One Night Accident

PERJODOHAN



PERJODOHAN

0Enjoy reading.     
0

****     

"Baiklah ... tidak usah berputar-putar jadi apa maksud Anda mengatakan itu?" Daniel memandang Raja Inggris yang baru naik tahta menggantikan Ibunya Tiga tahun ini.     

"Begini yang mulia, kami akan sangat tersanjung apabila Anda mengizinkan salah satu putri kerajaan kami untuk menjadi menantu Anda," ucap Raja Inggris memberikan penawaran.     

Daniel agak terkejut dan hampir tersedak mendengar itu tapi dia memasang wajah sedatar mungkin dan mempersilakan Raja Inggris untuk meneruskan pembicaraannya.     

"Saat ini saya memiliki 2 putri. Adik kedua saya memiliki 1 putri dan adik ketiga memiliki satu putri. Pangeran Cavendish bebas memilih yang mana saja, kami tidak keberatan."     

Daniel mengernyit tidak suka. Kenapa Raja Inggris seperti itu? Menawarkan anak dan keponakannya dengan mudahnya. "Saya rasa hal seperti ini terlalu dini untuk dibicarakan. Anak-anakku masih terlalu kecil untuk memikirkan pernikahan." Lagi pula Daniel tahu bagaimana rasanya di jodohkan. Walau pihak Inggris tidak pernah memaksa namun ini bukan hal sepele untuk diabaikan.     

"Kami tidak memaksa yang mulia, kami hanya merasa tinggal di tempat yang tidak tepat, karena bagaimanapun juga kerajaan ini adalah milik keluarga Cavendish. Kami hanya berharap salah satu pangeran Cavendish berkenan menikahi putri kami dan menghasilkan keturunan yang nantinya akan memegang tahta kerajaan, sehingga kerajaan ini akhirnya akan dipegang oleh pewaris yang seharusnya benar-benar memiliki garis keturunan dari Raja-Raja terdahulu, sedangkan kami hanyalah pemegang sementara."     

Daniel mengangguk mengerti perasaan mereka, siapa yang mau tinggal dirumah orang lain selamanya. Walau rumah itu mewah dan besar namun setiap manusia pasti punya rasa ingin memiliki sendiri, bukan terus-terusan menggantungkan hidup pada orang lain.     

"Apa semua putri dan orang tuanya sudah diberitahu tentang hal ini?" tanya Daniel. Pihak Inggris tidak memaksa para pangeran Cavendish begitu pula dengan Daniel. Dia tidak mau ada putri yang melakukan perjodohan karena paksaan.     

"Anda tidak perlu khawatir. Semua putri pasti akan menuruti perintah saya. Kami hanya berharap keluarga Cavendish bisa menjadi keluarga kami sehingga kami tidak terus-terusan dihantui rasa tidak enak karena memegang tahta yang bukan milik kami."     

Oke Daniel sekarang mengerti keresahan mereka, tapi dia tetap tidak suka dengan ide perjodohan ini, apalagi Raja Inggris menawarkan putrinya seolah mereka hanya barang bukan anak yang harus juga di mintai pendapatnya. "Untuk saat ini saya belum bisa menjawabnya, selain usia para pangeran yang masih terlalu muda untuk urusan seperti ini, saya juga harus membicarakannya terlebih dahulu dengan Ratu dan para pangeran."     

"Tentu saja Yang Mulia. Anda memiliki berapa pun waktu yang Anda butuhkan untuk membahas hal ini dengan Ratu. Kami akan selalu senang menunggu kabar baik dari Anda." Raja Inggris tidak keberatan dengan penundaan ini. Toh para Putri juga masih belia saat ini.     

"Baiklah, ini sudah terlalu larut, pasti para pangeran juga sudah mengantuk. Kami harus kembali ke Cavendish."     

"Tentu yang mulia, tapi sebelumnya kami harap Anda mau membawa ini," kata Raja Inggris menyerahkan sebuah dokumen.     

"Ini berisi data diri ke empat putri kerajaan Inggris, Anda dan Ratu bisa menyeleksinya jika ide perjodohan ini memang akan terlaksana. Atau anda bisa mengawai pertumbuhsn para Putri terlebih dahulu jika memang masih ada kendala yang mengganggu anda."     

