum kerajaan Cavendish semkin terlihat jauh dan menghilang.     

"Kenapa?" Lizz melihat wajah sedih suaminya.     

"Aku akan merindukan mereka." Marco sudah terbiasa dengan keberadaan Javier dan Jovan, namun sekarang keponakannya sudah besar dan bisa memutuskan keinginan mereka sendiri. mana yang lebih nyaman selain tinggal dengan ayah dan ibu kandung dari pada seorang paman.     

"Kita bisa sering mengunjungi mereka." Lizz menghibur.     

"Aku tahu, tetap saja rasanya pasti berbeda."     

Marco melihat ke arah Lizz tiba-tiba menggenggam tangannya. "Beb ... adopsi anak yuk, yang banyak biar rumah kita ramai."     

"Boleh ... kalau kamu sanggup merawat dan membagi secara adil kasih sayang pada mereka. Tapi ... kenapa enggak bawa ponakan kamu saja. Anaknya Marcell dan Misell mungkin."     

"Mana boleh sama emak Rina cucunya aku bawa ke rumah. Lagian merawat anak asuh paling tidak beda jauh dengan merawat Javier dan Jovan. Tenang saja aku akan menyediakan banyak pembantu yang akan merawat mereka. Kira-kira kita mau ambil berapa beb? lima atau sepuluh biar semakin ramai."     

Lizz menatap suaminya cengo. Dia membiacarakan mengadopsi anak seolah ingin menternak ayam. Enteng banget ngomongnya.     

"Kamu bisa coba satu dulu, atau kamu bisa coba interaksi di panti asuhan dengan beberapa anak. Jika cocok dan bisa mengatasinya baru di bawa pulang." Lizz menyarankan.     

Marco memang melakukannya. Namun ternyata pihak panti asuhan tidak mengizinkan Marco mengadopsi anak-anak di sana karena Marco sendiri sudah memiliki anak bahkan istrinya sedang hamil anak kedua. Tentu saja pihak sana lebih mengutamakan orang tua yang tidak bisa memiliki anak untuk mengadopsi anak-anak itu dari pada yang jelas-jelas bisa memiliki keturunan dan tidak kekurangan anak sama sekali.     

Sebenarnya Marco bisa menyogok mereka, namun pada akhirnya Marco membatalkan niatnya mengadopsi anak karena ternyata menghadapi anak kecil tidak semudah yang dia bayangkan.     

Marco bisa menghadapi Javier dan Jovan karena selain mereka keponakannya, Duo J juga sedari kandungan sudah dirawat olehnya. Berbeda dengan anak panti yang asing dan sama sekali tidak Marco kenal.     

Marco tidak bisa mengendalikan mereka karena tidak tahu kebiasaan, kesukaan atau kegiatan yang biasa mereka kerjakan sehari-hari hingga membuat perlakuan marco pada mereka salah dan anak-anak panti malah pada lari karena takut padanya.     

Iyalah ... hari pertama berkunjung langsung diajak ke Save Security latihan beladiri.     

Kabur semua jadinya.     

***     

Dr Key mendesah memandangi tubuh Jean yang semakin lama semakin lemah. Dia sudah mengusahakan segala cara agar bisa menyelamatkan hidupnya. Namun dia seperti menemui jalan buntu.     

Dr Key harus menenangkan diri sebelum mulai kembali. Dia akan mencoba penelitian pada hewan terlebih dahulu sebelum di praktekkan pada Jean. Bagaimanapun juga Jean adalah penelitiannya yang paling berharga yang tidak akan Dr Key perlakukan dengan asal.     

Namun ... jika dalam waktu sebulan cara yang dia lakukan tetap tidak berhasil. Maka ... sepertinya solusi kedua harus dijalankan.     

Menjelaskan pada Javier, urusan belakangan.     

****     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.