Jika saat ini Daniel tidak berperan sebagai Raja, pasti dia sudah menendang Raja Inggris ke Merkurius. Menyeleksi? Dia pikir putri-putrinya barang lelangan yang harus di seleksi? Tapi Daniel masih tahu tata krama kerajaan. Dengan senyum yang dipaksakan Daniel mengambil Dokumen itu dan segera meninggalkan ruang kerja Raja Inggris.     

Daniel jadi berpikir apakah dahulu ketika dia akan dijodohkan dengan Putri Laurance ibunya juga menyeleksi para Putri Inggris terlebih dahulu. Menilai mana yang pantas dan memiliki potensi paling bagus untuk dijadikan Ratu Cavendish.     

Membayangkan itu Daniel tidak suka dengan ide ini. Namun ... melihat kelakuan Javier dan Jovan Daniel jadi berpikir ini bukan ide yang buruk. Selama mereka memiliki hak penuh membatalkan perjodohan sewaktu-waktu. Daniel rasa itu tidak akan merugikan anak-anaknya.     

"Daniel, dari mana saja? Anak-anak sudah mengantuk," protes Ai begitu Daniel menghampirinya.     

Daniel mencium pipi Ai dan merengkuh pinggangnya sambil berjalan ke arah anak mereka. "Maaf, Tweety, ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan Raja Inggris."     

Ai mengernyit memandang Daniel yang terlihat terganggu oleh sesuatu. "Membicarakan apa? Kamu terlihat tidak suka?"     

Daniel tersenyum memandang Ai. "Aku akan memberitahu dirimua apa yang kami bicarakan saat kita sudah kembali ke Cavendish. Sekarang lebih baik kita berpamitan sebelum anak-anak tertidur."     

"Baiklah," Ai mengikuti Daniel ke arah anak-anak untuk berpamitan bersama. Sayangnya pamitan kali ini ternyata lebih sulit dari yang mereka duga.     

"No ... As di sini." Ashoka entah kenapa terlihat tidak mengantuk dan terus menempel pada bayi dari Putri Laurace yang bernama Leticia.     

Iya ... dia adalah Laurance yang sama yang dulu hendak dijodohkan dengan Daniel. Laurance yang sama yang sudah diperkosa Marco.     

"As sayang. Tapi dedek bayi lagi bobo. Besok kita bisa ke sini lagi untuk melihatnya. Sekarang kita harus pulang. Oke." Ai berusaha membujuk anaknya yang entah kenapa seperti terobsesi dengan bayi kecil itu. Apakah Ashoka berpikir bayi itu adalah boneka yang bisa dibuat mainan.     

Ashoka terlihat cemberut dan tidak suka. "Tute ... bawa pulang." Pinta Ashoka seolah-olah anak dari Putri Laurance memang mainan yang bisa di bawa sesuka hati.     

"Tidak bisa sayang. Dedek bayi nanti kangen sama ibunya. Trus nangis. Ashoka mau dedek cute nangis terus karena kangen ibunya?" Bujuk Ai sekaqli lagi.     

Mendengar itu Ashoka seperti memikirkan masalah yang sangat serius. Melihat ke arah sang bayi dan Ai. "As di sini saja." Putusnya.     

Astaga ... Ai pusing sekarang dan menatap Daniel meminta tolong.     

Daniel menggendong Ashoka dan mendekatkan pada putri Leticia yang masih berupa bayi merah itu. "Lihat ... dedek bayi sedang tidur dan kalau Ashoka terus mengganggu di sini dedek bayi akan menangis dan benci sama Ashoka. Kalau sudah benci besok-besok dedek bayi tidak akan mau bertemu Ashoka lagi. As mau dedek bayi benci dan tidak mau bertemu denganmu lagi?"     

Mendengar itu Ashoka langsung menggeleng. "Pulang ... besok ke sini lagi." Putus Ashoka segera.     

Ai mendesah lega karena As mau pulang. Soal besok bisa dipikirkan lagi nanti. Yang penting anaknya tidak menetap di sini sementara dia di Cavendish.     

Akhirnya setelah itu Daniel dan Ai berhasil membawa Ashoka pulang tanpa insiden dan keributan. Bahkan dalam perjalanan semua anak-anaknya akhirnya tertidur di mobil kelelahan.     

Ai merasa ini belum 24 jam. Namun entah kenapa baru kali ini mereka sebagai Raja dan Ratu Cavendish berinteraksi dengan kerajaan Inggris dengan lebih akrab. Mungkin efek anaknya yang kurang ajar karena mencium putri Ella atau akibat Ashoka yang ingin membawa pulang Leticia.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.